Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang.

dipindah tangankan document of title 54 . Bill of lading merupakan suatu tanda terima sejumlah barang dapat dilihat pada isi dari pembentukan persyaratan- persyaratan yang tertulis pada setiap bill of lading.

C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang.

Dengan ditutupnya perjanjian pengangkutan, maka akan timbul hak dan kewajiban diantara para pihak. Hak-hak yang dimiliki oleh pengirim barang antara lain adalah sebagai berikut : 1 Berhak menerima barang dengan selamat sampai pada tempat tujuan. 2 Berhak menerima barang sesuai dengan kapan barang tersebut diperjanjikan untuk diterima. Jika baran tersebut terlambat, maka pengirim dapat menuntutnya Pasal 477 KUHD. Sementra hak-hak yang dimiliki oleh pengangkut barang adalah : 1 Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang yang diangkut, yang disebutkan dalam Pasal 469, 470 2, dan 479 1 KUHD. 2 Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang- barang yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan pada Pasal 478 1 KUHD. 54 Sinta Uli, op.cit., hlm. 30 Universitas Sumatera Utara Setelah membahas tentang hak masing-masing pihak, tentunya akan timbul pula kewajiban dari para pihak. Kewajiban pengirim barang antara lain sebagai berikut : 1 Memberitahukan tentang sifat, macam dan harga barang yang diangkut. 2 Menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengangkutan barang. 3 Membayarkan upah atau ongkos dari pengangkutan barang. Kewajiban pengangkut adalah: 1. Menyediakan kapal Pasal 467 KUHD Tentunya dalam melakukan pengangkutan menggunakan angkutan laut adalah dengan menggunakan kapal. Kapal tersebut harus laik untuk berlayar dan memiliki anak buah yang cukup, sehingga dapat digunakan untuk membawa barang dengan selamat ke tempat tujuan. 2. Menjaga keselamatan barang yang diangkut, sejak penerimaan barang sampai ketempat tujuan barang Pasal 468 1 KUHD. 3. Dalam Pasal 470 KUHD kewajiban yang disebutkan antara lain : a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat pengangkutnya. b. Mengusahakan kesanggupan alat pengangkut itu untuk dipakai menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan. Universitas Sumatera Utara c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan yang diangkut untuk mengurangi resiko-resiko Sheepvaart mhdrijf 55 , Kejahatan-kejahatan yang dilakukan di atas kapal atau yang berhubungan dengan pelayaran. 4. Menyerahkan muatan di pelabuhan tujuan sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Apabila salah satu kewajiban yang disebutkan di atas dilanggar, maka pengangkut harus bertanggungjawab. bahkan berdasarkan Pasal 470 1 KUHD secara tegas dinyatakan : “ Janji-janji yang bermaksud demikian adalah batal “. Hal ini berarti apabila pengangkut mengadakan janji yang bertentangan dengan kewajiban yang disebutkan di atas pengangkut tetap harus bertanggungjawab 56 . Oleh karena itu keadilan adalah suatu fokus tuju yang prima dan setiap cabang hukum, dimanapun dan sampai kapanpun. Dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang bukan tanggung jawab pengangkut. Artinya apabila timbul kerugian, pengangkut bebas dari pembayaran ganti kerugian. Beberapa hal itu adalah: 1. Keadaan memaksa overmacht 2. cacat pada barang atau penumpang itu sendiri 3. kesalahan atau kelalaian pengirim atau penumpang itu sendiri. 55 J.C.T Simorangkir, Rudy T, Erwin, J.T Prasetyo. 2004. Jakarta. Kamus Hukum. Sinar Grafika, hlm 112. 56 Syaiful Watni. dkk ed., Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggungjawab Pengangkutan Dalam Sistem Pengangkutan Multimoda Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2004, hlm. 22 Universitas Sumatera Utara Ketiga hal ini diakui dalam undang-undang maupun dalam doktrin ilmu hukum. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pihak-pihak dapat membuat ketentuan yang membatasi tanggung jawab pihak-pihak. Dalam hal ini pengangkut dapat membatasi tanggung jawab berdasarkan kelayakan. Apabila perjanjian dibuat secara tertulis, biasanya pembatasan dituliskan secara tegas dalam syarat-syarat atau klausula perjanjian. Tetapi apabila perjanjian dibuat secara tidak tertulis maka kebiasaan yang berintikan kelayakan atau keadilan memegang peranan penting, disamping ketentuan undang-undang. Bagaimanapun pihak-pihak dilarang menghapus sama sekali tanggung jawab Pasal 470 ayat 1 KUHD, untuk pengangkut. Luas tanggung jawab pengangkut ditentukan dalam Pasal 1236 dan 1246 KUHPdt, menurut Pasal 1236 pengangkut wajib membayar ganti kerugian atas biaya, kerugian yang diderita dan bunga yang layak diterima, bila ia tidak dapat menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya untuk menyerahkan barang muatan.

D. Peraturan-Peraturan Tentang Pengankutan Barang.