Saran Penelitian Terdahulu Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014

1. Jumlah sampel relatif terbatas, yaitu 21 perusahaan. Keterbatasan jumlah perusahaan yang layak menjadi sampel penelitian ini disebabkan oleh masih sedikit perusahaan yang terdaftar di BEI yang mengungkapkan aktivitas CSR secara konsisten selama periode penelitian. 2. Periode dalam penelitian ini cukup singkat hanya dua tahun yaitu tahun 2013 sampai 2014. 3. Proksi manajemen laba masih menggunakan discretionary accruals dengan model Jones yang dimodifikasi. 4. Proksi kinerja keuangan perusahaan hanya menggunakan Return on Equity ROE.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil dan keterbatasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka akan diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan manufaktur, diharapkan agar mengungkapkan CSR secara maksimal disesuaikan dengan GRI terbaru pada periodenya. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan yang lebih lama sehingga akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel pemoderasi lainnya seperti motivasi kinerja pegawai yang diduga dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. 4. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan lebih dari 1 proksi untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Menurut Salno dan Baridwan 2000, konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan agency theory yang menyatakan bahwa “praktik earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen agent dan pemilik principal yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya”. Konflik tersebut dapat muncul akibat pemilik sebagai principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memsatikan bahwa pihak manajemen selaku agent bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham pemilik. Perbedaan informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba yang dapat menyesatkan pemilik perusahaan mengenai kinerja ekonomi perusahaan.Hendriksen dan Breda 2000 mengemukakan bahwa teori keagenan menimbulkan masalah-masalah yang disebabkan oleh informasi yang tidak lengkap atau informasi asimetris, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua pihak dan sebagai akibatnya terdapat konsekuensi-konsekuensi tertentu yang tidak dipertimbangkan oleh keduanya.

2.1.2. Teori Legitimasi

Menurut Lindblom 1993, legitimasi merupakan suatu kondisi dimana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dari sistem sosial masyarakat dimana suatu entitas Universitas Sumatera Utara menjadi bagian dari masyarakat. Teori legitimasi ini dapat diterapkan pada perusahaan yang melakukan kegiatan tanggung jawab social.Perusahaan menjadi bagian dari suatu komunitas dan lingkungannya itu sendiri. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar, sehingga apa yang dilakukan oleh pihak perusahaan akan kembali lagi kepada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manajemen perusahaan membutuhkan dukungan dari lingkungan masyarakat yang kondusif agar perusahaan dapat beroperasi dengan tenang. Dengan kata lain, perusahaan memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Hal ini juga sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan Tilt, 1994; dalam Hanifa dan Cooke, 2005 Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat Ulman, 1982; dalam Ghozali dan Chariri, 2007.Ghozali dan Chariri 2007 menjelaskan bahwa hal yang melandasi teori legitimasi adalah kontrak social dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi.Sesuai dengan pendapat Guthrie dan Parker 1990, legitimacy theory adalah organisasi mendasarkan operasi bisnisnya pada lingkungan sosial perusahaan melalui kontrak social yang disetujui dan berbagai keinginan masyarakat sebagai bentuk penghargaan atas persetujuan organisasi dan keberlanjutan perusahaan.Dengan teori ini, perusahaan harus memperhatikan kepentingan dari berbagai pihak, bukan hanya dari pihak perusahaan saja. Semakin banyak perusahaan melakukan kegiatan sosial yang memberikan dampak positif bagi pihak lain membuat manfaat dan kemajuan tersendiri bagi pihak perusahaan. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat Retno dan Priantinah, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Teori Stakeholder

Teori stakeholder merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Jones dalam Solihin 2009 membagi stakeholder menjadi dua kategori, yaitu: 1. Inside stakeholder,yaitu pemegang saham, manajer, dan karyawan yang merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. 2. Outside stakeholder, yaitu customers, suppliers, pemerintah, masyarakat yang merupakan pihak-pihak berkepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan maupun tindakan perusahaan. Alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholder menurut Januarti dan Apriyanti 2005 dalam Indrawan 2011, yaitu: 1. Isu lingkungan dapat mengganggu kualitas hidup masyarakat karena melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam masyarakat. 2. Produk ramah lingkungan yang diperdagangkan dalam era globalisasi. 3. Perusahaan yang memliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan lebih dipilih oleh investor. 4. Lembaga Sosial Masyarakat LSM maupun pencinta lingkungan semakin mengkritik perusahaan yang kurang peduli akan lingkungan. Berdasarkan teori ini, perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder.Dengan demikian keberadaan Universitas Sumatera Utara suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan persetujuan dari stakeholder Ghozali dan Chariri, 2007.Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus semakin beradaptasi dengan stakeholder. Pengungkapan social dan lingkungan kemudian dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder Cahyonowati, 2012. Oleh karena itu, semakin baik pengungkapan CSR perusahaan maka stakeholder juga akan semakin memberikan dukungan penuh kepada perusahaan atas segala aktivitasnya yang bertujuan utnuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai laba.

2.1.4. Manajemen Laba

Manajemen laba earnings management merupakan suatu tindakan manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan agar terbentuk informasi mengenai keuntungan ekonomis economic advantage yang sebenarnya tidak dialami oleh perusahaan Merchant, 1994. Selain itu, terdapat definisi earnings management menurut Sugiri 1998 dalam Widyaningdyah 2011: a. Definisi sempit Manajemen laba didefinisikan sebagai sikap atau tindakan manajer untuk mengatur komponen discretionary accruals dalam menentukan besar kecilnya laba melalui metode akuntansi. b. Definisi luas Manajemen laba merupakan suatu tindakan manajer untuk meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit yang menjadi tanggung jawabnya tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang tersebut. Universitas Sumatera Utara Tindakan manajemen laba ini merupakan suatu kegiatan yang memanipulasi laporan keuangan. Mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan manfaat ekonomi yang keliru terhadap perusahaan dalam jangka panjang akan menganggu bahkan membahayakan bagi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Menurut Assih dan Gundono 2000, manajemen laba merupakan proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting Proncipes GAAP untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba membuat informasi keuangan yang disediakan oleh pihak perusahaan menjadi kurang akurat dan menyebabkan para investor maupun pihak lain yang menggunakan laporan keuangan tidak menerima informasi yang cukup akurat pula mengenai laba perusahaan. Menurut Scott dalam Rahmawati 2006 terdapat beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut: 1. Bonus purposes yaitu motivasi untuk memaksimalkan bonus dengan cara dengan memaksimalkan laba perusahaan. 2. Other contractual motivation yaitu motivasi kontraktual yang berupa kontrak antara manajer dengan perusahaan dan kontrak antara perusahaan dengan kreditur. 3. Political motivation disebabkan adanya tekanan public yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 4. Taxation motivation yaitu motivasi penghematan pajak yang cenderung mengurangi laba yang dilaporkan agar pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan semakin kecil. 5. Changes of Chief Executive Officer CEO yaitu pergantian CEO perusahaan yang cenderung membuat kondisi perusahaan terlihat bagus dengan meningkatkan laba agar CEO tidak diperhentikan dari posisinya atau mendapat bonus yang maksimal ketika CEO mengundurkan diripensiun. Universitas Sumatera Utara 6. Peristiwa Initial Public Offering IPO yang mendorong manajemen untuk mengatur pendapatan dengan meningkatkan laba perusahaan agar saham yang ditawarkan pada publik bernilai tinggi. 7. To communicate information to investor yaitu motivasi untuk berkomunikasi dengan investor mengenai kinerja perusahaan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan berkinerja baik. Menurut Stice et al. 2009, terdapat empat alasan yang mendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan: 1. Memenuhi target internal 2. Memenuhi harapan eksternal 3. Meratakan atau memuluskan laba income smoothing 4. Mempercantik laporan keuangan window dressing untuk keperluan Penjualan Saham Perdana Initial Public Offering IPO atau untuk memperoleh pinjaman dari bank. Sedangkan berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam melakukan earnings management menurut Scott 2009 adalah: 1. Taking a bath, yaitu pada saat manajemen laba harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. 2. Income minimization, yaitu tindakan menurunkan laba perusahaan yang dilakukan manajer untuk tujuan tertentu, misalnya untuk tujuan penghematan kewajiban membayar pajak kepada pemerintah karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan. 3. Income maximization, yaitu tindakan menaikkan laba perusahaan oleh manajer untuk tujuan tertentu, misalnya menjelang IPO laba ditingkatkan dengan harapan mendapatkan reaksi positif dari pasar. Universitas Sumatera Utara 4. Income smoothing, kebijakan ini dilakukan karena adanya motivasi manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan karena umumnya investor menyukai laba yang relative stabil. Studi DeFond dan Jiambalvo 1994; Sweeny 1994; Peltier-Rivest 1999; Jaggi dan Lee 2001; dan Rosner 2003 dalam Herawati dan Baridwan 2007 memberikan bukti empiris mengenai pola manajemen laba dalam bentuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Sedangkan beberapa studi lain menyatakan bahwa manajer sedikit mungkin melakukan manajemen laba yang meningkatkan laba, justru manajer lebih mungkin melakukan manajemen laba yang menurunkan laba untuk menyoroti kesulitan keuangan perusahaan yaitu De Angelo et al. 1994 dan Saleh dan Ahmed 2005 dalam Herawati dan Baridwan 2007. Jadi pola manajemen laba yang dapat dilakukan oleh manajer ada dua, yaitu meningkatkan laba dan menurunkan laba yang dilaporkan.

2.1.5. Corporate Social Responsibility CSR

Konsep Corporate Social Responsibility CSR telah ada sejak dahulu dan makin popular saat ini, namun definisi tunggal dari CSR itu sendiri belum ada.Terdapat banyak definisi mengenai konsep CSR.The World Business Council for Sustainable Development WBCSD misalnya, mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan Universitas Sumatera Utara dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas” Wibisono, 2007. Versi lain mengenai definisi CSR dikemukakan oleh World Bank. Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”. Yang artinya adalah komitmen bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara uang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat umum. Magnan dan Ferrel 2004 dalam Susanto 2007, memberi definisi CSR, sebagai “A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest”. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab Susanto, 2007. Corporate Social Responsibility CSR adalah suatu konsep dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk berkontribusi pada suatu masyarakat agar menjadi lebih baik Lubis, dkk, 2006.Pada dasarnya CSR menggambarkan suatu konsep dimana perusahaan mengintregasikan perhatian sosial dan lingkungan dalam operasional bisnisnya dan dalam interaksi perusahaan dengan stakeholders-nya berdasarkan prinsip sukarela.Corporate Social Responsibility CSR memiliki implikasi penting untuk seluruh pelaku ekonomi, sosial, dan pemerintah. Universitas Sumatera Utara Peranan CSR bagi perusahaan adalah keberadaan perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan dan mendapatkan citra image positif dari masyarakat luas, mempertahankan sumber daya manusia berkualitas, meningkatkan pengambilan keputusan pada hal kritis dan mempermudah pengelolaan manajemen resiko serta memperoleh akses modal. Dari beragam definisi CSR, ada satu kesamaan bahwa CSR tidak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan.Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara dan lingkungan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple bottom line yaitu profit, people, dan planet. Maksudnya tujuan CSR harus mampu meningkatkan laba perusahaan, mensejahterakan karyawan dan masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan Titisari, 2009. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat lokal.Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis.Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholdersdan shareholders. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainibility reporting.Sustainibility reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan sustainable development.Sustainibility reporting harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainibility development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor industrinya. Secara prinsip, informasi tentang aktivitas kinerja sosial dan lingkungan perusahaan CSR memang harus disajikan dalam laporan keuangan.Alasannya, laporan keuangan Universitas Sumatera Utara merupakan “media” komunikasi informasi tentang posisi keuangan dan kinerja aktivitas pendapatan, pembiayaan dan laba rugi perusahaan pada suatu periode kepada stakeholder.Dari media laporan keuangan, para stakeholder investor, kreditur, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat bisa menilai kekuatan, keuntungan, resiko, prospek dan keberlanjutan suatu perusahaan sebelum mengambil suatu keputusan.Karena itu, sebagai media komunikasi, laporan keuangan memang harus menyertakan informasi investasi, pembiyaan, aktivitas dan kinerja CSR agar para stakeholder bisa mengetahui informasi perusahaan secara utuh sebelum mengambil keputusan ekonomi. Sudah saatnya korporat perusahaan bukan hanya menempatkan diri sebagai aktor ekonomi, namun juga menempatkan dirinya sebagai aktor sosial yang juga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya karena dengan cara inilah, masyarakat akan merasa ikut memiliki korporat yang ada di wilayah mereka, dan tidak akan menganggap suatu perusahaan yang beroperasi bagaikan duri dalam daging mereka. Ini semua dapat dicapai hanya dengan menerapkan suatu model tanggung jawab sosial perusahaan CSR yang transparan, akuntabel, dan partisipasif Zainal, 2006. Menurut A.B Susanto 2007 dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, antara lain sebagai berikut: 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya, CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak pihak tertentu yang tidak Universitas Sumatera Utara pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri di belakang perusahaan membela tempat institusi institusi mereka bekerja. 2. CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika suatu perusahaan diterpa kabar miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.Sebagai contoh adalah subuah perusahaan produsen consumen goods yang lalu dilanda isu adanya kandungan berbahaya dalam produknya.Namun karena perusahaan tersebut dianggap konsisten dalam dan memaafkannya sebagai relatif tidak mempengaruhi aktivitas dan kinerjanya. 3. Keterlibatan dan kebanggan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas. 4. CSR yang dilakukan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholders-nya. Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholders senang dan merasa nyaman dalam menjalankan hubungan dengan perusahaan. 5. Meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide. Universitas Sumatera Utara Konsumen akan lebih menyukai produk produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. 6. Insentif-insentif lainnya seperti pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya.

2.1.6. Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu.Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Honger 2007 mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan sasaran perusahaan. Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan ukuran – ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban Ermayanti, 2009. Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. Universitas Sumatera Utara Menurut Helfert dalam Widyastuti 2006 kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.Kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu. Ukuran keuangan juga dilengkapi dengan ukuran-ukuran non-keuangan yang menunjukkan kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis dan produktifitas serta komitmen dari tiap personal untuk menentukan kinerja keuangan di masa yang akan datang. Ada tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif Hanafi, 2003, yaitu: a. Ukuran kriteria tunggal triangle criteria adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kelemahan apabila kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja yaitu orang akan cenderung memusatkan usahanya pada kriteria pada usaha tersebut sehingga akibatnya kriteria lain diabaikan, yang kemungkinan memiliki arti yang sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan. b. Ukuran kriteria beragam multiple criteria adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kriteria manajer. Kriteria ini mencari berbagai aspek kinerja manajer, sehingga manajer dapat diukur kinerjanya dari berbagai kriteria. Tujuan penggunaan beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengartikan usahanya kepada berbagai kinerja. c. Ukuran kriteria gabungan composite criteria adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, untuk memperhitungkan bobot masing masing ukuran dan menghitung rata ratanya sebagai ukuran yang menyeluruh kinerja manajer. Kriteria gabungan ini dilakukan karena perusahaan menyadari bahwa beberapa tujuan lebih penting Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan tujuan yang lain, sehingga beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu pada beragam kriteria untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer. Analisis rasio keuangan bertujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan Mardiyanto, 2009. Rasio keuangan tersebut antara lainReturn on Equity ROE, Assets Turn OverATO, Growth in Revenue GR, dan Return on Asset ROA. Return on Equity ROE merupakan rasio profitabilitas perusahaan untuk mengukur seberapa laba yang dihasilkan dalam setiap ekuitas yang didanakan. ROE dapat dijadikan sebagai indicator kinerja manajemen perusahaan dalam mengolah investors’ capital di dalam perusahaan William, 2012. Assets Turn Over ATO merupakan salah satu ukuran dari efisiensi produktivitas perusahaan yang dipakai untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan penjualan dengan menggunakan asset yang dimilikinya. Tarigan 2011 menerangkan bahwa pabila nilai ATO lebih dari satu kali berarti perusahaan telah mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar daripada penggunaan aset-asetnya. Growth in Revenue GR merupakan rasio untuk mengukur perubahan pendapatan perusahaan, yaitu seberapa baik eprusahaan mempertahankan posisi ekonominya.Peningkatan pendapatan biasanya merupakan suatu tanda bagi perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang Chen; dalam Dewi, 2011. Return on Asset ROA merupakan rasio yang mengukur banyaknya laba yang dihasilkan perusahaan dalam setiap aset yang digunakan. Informasi mengenai laba perusahaan dapat mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. ROA dapat mengindikasikan keuntungan bisnis dan efisiensi dalam pemanfaatan total aset yang ada dalam perusahaan. Rasio ini mewakili rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan Universitas Sumatera Utara perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya yang kemudian akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penilitian empiris tentang aktivitas CSR dan manajemen laba yang dalam hubungannya berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan belum banyak dilakukan.Beberapa penelitian empiris sebelumnya banyak berfokus pada hubungan CSR dengan Corporate Financial Performance CFP maupun hubungan CSR dengan manajemen laba. Prior et al. 2008 meneliti hubungan antara CSR, CFP dan manajemen laba.Sampel yang digunakan adalah 593 perusahaan dari 26 negara yang diambil dari database Sustainable Investment Research International Company SIRI dari tahun 2002 hingga 2004.Variabel yang digunakan adalah manajemen laba dan CFP sebagai variabel independen dan CSR sebagai variabel independen.Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol, yaitu investasi RD, konsentrasi kepemilikan, kepemilikan institusional, tingkat resiko manajerial, ukuran perusahaan, leverage, dan sumber daya keuangan.Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi manajemen laba dan kegiatan CSR adalah kegiatan yang mahal bagi perusahaan dan dibenarkan bahwa praktik manajemen laba memiliki dampak negatif terhadap kinerja keuangan. Dengan kata lain, Prior et al. 2008 menemukan bahwa hubungan antara CSR dan kinerja keuangan diperlemah dengan adanya praktik manajemen laba. Dahlia dan Siregar 2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja perusahaan dengan mengambil studi empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006.Dalam penelitian ini, corporate Universitas Sumatera Utara social responsibility diukur dengan menggunakan CSDI berdasarkan GRI Global Reporting Initiative. Sedangkan kinerja perusahaan terbagi menjadi kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan ROE Return On Equity dan kinerja pasar yaitu CAR Culmulative Abnormal Return yang diukur dengan menggunakan market adjusted model. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah leverage, growth, beta proksi dari resiko sekuritas, size, dan unexpected earnings.Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan. Yaparto, M. 2013 melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2011.Dalam penelitian ini, mencoba untuk menguji pengaruh signifikan antara Corporate Social Responsibility CSR terhadap kinerja keuangan yang di proksikan. Melalui rasio keuangan Return On Asset ROA, Return On Equity ROE serta Earning Per Share EPS. Berdasarkan hasil penelitian, analisis serta pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan dari hasil penelitian dari hasil uji T menunjukkan bahwa CSR tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap semua rasio keuangan yang digunakan. Sani 2015 melakukan penelitian pengaruh corporate social responsibility disclosure terhadap manajemen laba dengan kinerja lingkungan sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel independen yaitu corporate social responsibility disclosure tidak berpengaruh terhadap perubahan laba dan juga variabel moderasi yaitu kinerja lingkungan mampu memoderasi hubungan antara variabel independen corporate social responsibility disclosure terhadap variabel dependen manajemen laba. Universitas Sumatera Utara Adri 2015 meneliti pengaruh Corporate Social Responsibility CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan struktur kepemilikan sebagai variabel moderating studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.Hasil penelitian tersebut menunujukkan corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROE pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.Struktur kepemilikan manajemen dan struktur kepemilikan institusional yang merupakan variabel moderating dapat memoderasi hubungan corporate social responsibility dengan kinerja keuangan ROE pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Tabel 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Prior et al. 2008 Earnings Management and Corporate Social Responsibility Independen : Manajemen Laba dan CFP Dependen : CSR Kontrol : Investasi RD, Konsentrasi Kepemilikan, Kepemilikan Institusional, Hubungan antara corporate social responsibility dan kinerja keuangan diperlemah dengan adanya praktik manajemen laba Universitas Sumatera Utara Tingkat Resiko, Ukuran Perusahaan, leverage, Sumber Daya Keuangan atau Financial Resources Dahlia dan Siregar 2008 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Empiris Pada perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005 dan 2006 Independen : Corporate Social Responsibility Dependen : ROE dan CAR Kontrol : leverage, growth beta proksi dari resiko sekuritas, size, dan unexpected earnings CSR berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar perusahaan Yaparto, M. Pengaruh Independen : Corporate Social Universitas Sumatera Utara 2013 Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2010 – 2011 Corporate Social Responsibility Dependen : ROA, ROE, dan EPS Responsibility tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap semua rasio keuangan yang digunakan Sani 2015 Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Manajemen Laba Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Independen : Corporate Social Responsibility Disclosure Dependen : Manajemen Laba Moderating : Kinerja Lingkungan Corporate social responsibility disclosure tidak berpengaruh terhadap perubahan laba dan juga variabel moderasi yaitu kinerja lingkungan mampu memoderasi hubungan antara corporate social Universitas Sumatera Utara Efek Indonesia BEI responsibility disclosure terhadap manajemen laba Adri 2015 Pengaruh Corporate Social Responsibility CSR Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Independen : Corporate Social Responsibility Dependen : ROE Moderating : Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing Corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROE. Struktur kepemilikan manajemen dan struktur kepemilikan institusional sebagai variabel moderating dapat memoderasi hubungan corporate social responsibility dengan kinerja keuangan ROE Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 44 63

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN ADANYA VARIABEL MODERATING PROSENTASE KEPEMILIKAN MANAJEMEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 3 17

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Manajemen Laba dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 26 104

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 7

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 12

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2012).

0 1 16

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN SIZE PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING.

0 1 35

PENDAHULUAN PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009).

0 0 9

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 135