35
menjandi lebih ringan. Komponen utama penyusun dari zat aditif ini adalah Alcohol dan Sulfuric Ester. Zat aditif tersebut sangat baik untuk digunakan dalam
pembuatan beton ringan ataupun bata ringan. Perbandingan pemakaian airnya 1:20 sd 1:39, untuk kebutuhan air dan foaming agent untuk adukan benda uji
dapat dilihat pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3 dan tabel 3.4 untuk perancangan komposisi pengecoran sampel silinder dan batako.
2.4 Pengujian Benda Uji
Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian benda uji yaitu sebagai berikut:
2.4.1 Pemeriksaan Ukuran dan Tampak Luar
Pemeriksaan ukuran dilakukan untuk melihat dan mengamati bentuk batako sudah sesuai dengan standar yang ditentukan, karena apabila belum sesuai
dapat menpengaruhi nilai kekuatan pada bangunan. Sedangkan pemeriksaan tampak luar dilakukan agar tidak mengurangi nilai jual. Apabila batako tampak
dari segi fisik sudah bagus, maka nilai jualnya akan baik. Sebaliknya, apabila secara fisik sudah tampak tidak kuat maka batako tersebut tidak akan laku
dipasaran. Pengukuran benda uji batako digunakan alat ukur mistar sorong atau
penggaris. Pencatatan hasil pengukuran serta besar penyimpangan ukuran batako berdasarkan syarat mutu yang telah ditetapkan pada SNI 03 0349 1989.
36
2.4.2 Pengujian Berat Isi
Pengujian berat isi dilakukan untuk mengetahui berat isi atau berat volume adalah pengukuran berat setiap satuan volume benda. Semakin tinggi berat suatu
benda maka semakin berat pula berat setiap volumenya. Semakin besar berat volume suatu benda, maka semakin rendah porositasnya Maria, 2009 dalam
Menezes A., 2011. Untuk menghitung besarnya volume dipergunakan persamaan berikut:
Berat Isi BI =
2.2
Dimana: BI = Berat Isi Kgm
3
W = Berat Benda Uji gr V = Volume Benda Uji m
3
2.4.3 Pengujian Absorbsi
Absorbsi atau daya serap air ialah persentase berat air yang mampu diserap agregat di dalam air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam agregat
disebut kadar air. Penyerapan air sangat dipengaruhi oleh pori atau rongga yang terdapat pada benda uji. Semakin banyak pori yang terkandung dalam beton maka
akan semakin besar pula penyerapan sehingga ketahanannya akan berkurang. Rongga pori yang terdapat pada beton terjadi karena kurang tepatnya kualitas
dan komposisi material penyusunannya. Pengaruh rasio yang terlalu besar dapat menyebabkan rongga, karena terdapat air yang tidak bereaksi dan kemudian
menguap dan meninggalkan rongga. Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton batako, persyaratan nilai penyerapan air maksimum adalah 35
37
Untuk pengukuran penyerapan air batako, mengacu pada standar SNI 03- 0349-1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:
� =
� −� �
�100 2.3
Dimana: Wa = Water Absorption
Mk = Massa benda kering gr Mj = Massa benda dalam kondisi jenuh gr
2.4.4 Pengujian Kuat Tekan Sampel
Pengujian kuat tekan batako dan silinder adalah pengujian pemberian beban terhadap batako dan silinder untuk mengetahui gaya tekan yang dapat ditahan oleh
sampel. Pengujian kuat tekan ini untuk memastikan sampel dapat mampu untuk menahan beban, msalnya beban dari rangka atap, ditambah dengan beban hidup.
Kuat tekan sampel adalah perbadingan besar beban maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji dibagi dengan luas penampang yang menerima beban tersebut.
Kekuatan tekan merupakan salah satu tolak ukur batako. Pengertian kuat tekan batako dianalogikan dengan kuat tekan beton. Mengacu pada pada SK SNI
M –14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan
beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
Teori teknologi beton menjelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton adalah faktor air semen FAS, kepadatan, umur
38
beton, jenis semen, jumlah semen dan sifat agregat Tjokrodimulyo, 1996 dalam Damaris, 2011.
Untuk pengukuran kuat tekan batako mengacu pada standar SNI 03-0349- 1989 dan dihitung dengan persamaan berikut:
� =
��� � �
2.4 Dimana:
P = Kuat Tekan kgcm
2
F
maks
= Gaya Maksimum kg A = Luas permukaan benda uji cm
2
Tabel 2.4 Syarat-Syarat Fisis Bata Beton Menurut SNI 03-0349-1989
Catatan:
1
Kuat tekan bruto adalah beban tekan keseluruhan pada waktu benda uji pecah dibagi dengan luas ukurannya dari permukaan bata yang tertekan, termasuk luas lobang serta
cekungan tepi
2
Tingkat Mutu: Tingkat I
: Untuk dinding struktural tidak terlindungi Tingkat II
: Untuk dinding struktural terlindungi boleh ada beban
No Syarat Fisik
Satuan Tingkat Mutu Bata
2
Bata Pejal Bata Berlubang
I II
III IV I
II III IV
1 Kuat tekan rata-rata minimum
Kgcm
2
100 70 40 25 70 50 35 20 2
Kuat tekan bruto
1
benda uji min. Kgcm
2
90 65 35 21 65 45 30 17
3 Penyerapan air rata-rata maks.
25 35 -
- 25 35 -
-
39
Tingkat III : Untuk dinding non struktural tak terlindungi boleh terkena hujan dan
panas Tingkat IV
: Untuk dinding non struktural terlindungi dari cuaca
2.4.5 Pengujian Kuat Tekan Dinding
Pengujian kuat tekan dinding adalah proses pengujian kemampuan pasangan dinding batako untuk mengetahui beban maksimum yang dapat dipikul oleh
pasangan dinding batako. Pada peneitian ini pengujian kuat tekan dinding dilakukan dengan cara pemberian beban pada dinding dari arah atas kebawah
dengan menggunakan alat jack hydraulic, pemberian beban dilakukan sampai dinding mengalami keruntuhan.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang