pelaksanaan bongkar muat maupun berlabuhnya kapal di pelabuhan yang dilakukan di pelabuhan, perusahaan bongkar muat maupun operator kapal juga
bertanggung jawab atas kerusakan fasilitas di pelabuhan tersebut, seperti yang termuat dalam Pasal 100 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran.Oleh sebab itu, dalam menjalankan kewajibannya pengangkut bertanggung jawab atas segala kejadian yang menimpa barang muatannya.
B. Ganti Rugi Apabila Barang Yang Diterima Dalam Keadaan Rusak
Ganti rugi apabila barang yang diterima oleh penerima barang dalam keada rusak. Setiap perusahaan pengangkutan berusaha sebaik-baiknya untuk
dapat menyerahkan barang sesuai dengan jumlah dan keadaan yang tercantum didalam Bill of Lading, akan tetapi dalam prakteknya tidak mungkin barang-
barang yang diterima selalu dalam keadaan tanpa kekurang atau kerusak. Untuk itu, biasanya perusahaan pengangkutan PT Samudera Indonesia Cab. Belawan
biasanya mengasuransikan barang yang diangkutnya agar meminimalisir resiko kerugian didalam pengangkutan
64
.Pada umumnya tuntutan terhadap ganti rugi dilakukan kepada pihak pengangkut apabila barang yang diterima dalam keadaan
rusak kurangnya barang yang diterima. Baik rusak maupun kurang lengkapnya barang yang diterima oleh penerima bisa saja terjadi di pelabuhan, baik saat
pemuatan barang maupun saat diatas kapal hingga saat pembongkaran muatan di pelabuhan pembongkaran.
64
wawancara Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan, tanggal 6 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
Setelah barang-barang dibongkar dari kapal di pelabuhan, maka bagian pergudangan membuat laporan yaitu :
1. Laporan Kekurangan.
Laporan kekurangan diterima oleh bagian klaim daftar semua muatan yang dibongkar, untuk melihat apakah ada barang yang tidak dibongkar.
Karena akan selalu ada kemungkinan barang terbongkar dan tertimbun di dalam gudang, tetapi tidak tercantum di dalam daftar.
2. Laporan Kerusakan.
Kerusakan dapat terjadi baik di kapal atau di gudang setelah pembongkaran barang dari kapal. Oleh sebab itu setelah pembongkaran
barang dari kapal haruslah diadakan pemeriksaan bersama dengan pihak kapal dan pihak gudang. Setelah diperiksa maka dicatatkanlah didalam
buku tentang segala kerusakan-kerusakan yang terjadi yang ditandatangani oleh kepala gudang.
3.Laporan Kelebihan. Tidak selalu barang yang dibongkar dari kapal sesuai dengan jumlah
yang harus dibongkar di pelabuhan. Apabila terjadi barang yang tidak termasuk di bongkar di pelabuhan yang bukan pelabuhan tujuan apabila
diketahui maka segera dimuat lagi ke kapal, namun apabila tidak termuat lagi maka barang-barang ini disebut kelebihan bongkar.
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat mengajukan permintaan ganti rugi terhadap perusahaan pelayaran, penerima perlu melengkapi dan melampirkan dokumen-dokumen
sebagai berikut : 1. E.B Except Bewijs untuk kekurangan dan C.C.B Claint Constutering
Bewijs untuk kerusakan dan kehilangan barang. 2. Copy Bill of Leding agar mempermudahkan perusahaan pelayaran untuk
mempermudah mengecek barang yang dimuat. 3. Untuk mengetahui apakah jumlah tuntutan sesuai dengan harga barang
tersebut. 4. Packing List untuk mengetahui secara detail tentang rincian barang,
ukuran, harga dan lain-lain yang tidak termuat. 5. Polis Asuransi apabila barang tersebut diasuransikan.
Setelah itu maka diajukanlah surat tuntuan ganti rugi sebagai berikut : 1.
Keterangan mengenai pengiriman barang tersebut : a.
Jenis barang menurut Surat Muat. b.
Nama kapal yang mengangkut dan Nakhodanya Jika mengetahui.
c. Nama pelabuhan pemuatan dan dan tanggal keberangkatan
kapal dari pelabuhan muat. d.
Nama pelabuhan tujuan serta tanggal tiba.
Universitas Sumatera Utara
2. Penunjukan E.B
Except Bewijs atau C.C.B Claint Constutering Bewijsserta penjelasan secara ringkas mengenai kekurangan
barang yang di konstatir. 3.
Jumlah ganti rugi yang dituntut serta penjelasan dan dasar dari perhitungan jumlah tersebut. Biasanya didasarkan pada faktur
harga pembelian
65
. Dengan cara mengajukan tuntutan secara tertulis pemilik barang telah
melakukan tugasnya untuk upaya meminta ganti rugi. Tuntutan tersebut diajukan kepada perusahaan pelayaran sebagai pengangkut.
Setelah tuntutan tersebut diterima pengangkut melihatnya secara teliti sampai dimana kerusakan yang menjadi tanggung jawabnya atau pengangkut
terbebaskan dari tanggung jawab tersebut. Jika ternyata pengangkut harus mempertanggungjawabkan kekurangankerusakan barang, maka ia segera
merancang besarnya kerugian yang diderita tersebut tanpa menunggu datangnya surat tuntutan ganti rugi dari pemilik barang. Selain itu pengangkut juga
memperhatikan apakah tuntutan ganti rugi tersebut masih berlaku atau sudah kadaluarsa seperti yang tercantum didalam Pasal 487 KUHD dan Pasal III ayat 6
The Hague Rules. Jumlah ganti rugi yang diberikan kepada penerima barang haruslah
dalam batas kewajaran. Artinya jumlah yang diberikan oleh pengangkut sesuai
65
wawancara Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan, tanggal 6 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
dengan tarif pengangkutannya tidak boleh lebih. Ini berarti ganti rugi tidak akan memberikan keuntungan kepada penerima barang.
Ganti rugi berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Dagang tertuang dalam Pasal 472 – 476 KUHDIndonesia.
Pasal 472 KUHD Didalam Pasal ini ditetapkan bahwa ganti rugi yang harus dibayar oleh
pengangkut atas barang-barang yang tidak diserahkan seluruh atau sebagian. Besarnya ganti rugi dihitung menurut harga barang yang
demikian serta jenis dan keadaan di tempat tujuan. Pasal 473 KUHD
Didalam Pasal ini ditetapkan ganti rugi atas barang-barang yang rusak. Cara menghitungnya sama dengan Pasal 472 tetapi dari jumlah ganti rugi
dikurangkan harga barang-barang yang rusak, kemudian dikurangi pajak, bea dan biaya angkut yang tidak dibayar karena barang-barang rusak.
Pasal 476 KUHD Didalam Pasal ini ditetapkan atas ganti rugi sepenuhnya, jika kerugian
disebabkan kesenganjaan atau kesalahan besar dari pengangkut. Pengangkut dapat mengambil keputusan menyetujui tuntutan,
membatalkan tuntutan atau menolak tuntutan. 1. Jika tuntutan ganti rugi disetujui
Universitas Sumatera Utara
Jika tuntutan ganti rugi disetujui oleh pengangkut, maka persetujuannya itu dia beritahukan secara tertulis. Ada 2 macam kemungkinan persetujuan ganti
rugi yang diberikan pengangkut : a.
Menyetujui ganti rugi sepenuhnya, berarti jumlah uang ganti rugi yang dimintakan oleh pemilik barang disetuju.
b. Yang disetujui hanya ganti ruginya saja, berarti pengangkut
mengakui bertanggung jawab atas kekurangankerusakan barang, tetapi jumlah uang yang diganti rugi belum di setujui.
Jumlah ganti rugi yang menjadi beban pengangkut haruslah dalam koridor kewajaran, artinya tidak mengharap keuntungan dari ganti rugi yang
diberikan oleh pengangkut terhadap tuntutan ganti rugi. Jumlah ganti rugi ditentukan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku sebagai mana ditentukan
oleh undang-undang maupun yang tercantum didalam Surat Muatan Bill of Lading.Setelah ganti rugi disetujui dan jumlah uang ganti rugi telah ditetapkan,
maka pihak pengangkut menyusun laporan ganti rugi, terutama untuk keperluan intern pengangkutan.
2. Tuntutan ganti rugi dibatalkan. Ada beberapa yang menyebabkan tuntutan ganti rugi dibatalkan atau
menjadi batal, antara lain : a.
Apabila pada barang yang hilang dan sudah dicatatkan didalam E.B ditemukan kembali oleh pengangkut dan diserahkan kepada
Universitas Sumatera Utara
penerima barang. Maka dengan demikian tuntuan atas kekurangan yang dituntut menjadi batal.
b. Ada kalanya pengangkut meawarkan barang yang serupasejenis
untuk menganti barang yang telah rusak, dan penerima barang menerima barang pengangti tersebut maka tuntutan ganti rugi
tersebut batal. 3. Tuntutan ganti rugi ditolak.
Jika pengangkut mempunyai dasar-dasar dan bukti yang kuat bahwa kekurangan atau kerusakan barang tersebut bukan karena kesalahannya atau
kelalaianya, maka pengangkut dapat menolak tuntutan ganti rugi. Ada beberapa dasar penolakan ganti rugi yaitu :
1. Force majeure. Dalam setiap Surat Muat sudah terdapat syarat yang menentukan bahwa
pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerusakanketerlambatan barang terhadap suatu kejadian yang tidak dapat dicegah oleh pengangkut selama
dalam pengangkutan barang. 2. Pelampauan jangka waktu.
Di dalam surat muat sudah dicantumkan batas waktu tertentu untuk menuntut ganti rugi secara tertulis. Jangka waktu mengenai tuntutan ganti rugi biasanya
ditentukan oleh pengangkut .
Universitas Sumatera Utara
Penolakan tersebut diberitahukan secara tertulis dan diterangkan dasar- dasar penolakannya kepada pemilik barang. Tetapi, jika pemilik barang tidak
dapat menerima dasar dan bukti penolakan pengangkut, maka penerima barang dapat membuat surat protes atas penolakan dan memberikan tangkisan dengan
bukti atas bukti yang digunakan oleh pengangkut. Apabila protes ini juga ditolak oleh pengangkut maka pemilik barang boleh mempertimbangkan apakah masalah
ganti rugi diajukan ke pengadilan.
C. Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Keterlambatan Barang.