dalam dunia fisik dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, neurologikal, dan psikologikal manusia yang membuat bunyi-
bunyi itu. Fonologi adalah „linguistik‟, dalam pengertian bahwa sintaksis, morfologi, semantik juga termasuk linguistik,
sedangkan fonetik berangsur-angsur berubah dalam berbagai hal menuju neurologi, psikologi perceptual, akustik, dan sebagainya.
Kegunaan fonologi dalam kajian variasi bunyi vokal bahasa Indonesia ini adalah untuk membedakan variasi-variasi apa saja yang terjadi dalam bunyi vokal
bahasa Indonesia dan untuk mengetahui perubahan bentuk bunyi vokal apa saja yang dituturkan oleh masyarakat keturunana Tionghoa
2.2.2 Fonetik Artikulatoris
Verhaar 1996:27 mengatakan fonetik artikulatoris adalah jenis fonetik yang membahas bunyi-bunyi bahasa dari cara menghasilkan bunyi-bunyi bahasa
dengan alat-alat bicara. Hal utama yang harus diperhatikan pada fonetik
artikulatoris adalah alat-alat bicara.
1. Paru-paru
2. Batang tenggorokan
3. Pangkal tenggorok
4. Pita-pita suara
5. Krikoid
6. Tiroid atau lekum
7. Aritenoid
8. Dindingrongga kerongkongan
9. Epiglottis
10. Akar Lidah
11. Pangkal Lidah
12. Tengah Lidah
13. Daun Lidah
14. Ujung Lidah
Universitas Sumatera Utara
15. Anak Tekak
16. Langit-langit lunak
17. Langit-langit keras
18. Gusi, lengkung kaki gigi
19. Gigi atas
20. Gigi bawah
21. Bibir atas
22. Bibir bawah
23. Mulut
24. Rongga mulut
25. Rongga hidung
Pike, 1947 dan Lapoliwa, 1981 dalam Marsono 2008 mengatakan sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa adalah udara dari paru-
paru. Udara dihisap ke dalam paru-paru dan dihembuskan keluar bersama-sama saat bernafas. Udara yang dihembuskan itu kemudian mendapatkan hambatan di
berbagai tempat alat bicara dengan berbagai cara, sehingga terjadilah bunyi-bunyi bahasa. Tempat atau alat bicara yang dilewati oleh udara tersebut. Pada waktu
udara mengalir keluar pita suara dalam keadaan terbuka. Jika udara tidak
Universitas Sumatera Utara
22
mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi seperti dalam bernafas.
2.2.3 Bunyi Vokal
Salah satu kajian fonologi yang mengkaji tentang bunyi vokal bahasa Indonesia adalah teori yang dipakai adalah teori Marsono 1986:29-34
mengklasifikasikan vokal berdasarkan: a.
Tinggi rendahnya lidah, vokal terbagi atas: vokal tinggi [i, u] vokal madya [e, ƹ , ǝ, o, ᴐ], vokal rendah [a].
b. Bagian lidah yang bergerak, vokal dibedakan menjadi: vokal depan [i, e, ᴐ,
a], vokal tengah [ǝ], vokal belakang [u, o, ƹ, a] c.
Struktur yaitu keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif Lapoliwa, 1981: 18 dalam Marsono. Vokal dibedakan
atas: vokal tertutup yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. Vokal
tertutup ini terletak pada garis yang menghubungkan antara [i] dengan [u], vokal semi tertutup yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat
dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau duapertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak pada garis yang menghubungkan antara vokal
[e] dengan [o], vokal semi terbuka yaitu vokal yang diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah terletak pada garis
yang menghubungkan vokal [ƹ] dengan [ᴐ], vokal terbuka yaitu vokal
Universitas Sumatera Utara
23
yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, kira-kira pada garis yang menghubungkan antara vokal [a].
d. Bentuk bibir, berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan Jones,
1958: 16 dalam Marsono, vokal dapat dibedakan atas: vokal bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat seperti vokal [
ᴐ] posisi bibir terbuka bulat, vokal [o, u] posisi bentuk bibir tertutup bulat, vokal
netral yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral seperti vokal [ a ] vokal tak bulat yaitu vokal yang diucapkan dengan
bentuk bibir terbentang lebar seperti vokal [i, e, ∂, ᴐ, a]. Lain halnya dengan bunyi vokal dalam bahasa mandarin. Bunyi vokal dasar
bahasa mandarin terdiri atas: [a], [o]. [e]. [u], [i], [ Ü]. Contoh variasi bunyi vokal [e] pada keturunan Tionghoa adalah sebagai
berikut: Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ u ]
Contoh : tepung diucapkan
[ tupung ] semut diucapkan
[ sumut ] tebu diucapkan
[ tubu ] sembuh diucapkan
[ sumbuh ]
Bunyi [ e ] bervariasi dengan bunyi [ i ] Contoh :
senang diucapkan [ sinaη ]
sedang diucapkan [ silaη ]
segar diucapkan [ sikal ]
Universitas Sumatera Utara
24
seperti diucapkan [ sipalti ]
senantiasa diucapkan [ sinaηtiasa ]
2.2.4 Bunyi Vokal Bahasa Mandarin