40 kawasan pertanian dengan hasil andalan seperti padi pemasok stok beras
nasional dan biji-bijian seperti jagung, kelapa yang dipergunakan sebagai bahan multiguna untuk kebutuhan keseharian diperas untuk santan, dibuat minyak
kelapa,cuka atau gula, coklat daerah pengekspor coklat terbesar di Indonesia, serta hasil lainnya. Kini desa ini berkembang menjadi kawasan multi usaha karena
pola pertanianperkebunan dan perikanan yang menjadi fondasi utama pendapatan masyarakat Desa Kwala Gunung.
II.2. Komposisi Antar Suku
Kesukuan merupakan identitas sosial yang berbeda dengan identitas diri dan kelompok sosial. Kesukuan lebih memeberikan pemahaman tentang
pemahaman diri sebagai kepribadian. Identitas ini dimiliki oleh setiap individu dan tidak dimiliki secara komunal.
Berbeda halnya dengan kesukuan, kepribadian dan identitas dimaknai secara individu oleh kelompok sosial. Kadangkala kelompok sosial juga masih
membawa identitas dirinya dalam kelompok
, s
edangkan kelompok sosial adalah gabungan dari dua orang atau lebih. Biasanya mereka memiliki pemahaman
tentang pandangan hidup, atribut dan definisi yang sama untuk mendefinisikan siapa mereka selain itu kelompok sosial biasanya membentuk karakter yang
berbeda dengan kelompok yang lain. Hal ini dilakukan dikarenakan ada keinginan kelompok untuk berbeda dengan kelompok yang lain.
36
36
Hardiman, F. Budi..,Op.,Cit .,Hal.100.
Universitas Sumatera Utara
41 Kesukuan adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari
pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut.
Identitas sosial yang dimiliki oleh seorang anggota kelompok atas kelompoknya yang dianggap sesuai dengan identitas yang ada pada dirinya. Keberadaannya
pada kelompok akan membentuk ikatan emosi antara dirinya dan kelompoknya.
37
Pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desakelurahan dan
keberhasilan pembangunan nasional, karena perannya yang besar, maka perlu adanya peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan
pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Hal inilah yang menjadi salah satu latar
belakang munculnya kebijakan anggaran yang baru dari pemerintah Indonesia. Dari 73.000 tujuh puluh tiga ribu desa atau nagori yang berada di
Indonesia, diantaranya terletak di Kabupaten Batu Bara. Kabupaten Batu Bara adalah sebuah kabupaten yang berada di Sumatera Utara dan Kota Lima Puluh
adalah ibu kota kabupaten ini. Kabupaten ini memiliki 7 Tujuh kecamatan dan keseluruhan kecamatan terdiri dari 103 seratus tiga desa. Desa Kwala Gunung
adalah salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Batu Bara, dimana Desa Kwala Gunung adalah sebagai objek penelitian. Desa Kwala Gunung, berjarak 10
sepuluh kilometer dari jalan besar Siantar –Kisaran.
37
Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin dan Leo Suryadinata, , Indonesia’s Population. Series No. 7, Singapore, Institute of Southeast Asian Studies, 2004 Hal.78.
Universitas Sumatera Utara
42 Desa Kwala Gunung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.179 jiwa yang
mana komposisinya :
38
Komposisi kesukuan di Desa Kwala Gunung
Etnis Jumlah
Persen
Jawa 1.459 Jiwa
67 Melayu 567
Jiwa 26
Batak Toba dan Mandailing 65 Jiwa 3
Batak Karo 22 Jiwa
1 Batak Simalungun
22 Jiwa 1
Lainnya 44 Jiwa
2 Jumlah 2.179
Jiwa 100
Sumber : Kantor Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh. Desa Kwala Gunung merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Lima
Puluh Kabupaten Batu Bara. Desa Desa Kwala Gunung adalah salah satu jenis desa yang dapat dikategorikan sebagai desa swakarsa, yakni desa yang sedang
berkembang. Dimana kita ketahui desa ini masih alami yang belum banyak mendapatkan fasilitas-fasilitas memadai.Secara struktur dan infrastuktur
pembanguann di Desa Kwala Gunung belum merata, sehingga membuat kehidupan dari masyarakat masih berada tahap pembangunan.
Suku bangsa di Desa Kwala Gunung biasanya membentuk suatu komunitas yang berdasarkan kesukuan dominan yang terdiri dari:
38
Kantor Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh.
Universitas Sumatera Utara
43 1.
Dusun 1 mayoritas suku Jawa. 2.
Dusun 2 mayoritas suku Melayu. 3.
Dusun 3 mayoritas suku Jawa. 4.
Dusun 4 mayoritas suku Jawa. 5.
Dusun 5 mayoritas suku Jawa.
39
Desa Kwala Gunung terdiri dari kondisi alam yang masih alami, secara topografis merupakan daerah yang berhawa panas apalagi menjelang sore hari
sangat terasa suasananya. Mayoritas etnik yang mendiami pemukiman penduduk adalah etnik Jawa, selebihnya adalah etnis Melayu, Batak dan Lainnya. Dengan
kondisi seperti ini, suasana keragaman budaya dalam aktivitas yang dilakukan warga semakin jelas tampak. Artinya kondisi penduduk yang homogen, tercermin
di sana yang melahirkan kemajemukan kondisi sosiokultural penduduk. Masyarakat Desa Kwala Gunung membangun hubungan kerjasama
masyarakat dalam bergotong royong dan saling toleransi, sikap seperti itu memberikan kelayakan yang cukup dalam menciptakan suasana harmonis dalam
bermasyarakat. Timbulnya suatu masalah atau konflik kepentingan, dapat diselesaikan secara damai dan terbuka melalui suatu musyawarah pencapaian
perdamaian dalam masyarakat. Dilihat dari konflik yang sering terjadi pada masyarakat adalah selalu tentang batas tanah penduduk, dengan demikian suasana
penduduk yang harmonis dan rukun, masih tercipta dengan kondisi masyarakat
39
Kantor Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh.
Universitas Sumatera Utara
44 yang heterogen. Tetapi bukan berarti tidak ada konflik yang terjadi pada warga,
tetap ada sekalipun konflik tersebut hanyalah masalah intern desa. Desa Kwala Gunung terdiri dari 5 dusun dengan bermayoritas suku Jawa.
Bahasa yang sering digunakan setiap hari adalah Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Jawa yang menikah dengan suku lain
terutama etnis Jawa dan Melayu. Itu sebabnya mereka memakai bahasa Indonesia
sebagai bahasa sehari-hari karena akulturasi budaya yang telah bercampur.
Masyarakat Desa Kwala Gunung, juga memiliki sawah dan ladang yang luas. Sawah dan ladang mereka miliki, dikerjakan sendiri dan tidak ada istilah
juragan. Setelah panen yang mereka tanam mereka langsung menjualnya. Bahkan mereka tidak lupa membuat syukuran dengan masing-masing suku.
II.3. Eksistensi Antar Suku