31
2.2.5.5 Netralisasi
Crystal dalam Lubis 2011 memberi arti bahwa netraslisasi adalah istilah yang digunakan dalam fonologi untuk menggambarkan apa yang terjadi
perbedaan antara dua fonem hilang dalam tertentu. Fungsi fonem adalah membedakan makna,suatu fungsi yang nampak dalam
pasangan minimal. Misalnya t dan d berfungsi dalam pasangan minimal dalam banyak bahasa. Jika pada satu waktu atau pada satu lingkungan perbedaan atara
dua fonem itu tidak lagi atau satu fonem menjadi fonem yang lain, maka netralisasi telah terjadi karena telah terjadi perpindahan identitas fonem yang satu
menjadi satu fonem yang lain. Verhaar 1996:85 mengambil contoh dalam bahasa Belanda yaitu antara hard
atau hart. Hard „keras‟ sama ucapannya dengan hart karena memang dalam
bahasa Belanda tak terdapat d pada akhir kata. Tetapi anehnya bila kata-kata yang dua itu diberi akhiran maka jadilah herder
dan harter fonem t pada kata hard berubah menjadi d. Dengan demikian oposisi antara d dan t menjadi batal. Bentuk fonem akhir
pada hard adalah d dan t, karena kedua fonem itu memiliki fungsi yang sama maka disebutlah dengan arkifonem. Arkifonem selalu dilambangkan dengan huruf
besar.
Universitas Sumatera Utara
32
2.2.5.6 Monoftongisasi
Verhaar 1996 mengatakan bahwa monoftongisasi adalah perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap difftong menjadi vokal tunggal monoftong.
Peristiwa penunggalan vokal ini banyak terjadi dalam bahasa Indonesia sebagai sikap pemudahan pengucapan terhadap bunyi-bunyi diftong.
Kata ramai diucapkan [rame], petai diucapkan [p əte]. Perubahan ini terjadi
pada bunyi vokal rangkap [ai] ke vokal tunggal [e]. Penulisan juga disesuaikan menjadi rame dan pete.
Contoh lain: - kalau [kalau] menjadi [kalo]
- danau [danau] menjadi [dano] - satai [satai] menjadi [sate]
2.2.5.7 Anaptiksis
Verhaar 1996 berpendapat bahwa anaptiksis atau suara bakti adalah perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal tertentu di antara dua
konsonan untuk memperlancar ucapan. Bunyi yang biasa ditambahkan adalah bunyi vokal lemah. Dalam bahasa Indonesia, penambahan bunyi vokal lemah ini
biasa terdapat dalam kluster. Seperti contoh: putra menjadi putera; bahtra menjadi bahtera; srigala menjadi serigala
Universitas Sumatera Utara
33
Akibat penambahan [ ə] tersebut, berdampak pada penambahan jumlah silabel.
Konsonan pertama dari kluster yang disisipi bunyi [ ə] menjadi silabel baru
dengan puncak silabel pada [ ə]. Jadi, [tra] menjadi [tə+ra], [tri] menjadi [tə+ri],
[sri] menjadi [s ə+ri], dan [slo] menjadi [sə+lo].
2.2.5.8 Penambahan Bunyi