penubrukan, pecahnya kapal, pendamparan dan ditemukannya barang-barang dilaut, pertanggungan terhadap segala bahaya laut dan terhadap terhadap bahaya
pembudakan, kerugian laut dan lain-lain. Disamping konvensi internasional yang mengatur tentang pengangkutan
laut di wilayah internasional dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang terdapat peraturan khusus yang mengatur pengangkutan laut di indonesia yakni undang-
undang seperti undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran yang mengganti undang-undang nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran. Dalam
undang-undang tentang pelayaran memuat tentang ketentuan-ketentuan dalam pelayaran, keselamatan pelayaran, perkapalan hingga sarana dan prasarananya di
wilayah hukum indonesia. Baik tentang pengangkutan barang atau penumpang maupun tentang alat transportasi pengangkutan dilaut. Juga terdapat beberapa
Peraturan Pemerintah seperti PP No. 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan
Diperairan
,
PP NO. 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan, PP No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan.
E. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan Barang.
Untuk mengetahui berakhirnya pemajian pengangkutan perlu dibedakan dua keadaan yaitu:
1. Dalam keadaan tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka perbuatan yang dijadikan ukuran ialah saat
penyerahan dan pembayaran biaya pengangkutan yang telah
Universitas Sumatera Utara
disepakati. Perjanjian pengangkutan berakhir apabila barang yang dikirim telah sampai ketempat yang dituju dengan aman dan selamat.
Namun apabila barang yang di kirim atau diangkut oleh pengangkut sampai ketempat yang di tuju namun barang tersebut sampai dalam
keadaan terlambat. 2. Dalam keadaan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka
perbuatan yang dijadikan ukuran ialah pembesaran kewajiban membayar. Maksudnya adalah apabila barang dalam diterima dalam keadaan tidak
utuh atau rusak maka bagaimanakan besaran ganti kerugian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
KAJIAN ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI ANGKUTAN LAUT
A. Tanggung Jawab Pengangkut Mengenai Pemuatan Dan Pembongkaran
Barang
Sebelum masuk kedalam pembahasan maka terlebih dahulu penulis memperkenalkan objek penelitian penulis, yakni PT. Samudera Indonesia Tbk
Cabang Belawan. PT. Samudera Indonesia adalah perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dibidang transportasi kargo dan pelayaran logistik. Perusahaan ini
merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1999 dan Bursa Efek Singapura pada tahun 1997. Perusahaan yang didirikan
oleh Soedarpo Sastrosatomo pada tahun 1964 ini awalnya merupakan perusahaan keagenan pengiriman untuk yang memelopori pengiriman barang antar pulau di
Indonesia, kargo spesial, proyek kargo berat, bongkar muat, galangan kapal, logistik pihak ketiga, industri dan pengiriman minyak gas, serta investasi
infrastruktur pelabuhan. Soedarpo Sastrosatomo, pendiri perusahaan, merupakan seorang tokoh
revolusi di Indonesia yang pernah menjadi partisan politik dan bekerja di departemen luar negeri. Karena tidak cocok dengan dunia birokrasi, Sodarpo
mengundurkan diri dan kemudian menggeluti dunia bisnis. Berbagai ancaman dan tantangan datang dari kondisi Indonesia yang saat itu masih berumur jagung.
Universitas Sumatera Utara
Namun, Soedarpo tidak lantas menyerah dari kekecewaan dan kesedihan ketika perusahaan mengalami kebangkrutan saat pemerintahan Orde Baru. Perusahaan
tetap bertahan dan membuktikan kekuatan Maritime Asia Hall of Fame dari Soedarpo.
Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi perusahaan transportasi kargo terpadu terdepan dan terkemuka di pasar yang kami layani. Sedangkan
misinya adalah untuk menyediakan transportasi kargo berkualitas tinggi untuk pelanggan mereka dengan menjunjung nilai-nilai perusahaan. Sebagai perusahaan
yang luas bidang kegiatannya, terutama bergerak dalam bidang jasa angkutan laut. PT. Samudera Indonesia Tbk memegang peranan penting untuk memajukan
perdagangan di dalam dan luar negeri karena perusahaan memperlancar arus barang.
Seiring dengan berkembangnya perusahaan serta tingginya tingkat kompleksitas dari oprasional, maka dibutuhkan kantor cabang untuk
mempermudah oprasional di setiap kota pelabuhan utama di indonesia. Untuk melayani para pelanggannya, PT. Samudera Indonesia Tbk didukung oleh kurang
lebih 23 anak perusahaan, 19 kantor cabang dan agen di pelabuhan-pelabuhan utama yang terletak diseluruh indonesia.
PT. Samudera Indonesia Tbk Cab. Belawan didalamnya juga terdapat 3 perusahaan yang menjadi member anggota dari PT. Samudera Indonesia Tbk,
antara lain : 1.
PT Masaji Kargosentra Tama.
Universitas Sumatera Utara
2. PT Masaji Tatanan Container.
3. PT Silkargo Indonesia.
Dimana ketiga perusahaan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda di dalam melaksanakan pengangkutan yang dilakukan oleh PT.
Samudera Indonesia Tbk Cabang Medan. Didalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah perantara antara
pengirim barang dengan penerima barang. PT. Samudera Indonesia Tbk Cabang Belawan adalah penjual jasa yang melayani pengangkutan barang dari pengirim
barang kepada penerima barang. Pada masa sekarang ini, sebelum pengirim barang mengirimkan dan mengadakan perjanjian pengangkutan barang dengan
pengangkut, pengirim tidak langsung megurus dokumen-dokumennya sendiri melainkan melalui Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut atau biasa disebut
dengan EMKL. Pengirim barang berhubungan langsung dengan perusahaan EMKL yang
akan mengirimkan barang, sekaligus mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan seperti : Konosemen, Shipping Instruction, Copy
Letter of Credit, Nomor Pokok Wajib Pajak, Izin Perdagangan, dan seterusnya. Setelah dokumen tersebut diterima, maka perusahaan EMKL akan
membukukannya didalam buku kegiatan ekspor yang selanjutnya diberikan kepada bagian clearence supaya diserahkan kepada bea cukai agar diregistrasi,
kemudian barang akan dicek di gudang untuk ditentukan tanggal pengiriman barang. Penghitungan barang yang diangkat akan dihitung oleh bagian Tally, yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian menyerahkan sebagian Bill of Leading kepada pengirim yang sisanya di kembalikan kepada clearence agar diserahkan ke bea cukai. Setelah sebagian
dokumen diterima maka bea cukai akan akan memeriksa barang yang akan dikirim. Jika tidak terjadi kesalahan maka dokumen fiat muat dan fiat ekspor akan
diserahkan kepada perusahaan pelayaran atau pengangkut untuk mengangkut barang.
Dalam membuat suatu perjanjian pengangkutan dengan pengirim, PT. Samudera Indonesia Cab. belawan mendapat kebebasan untuk menandatangani
perjanjian pengangkutan laut, tanpa harus meminta persetujuan terlebih dahulu kepada kantor pusat. Akan tetapi dalam hal-hal tertentu seperti claim asuransi dan
sebagainya perlu mendapat persetujuan dari kantor pusat. Dengan demikian, setiap cabang dari Perusahaan Pelayaran PT. Samudera Indonesia Tbk mendapat
wewenang untuk membuat dan menandatangani perjanjian pengangnkutan laut dengan pengirim barang atau perusahaan EMKL.
PT Samudera Indoesia Tbk adalah perusahaan yang taat dan patuh terhadap hukum yang berlaku di indonesia, oleh sebab itu segala peraturan
mengenai pembongkaran dan pemuatan barang yang dilakukan akan dipatuhi dan ditaati oleh PT Samudera Indonesia Tbk Cabang Belawan. Pada dasarnya yang
dimaksud dengan tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau berkewajiban memikul dan menanggung tanggung jawab serta
menanggung akibatnya. Tanggung jawab terdisi dari 2 aspek yaitu, tanggung jawab bersifat kewajiban dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan tanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab ganti rugi. Didalam hukum pengangkutan ada beberapa janis tanggung jawab antara lain :
1. Tanggung Jawab Karena Kesalahan.
Berdasarkan prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab
membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya. Dan pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut.
Perinsip ini terdapat dalam Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum.
2. Tanggung Jawab Karena Praduga.
Berdasarkan prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya,
akan tetapi jika pihak pengangkut dapat membuktikan bahwa pihaknya tidak bersalah maka dia dapat terbebas dari tanggung jawab membayar
ganti rugi. 3.
Prinsip Tanggung Jawab Mutlak. Berdasarkan prinsip ini, pihak pengangkut harus bertanggung jawab atas
segala kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya. Tanpa keharusan pembuktian adanya kesalahan
pengangkut. Tanggung jawab pengangkut dapat ditemui didalam KUHD maupun
konvensi-konvensi internasional.
Universitas Sumatera Utara
1. Tanggung jawab pengangkut menurut KUHD
60
Pasal 468 KUHD menyatakan : persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga keselamatan barang yang harus diangkutnya,
mulai saat diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut. Seperti yang dikatahui dalam prakteknya penerimaan barang dapat
dilakukan diberbagai tempat, seperti di gudang, di pelabuhan, di tonggang maupun ditempat lain sebagainya yang dikehendaki untuk melakukan pertemuan
untuk penerimaan pengiriman barang dari pangirim. Begitu juga halnya dengan penerimaan barang, dapat dilakukan di pelabuhan tujuan, terminal bongkar muat,
di atas kapal dan tempat lain. Selanjutnya dalam Pasal 468 Ayat 3 KUHD menyebutkan bahwa
pengangkut bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka yang dipekerjakannya, dan untuk segala benda yang dipakainya dalam penyelenggaraan
pengangkutan tersebut. Di dalam pasal ini berarti semua pekerja dan alat yang digunakan untuk melaksanakan pengangkutan baik pemuatan dan pembongkaran
barang menjadi tanggung jawab dari pengangkut 2. Tanggung jawab pengangkut menurut The Hague Rules 1924
Menurut The Hague Rules, pertanggung jawaban pengangkut itu adalah sejak saat barang itu dimuat sampai barang dibongkar. Sehingga dengan demikian
60
Hasim Purba, Pengangkutan Di Laut,2005 Penerbit Pustaka Bangsa Press, Medan, hlm 102.
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban pengangkut itu berakhir pada saat barang dibongkar dari kapal laut
Kemudian dalam Pasal 3 ayat 2 ditetapkan bahwa pengangkut berkewajiban agar barang-barang yang dimuat, dirawat, diangkat, dijaga,
dipelihara, dan dibongkar sewajarnya. Selain itu pengangkut juga bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan barang yang diangkat yaitu :
a Pada waktu pemuatan barang
b Dalam pemadatan di palka kapal
c Selama pengangkutan mulai dari pelabuhan muat sampai degan
pelabuhan tujuan untuk dibongkar d
Pada waktu pembongkaran sampai barang tiba di gudang 3. Tanggung jawab pengangkut menurut The Hamburg Rules 1978
Tanggung jawab pengangkut terurai didalam Pasal 4 ayat 1 The Hamburg Rules yang berdasarkan pasal ini menyebutkan pertanggungjawaban
pengangkut adalah saat barang-barang telah berada dibawah penguasaanya mulai dari pemuatan barang, berlangsungnya pengangkutan sampai dengan
pembongkaran. Menurut Keputusan Menteri No. 14 tahun 2002, yang dimaksud dengan
perusahaan bongkar muat adalah badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari
dan ke kapal
61
. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 32 Undang-Undang
61
R.P. Suyono., Op.Cit., hlm 219
Universitas Sumatera Utara
Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran yang menjelaskan bahwa usaha bongkar muat dilakukan oleh badan usaha yang didirikan khusus untuk itu.
Selain badan usaha yang didirikan khusus, kegiatan bongkar muat dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan nasional hanya untuk kegiatan bongkar muat barang
tertentu untuk kapal yang dioprasikan. Sebagai perusahaan yang melayani pembongkaran dan pemuatan barang
ke dalam kapal atau dari gudang ke kapal, dalam hal ini PT. Deli Jaya Samudera sebagai perusahaan stavedoring yang melaksanakan jasa pembongkaran dan
pemuatan barang di pelabuhan yang merupakan angota dari PT. Samudera Indonesia Tbk Cabang Medan. Dalam melakukan usahanya, perusahaan bongkar
muat memiliki kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut antara lain: a.
Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin usaha dalam keputusan ini, dan kebijaksanaan umum pemerintah di bidang
penyelenggaraan bongkar muat dari dan ke kapal. b.
Memenuhi batas minimal kecepatan bongkar muat barang yang telah ditetapkan pada setiap pelabuhan.
c. Mengenakan atau memberlakukan tarif yang berlaku sesuai peraturan.
d. Meningkatkan keterampilan kerja.
e. Bertanggung jawab terhadap barang selama berada di bawah
pengawasannya .
Universitas Sumatera Utara
f. Bertanggung jawab kepada kerusakan alat bongkar muat kapal yang
disebabkan oleh kesalahan, kelalaian orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya.
g. Menyampaikan laporan kegiatan usahanya secara berkala kepada :
1 Administrator pelabuhan setempat berupa laporan harian, bulanan,
dan tahunan. 2
Direktur Jenderal Perhubungan Laut. h. Mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku
62
. Dalam melakukan pelayanan, perusahaan bongkar muat harus bekerja
sama dengan berbagai pihak seperti PT. Pelabuhan Indonesia, perusahaan pelayaran, EMKL, Pemilik barang, penyedia tenaga buruh dan sebagainya.
Masing-masing pihak memiliki tugas dan tanggung jawab. Sedangkan perusahaan bongkar muat memiliki tanggung jawab atas :
a. Kelancaran kegiatan bongkar muat,
b. Keselamatan penerimaan dan penyerahan barang,
c. Kebenaran laporan yang disampaikan,
d. Mengatur penggunaan tenaga kerja bongkar muat dan peralatan sesuai
kebutuhan
63
. Perusahaan bongkar muat juga bertanggung jawab terhadap kerugian
yang diderita akibat hilang atau rusaknya barang yang dimuat atau dibongkar akibat kelalaiannya dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, terkait dengan
62
wawancara Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan, tanggal 6 Juli 2014
63
wawancara Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan, tanggal 6 Juli 2014
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan bongkar muat maupun berlabuhnya kapal di pelabuhan yang dilakukan di pelabuhan, perusahaan bongkar muat maupun operator kapal juga
bertanggung jawab atas kerusakan fasilitas di pelabuhan tersebut, seperti yang termuat dalam Pasal 100 Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang
pelayaran.Oleh sebab itu, dalam menjalankan kewajibannya pengangkut bertanggung jawab atas segala kejadian yang menimpa barang muatannya.
B. Ganti Rugi Apabila Barang Yang Diterima Dalam Keadaan Rusak