Perjanjian Pengankutan Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

dermaga ini dipergunakan untuk mengangkat barang dari gudang ke gudang. 2 Dermaga Petikemas. Dermaga petikemas adalah dermaga yang digunakan untuk melakukan bongkar muat kapal-kapal petikemas. Dermaga petikemas terdiri dari lapangan yang terbuka dan dilengakapi dengan keran-keran untuk bongkar muat petikemas. Buruh disini dimanfaatkan untuk mengisi atau membongkar barang dari petikemas. Dermaga petikemas juga dilengkapi dengan beberapa gudang untuk menampung muatan petikemas. 3 Dermaga Khusus. Selain kapal petikemas dan general cargo, ada juga kapal-kapal dengan muatan khusus, seperti kapal ferry dan ro-ro. Biasanya untuk kapal-kapal seperti ini disediakan dermaga khusus. Kapal-kapal pengangkut minyak atau tanker juga disediakan tempat khusus untuk aktivitasnya, terpisah dari kapal-kapal lainnya karena tanker biasanya mengangkut bahan bakar yang bisa membahayakan kapal-kapal lainnya 45 .

B. Perjanjian Pengankutan

Barang Melalui Angkutan Laut Dalam pengangkutan barang melalui angkutan laut terlebih dahulu diadakan perjanjian pengangkutan, karena adanya perjanjian diantara kedua belah pihak akan menimbulkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Terjadinya perjanjian pengangkutan barang terlebih dahulu didahului oleh serangkaian 45 R.P. Suyono Ibid.,hlm.13 Universitas Sumatera Utara perbuatan penawaran dan penerimaan yang dilakukan oleh pengangkut dan pengirimpenumpang yang dilakukan secara timbal balik. Dalam proses pengangkutan ada yang disebut pengangkut dan pengirim. Pengangkut adalah pihak yang mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengankutan barang atau penumpang, singkatnya pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan dengan menggunakan alat pengangkut mekanik dan menerbitkan dokumen atas pengangkutan tersebut. Penyelenggaraan pengangkutan dapat bersetatus Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, dan Perseorangan yang melakukan usaha dibidang jasa dalam pengangkutan. Sementara pengirim adalah pihak yang mengikatkan dirinya untuk membayar biaya pengangkutan atas barang atau orang yang diangkut yang statusnyaadalah pemilik barang, yang sekaligus pemegang atas dokumen pengangkutan yang diterbitkan oleh pihak pengangkut. Pengirim barang pada peraktiknya bukanlah pemilik barang. Karena pemilik barang itu lazimnya menyerahkan pengiriman barang barang kepada orang lain, dalam hal ini disebut ekspeditur 46 . Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 86 KUHD yang dimaksud dengan ekspeditur adalah orang yang menyuruh mengangkut barang-barang perniagaan dan barang-barang di darat atau di perairan. Jadi secara singkat dapat pula disebutkan bahwa pengirim dalam kaitannya dengan pengangkutan barang-barang melalui laut adalah orang yang dengan kuasa yang diperolehnya dari pemilik barang menutup perjanjian 46 Sinta Uli, op.cit., hlm. 21 Universitas Sumatera Utara pengangkutan barang-barang melalui laut. Pengangkut barang adalah penyelenggara usaha angkutan yang berada di perairan di indonesia yang bergerak khusus dibidang pengangkutan di perairan yang dilakukan oleh badan hukum dan tunduk serta patuh terhadap peraturan hukum di Indonesia. Kewajiban pengangkut adalah menyerahkan barang angkutannya kepada penerima seseorang atau perusahaan yang telah ditentukan namanya dalam bill of lading dan kepada siapa barang yang diangkut tersebut diserahkan. Dalam The Hamburg Rules 1978 bahwa yang dimaksud penerima barang adalah mereka yang diberi atau memperoleh hak untuk menerima barang. Berdasarkan Pasal 491 KUHD, apabila barang-barang muatan telah diserahkan maka penerima wajib membayar uang angkutan. Apabila si penerima tidak mengambil barangnya atau tidak memberi jaminan pembayaran uang angkutan atau karena sebab-sebab lain, maka pengangkut dapat menyimpan barang yang bersangkutan di gudang pelabuhan atas tanggungan si penerima atau pengirim barang Pasal 495 KUHD. Dengan demikian perjanjian pengangkutan adalah persetujuan dengan mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan penumpang atau pengirim mengikatkan diri untuk membayar biaya angkutan 47 . Dengan selamat, keadaaan tidak selamat mengandung dua arti: 47 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, 2008, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 34 Universitas Sumatera Utara 1. pada pengangkutan barang, barangnya tak ada atau musnah, barangnya ada tetapi rusak sebagian atau seluruhnya disebabkan berbagai kemungkinan peristiwa; 2. pada pengakutan penumpang, penumpang meninggal dunia atau menderita cacat tetap atau sementara, karena sesuatu peristiwa atau kejadian 48 . Perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara tidak langsung maupun langsung. Secara tidak langsung terjadi dengan menggunakan jasa perantara, seperti ekspeditur untuk pengangkutan barang dan agen perjalanan untuk pengangkutan penumpang. Apabila perjanjian langsung maka penawaran dari pihak pengangkut menghubungi pengirim penumpang atau melalui media massa. Disini berarti pihak pengangkut yang mencari barang yang akan dikirim atau penumpang untuk diangkut. Pada pengangkutan diperairan, kapal menyinggahi pelabuhan untuk mengangkut barang dan penumpang. Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan tetapi didukung oleh dokumen pengangkutan yang membuktikan bahwa perjanjian sudah terjadi. Dalam undang-undang ditentukan bahwa pengangkutan baru diselenggarakan setelah biaya angkutan dibayar terlebih dahulu. Tetapi di samping ketentuan undang-undang juga berlaku kebiasaan masyarakat yang dapat membayar biaya angkutan sebagian dahulu dan melunasinya setelah selesai atau 48 Hukum tentang Perjanjian Pengangkutan, http:folorensus.blogspot.com200807hukum-tentang-perjanjian-pengangkutan.html, diakses tanggal 18 Mei 2014. Universitas Sumatera Utara membayar biaya angkutan setelah peroses pengangkutan selesai baru melakukan pembayaran ongkos pengangkutan seluruhnya kepada pengangkut 49 . Dalam hukum positif di indonesia perjanjian pengangkutan merupakan suatu sebab yang mengakibatkan timbulnya tanggung jawab dalam pengangkutan. Perjanjian pengangkutan haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan perundang-undangan yang belaku, yaitu berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata. Adapun peryaratan tersebut adalah sebagai berikut : 1 Adanya kesepakatan diantara para pihak mengenai apapun yang diperjanjikan diantara para pihak. 2 Kecakapan bagi mereka yang membuat perjanjian, artinya harus mempunyai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. 3 Hal tertentu, yaitu bahwa setiap perjanjian harus mempunyai objek perjanjiannya. 4 Kausa yang halal berarti tujuan dari perjanjian itu haruslah halal dan tidak bertentangan dengan hukum. Adapun mengenai isi perjanjiannya tergantung pada para pihak yang membuat perjanjian, sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata mengenai asas kebebasan berkontrak. Dalam The Hangue Rules yang disebut perjanjian pengangkutan dapat dilihat dalam article I b sebagai berikut : 49 Abdulkadir Muhammad, Op.cit.,35 Universitas Sumatera Utara “ Contract of carriage” applies only to contracts of carriage covered by lading or any similar document of title, in so far as such document relates so the carriage of goods by sea, including any bill of lading or any similar document as aforesaid issued under or pursuant to a charterparty from the moment at which such bill of lading or similar document of titles regulates the relations between a carrier and a holder of the same 50 . Dalam The Hambrug Rules yang dimaksud perjanjian pengangkutan disebutkan dalam article 1 6 : “Contract of carriage by sea” means any contract whereby the carrier undertakes against payments of freight to carry goods by sea from one port to another; however, a contract which involes carriage by sea and also carriage by some other means is deemed to be a contract of carriage by sea for the purpose of this convention in so far as it relates to the carriage by sea 51 . Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjanjian pengangkutan tidak termasuk kepada perjanjian-perjanjian tertentu seperti yang diatur didalam KUHPerdata, akan tetapi merupakan jenis perjanjian khusus yang diatur didalam KUHD 52 . Perjanjian pengankutan harus dapat dibuktikan dengan dokumen pengangkutan. Melalui dokumen pengangkutan tersebut baru dapat diketahui saat terjadi perjanjian pengangkutan, yaitu tempat, tanggal dan tanda tangan atau paraf yang tertulis pada dokumen angkutan. Dalam KUHD ada beberapa ketentuan yang mengatur tentang saat terjadinya persetujuan kehendak, mengenai pengankutan barang. Menurut Pasal 504 KUHD, pengirim yang telah menyerahkan barang kepada pengankut di kapal dan menerima surat tanda terima yang merupakan bukti bahwa barangnya telah 50 The Hangue Rules Article I b. 51 The Hamburg Rules Article I 6. 52 Sinta uli ., Op.cit., hlm 42. Universitas Sumatera Utara dimuat di dalam kapal. Jika pengirim mengkehendaki bill of lading, dia dapat menukarkan surat tanda terima itu dengan bill of lading yang diterbikan oleh pengangkut. Konosemen atau bill of lading memiliki beberapa fungsi: 1. Tanda Terima Barang atau Muatan Document of Receipt. Bill of Lading berfungsi sebagai tanda terima barang untu menyatakan bahwa barang telah dimuat di atas kapal. 2. Dokumen Pemilikan Document of Title. Bill of Lading berfungsi bagi siapa yang dapat mengambil barang di pelabuhan pembongkaran. 3. Kontrak Pengangkutan Contract of Carriage. Bill of Lading berfungsi sebagai kontrak perjanjian bahwa barang atau muatan akan dimuat di atas kapal hingga tempat tujuan 53 . Surat tanda terima membuktikan bahwa barang yang sudah diterima dan dimuat dalam kapal sesuai dengan penyerahan pengirim. Dengan demikian, perjanjian sudah terjadi dan mengikat sejak surat tanda terima ditanda tangani oleh pengankut atau orang atas nama pengankut pada tangal yang tertera dalam dokumen. Dalam pengangkutan laut bill of lading adalah suatu dokumen yang berfungsi sebagai dokumen angkutan, sebagai dokumen penerimaan barang oleh pengangkut dan sebagai dokumen hak pemilikan arus barang dan yang dapat 53 Abdulkadir Muhammad.,Op.cit., hlm. 310. Universitas Sumatera Utara dipindah tangankan document of title 54 . Bill of lading merupakan suatu tanda terima sejumlah barang dapat dilihat pada isi dari pembentukan persyaratan- persyaratan yang tertulis pada setiap bill of lading.

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang.