BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata Malo dkk. 1985:46. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007:588 , konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal
budi untuk memahami hal-hal lain. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan
beberapa konsep, yaitu konsep variasi dan bunyi vokal.
2.1.1 Variasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 1259 variasi adalah tindakan atau hasil perubahan dari keadaan semula, variasi dalam lingkungan
yang sama, terutama dalam beberapa kata yang tidak berubah maknanya. Aslindaf 2007:17 memberikan pengertian tentang variasi dalam kajian
bahasa adalah bentuk-bentuk atau bagian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya. Chaer 2004:62
mengatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk perbedaan untuk membedakan bahasa berdasarkan penutur dan penggunanya, berdasarkan penutur berarti siapa
Universitas Sumatera Utara
yang menggunakan bahasa itu, dimana tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu
digunakan. Berdasarkan penggunaannya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, bagaimana situasi keformalannya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil simpulan bahwa variasi adalah bentuk-bentuk perubahan untuk membedakan antara satu bahasa dengan
bahasa lain tetapi tidak mempengaruhi bahasa induknya.
2.1.2 Bunyi Vokal
Jones dalam Marsono 2008 mengatakan secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi-vokal. Pembedaan ini didasarkan pada
ada tidaknya hambatan proses artikulasi pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi.
Verhaar 1977:17 mengatakan hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja, hambatan yang hanya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut
artikulasi. Vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali, dengan demikian semua
vokal bunyi bersuara. Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita suara tanpa penyempitanatau penutupan apa pun pada daerah
artikulasi mana pun. Bunyi vokal terjadi apabila pita suara terbuka dan menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru dan arus udara,
keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan, kecuali bentuk rongga
Universitas Sumatera Utara
mulut yang berbentuk sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan. Jadi bunyi vokal semuanya bersuara sebab dihasilkan dengan pita suara yang terbuka sedikit.
Lyons 1995: 102 menjelaskan bahwa vokal umumnya diklasifikasikan menurut tiga dimensi artikulatoris: tingkat terbukanya mulut; posisi bagian lidah
yang tertinggi; dan posisi bibir. Jadi, bunyi tertentu mungkin dideskripsikan sebagai vokal rapat, depan, dan bundar dan bunyi lain sebagai rapat, depan, dan
tak bundar. Contoh vokal depan tak bundar i : [lidah]. Selanjutnya, Chaer 1994: 113 membagi vokal berdasarkan posisi lidah
dan bentuk mulut. Posisi lidah dapat bersifat vertikal dan dapat bersifat horizontal, sedangkan bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tidak bundar.
Seperti terlihat dalam tabel berikut:
depan tengah
belakang TB
B TB
B TB B
i u
tinggi I
U e
∂
o tengah
ᴐ
rendah a
Gambar: Peta Vokal Bahasa Indonesia Secara vertikal vokal dibedakan atas vokal tinggi i dan u, vokal tengah
e dan ə , vokal rendah a. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan I
dan e, vokal pusat ə , vokal belakang u dan o. Kemudian pada diagram
terdapat vokal bundar yaitu o dan vokal u. Vokal tidak bundar yaitu i dan e
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Fonologi