Ketiga hal ini diakui dalam undang-undang maupun dalam doktrin ilmu hukum. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pihak-pihak dapat membuat
ketentuan yang membatasi tanggung jawab pihak-pihak. Dalam hal ini pengangkut dapat membatasi tanggung jawab berdasarkan kelayakan. Apabila
perjanjian dibuat secara tertulis, biasanya pembatasan dituliskan secara tegas dalam syarat-syarat atau klausula perjanjian.
Tetapi apabila perjanjian dibuat secara tidak tertulis maka kebiasaan yang berintikan kelayakan atau keadilan memegang peranan penting, disamping
ketentuan undang-undang. Bagaimanapun pihak-pihak dilarang menghapus sama sekali tanggung jawab Pasal 470 ayat 1 KUHD, untuk pengangkut.
Luas tanggung jawab pengangkut ditentukan dalam Pasal 1236 dan 1246 KUHPdt, menurut Pasal 1236 pengangkut wajib membayar ganti kerugian atas
biaya, kerugian yang diderita dan bunga yang layak diterima, bila ia tidak dapat menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya untuk menyerahkan barang muatan.
D. Peraturan-Peraturan Tentang Pengankutan Barang.
Lautan yang membentang luas dengan posisi untuk menghubungkan wilayah daratan satu dengan yang lain dan kemungkinan berlaku hukum yang
berbeda, disadari atau tidak pada dasarnya setiap insan manusia mempunyai hak untuk menikmati kekayaan yang terkandung di dalamnya
57
.
57
P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia, 2013, Rhineka Cipta, Bandung , hlm 21.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa konfensi internasional mengenai pengangkutan, baik laut, darat, dan udara. Seperti konvensi Hague Rules 1924, Hague Visby Rules,
Protocol 1968 dan Protocol 1978, CMR Road Convention 1956, CMI. Rail Convention 1956, Warsawa Air Convention 1929 dengan perubahan-
perubahannya. Dan terakhir adalah The Hamburg Rules 1978 yang dimaksudkan untuk melengkapi The Hague Rules dan Hague Visby Rules. Konvensi-konvensi
tersebut pada umumnya mengatur hal-hal sebagai berikut : a.
Jangka waktu periode tanggung jawab responsibility pengangkut. b.
Dasar bagi tanggung jawab ganti rugi liability pengangkut. c.
Batas tanggung jawab ganti rugi pengangkut. d.
Tanggung jawab atas sub kontraktor. e.
Persyaratan-persyaratan dokumen angkutan, tanggung jawab ganti rugi termasuk ketentuan-ketentuan khusus mengenai pengankutan barang-
barang berbahaya. f.
Jangka waktu berakhirnya batas waktu untuk mengajukan tuntutan ganti rugi
58
. Walaupun konvensi-konvensi tersebut mengatur hal-hal yang sama
seperti digambarkan diatas, namun diantaranya terdapat perbedaan antaralain mengenai lingkup berlakunya seperti The Hamburg Rules dan CMR Road
Convention. The Hamburg Rules adalah konvensi dibidang pengangkutan laut, sementara CMR Road Convention pengangkutan didarat. Disamping antara
58
Syaiful Watni. dkk ed.,Op.cit. ,hlm.24.
Universitas Sumatera Utara
konvensi-konvensi tersebut tidak terdapat kesamaan mengenai dasar dari tanggung jawab ganti rugi pengangkut mengenai hal-hal yang dapat
membebaskan dari tanggung jawab tersebut. Seperti dalam pengangkutan laut, baik barang dan penumpang diatur
dalam konvensi internasional pertama sekali yang dipergunakan adalah konvensi internasional The Hague Rules 1924 kemudaian dilengkapi dengan The The
Hangue Visby Rules 1971, yang akhirnya dikembangkan dan kemudian muncullah The Hamburg Rules 1978 sebagai pengaganti dan pelengkap dari The
Hangue Rules dan The Hangue Visby Rules. Pada dasarnya baik The Hangue Rules, The Hangue Visby Rules dan The Hmaburg Rules merupakan konvensi
internasional yang memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam pengangkutan laut, baik hak, kewajiban, tanggung jawab serta dokumen dalam pengangkutan laut
dipelayaran internasional. Laut sebagai wilayah teritorial, merupakan daerah yang menjadi
tanggung jawab sepenuhnya negara yang bersangkutsan dengan penerapan hukum yang berlaku di wilayahnya yaitu hukum nasional negara yang bersangkutan
59
. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tentang pengangkutan laut diatur dalam
Buku kedua tentang Hak-Hak Dan Kewajiban-Kewajiban Yang Terbit Dari Pelyaran. Seperti tentang kapal-kapal laut dan muatannya, perusahaan-perusahaan
kapal dan perusahaan perkapalan, nakhoda, anak kapal dan penumpang, perjanjian kerja laut, pencarteran kapal, pengangkutan barang, pengangkutan orang,
59
P. Joko Subagyo, Loc.cit., hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
penubrukan, pecahnya kapal, pendamparan dan ditemukannya barang-barang dilaut, pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan terhadap terhadap bahaya
pembudakan, kerugian laut dan lain-lain. Disamping konvensi internasional yang mengatur tentang pengangkutan
laut di wilayah internasional dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terdapat peraturan khusus yang mengatur pengangkutan laut di indonesia yakni undang-
undang seperti undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran yang mengganti undang-undang nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran. Dalam
undang-undang tentang pelayaran memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam pelayaran, keselamatan pelayaran, perkapalan hingga sarana dan prasarananya di
wilayah hukum indonesia. Baik tentang pengangkutan barang atau penumpang maupun tentang alat transportasi pengangkutan dilaut. Juga terdapat beberapa
Peraturan Pemerintah seperti PP No. 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan
Diperairan
,
PP NO. 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan, PP No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan.
E. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan Barang.