41
menghasilkan  solusi  yang  tepat,  ekonomis,  dapat  diandalkan,  cepat,mudah  untuk  digunakan dan mengerti.
Analisis kuantitatif disebut pula analisis statistik. Prosesnya dapat dibagi menjadi tiga tahap yang satu sama yang lain berkaitan erat. Tahap pertama adalah tahap pendahuluan yang
disebut  tahap  pengelolaan  data.  Tahap  berikutnya  adalah  tahap  utama,  yang  disebut  dengan tahap pengorganisasian data. Adapun tahap yang terakhir adalah tahap penentuan hasil.
Untuk  menghasilkan  suatu  model  yang  baik,  maka  analisis  regresi  memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
3.8.1. Uji Asumsi Klasik
Uji  asumsi  klasik  dilakukan  untuk  memastikan  bahwa  sampel  yang  diteliti  terbebas dari gangguan multikolinearitas, autokorelasi, heterokedstisits, dan normalitas.
3.8.1.1.  Uji Normalitas
Pengujian  normalitas  data  digunakan  untuk  melihat  apakah  data  yang  digunakan berdistribusi normal. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang
memiliki  distribusi  normal.  Uji  normalitas  dalam  penelitian  ini  menggunakan  uji Kolmogorov-Smirnov. Data berdistribusi normal apabila nilai signifikan  5 0,05.
3.8.1.2. Uji Multikolinearitas
Uji  multikolinearitas  bertujuan  untuk  melihat  apakah  pada  model  regresi  ditemukan adanya  korelasi  antar  variabel  independen.  Jika  terjadi  korelasi  maka  dinamakan  terdapat
problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Universitas Sumatera Utara
42
Untuk  mendeteksi  apakah  model  regresi  yang  dipakai  bebas  dari  masalah multikolinearitas  dapat  dilihat  dari  Variance  inflaction  factor  VIF  dan  tolerance  TOL.
Nilai  tolerance  yang  rendah  sama  dengan  nilai  VIF  tinggi  karena  VIF  =  1tolerance  dan menunjukkan  adanya  kolinearitas  yang  tinggi.  Nilai  cut  off  yang  umum  dipakai  adalah
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Apabila TOL di bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka  terjadi  multikolinearitas.  Konsekuensinya  adanya  multikolinearitas  menyebabkan
standart error cenderung semakin besar.
3.8.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji  heteroskedastisitas  bertujuan  untuk  melihat  apakah  dalam  model  regresi  terjadi ketidaksamaan  varian  dari  residual  satu  pengamatan  ke  pengamatan  yang  lain.  Jika  varians
dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan  jika  varian  berbeda  disebut  heteroskedastisitas.  Model  regresi  yang  baik  adalah  apabila
tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika angka signifikan yang diperoleh dari persamaan regersi lebih  besar  dari  alpha  5,  maka  dikatakan  tidak  terjadi  heteroskedastisitas.  Sebaliknya  jika
angka  signifikan  yang  diperoleh  lebih  kecil  dari  alpha  5,  maka  dapat  dikatakan  terjadi heteroskedastisitas.
Cara  mendeteksi  ada  atau  tidaknya  heteroskedastisitas  pada  suatu  model  dapat dilakukan  dengan  uji  Scatterplot.  Syarat-syarat  yang  harus  dipenuhi  sehingga  penelitian  ini
terbebas  dari  asumsi  klasik  heteroskedastisitas  dan  layak  digunakan  dalam  penelitian,  jika output Scatterplot menunjukkan peneyebaran titik-titik data sebagai berikut:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
Universitas Sumatera Utara
43
c. Penyebaran  titik-titik  data  tidak  boleh  membentuk  pola,jika  ada  pola  tertentu,
seperti titik yang membentuk pola yang tertaur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
d. Penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.
3.8.1.4. Uji Autokorelasi