44 yang heterogen. Tetapi bukan berarti tidak ada konflik yang terjadi pada warga,
tetap ada sekalipun konflik tersebut hanyalah masalah intern desa. Desa Kwala Gunung terdiri dari 5 dusun dengan bermayoritas suku Jawa.
Bahasa yang sering digunakan setiap hari adalah Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Jawa yang menikah dengan suku lain
terutama etnis Jawa dan Melayu. Itu sebabnya mereka memakai bahasa Indonesia
sebagai bahasa sehari-hari karena akulturasi budaya yang telah bercampur.
Masyarakat Desa Kwala Gunung, juga memiliki sawah dan ladang yang luas. Sawah dan ladang mereka miliki, dikerjakan sendiri dan tidak ada istilah
juragan. Setelah panen yang mereka tanam mereka langsung menjualnya. Bahkan mereka tidak lupa membuat syukuran dengan masing-masing suku.
II.3. Eksistensi Antar Suku
Aktivitas para politisi yang meningkat dalam hal pembentukan opini publik membuat isu kesukuan menjadi public relation dalam aktivitas politik di
Desa Kwala Gunung dimana ini menjadi alat dalam pembentukan opini publik. Keterikatan antara isu kesukuan dan proses kampanye calon kepala desa di Desa
Kwala Gunung berangkat dari pemahaman tentang sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan
kepentingan yang sama.
40
40
Maunati Yekti. Identitas Dayak: Komodifikasi dan Politik Kebudayaan.2004. Yogyakarta:LKIS. Hal.65.
Universitas Sumatera Utara
45 Opini Kesukuan merupakan pendapat kelompok masyarakat atau sintesa
dari pedapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan. Dalam menentukan opini publik, yang dihitung
bukanlah jumlah mayoritasnya numerical majority namun mayoritas yang efektif effective majority. Memahami opini seseorang, apalagi opini publik,
bukanlah sesuatu yang sederhana. Haruslah dipahami opini yang sedang beredar di segmen publiknya. Opini sendiri memiliki kaitan yang erat dengan pendirian
attitude. lebih lanjut, opini mempunyai unsur sebagai molekul opini, yaitu belief kepercayaan tentang sesuatu, attitude apa yang sebenarnya dirasakan
seseorang, dan perception persepsi.
41
Wilayah suku bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah.
Masyarakatnya terdiri atas banyak suku, dari Sabang sampai Merauke. Setiap kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya masing-
masing yang bersumber dari pemikiran-pemikiran atau dari suatu kebiasaan yang terkait dengan lingkungan dimana kelompok masyarakat itu berada.
Kehidupan kelompok masyarakat di Desa Kwala Gunung tidak terlepas dari kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat
pendukungnya. Salah satu maksud dari kebudayaan adalah adat istiadat yang berhubungan erat dengan aspek kehidupan masyarakat, seperti halnya dengan
seni. Kehadiran kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun juga
41
Maunati Yekti., Op.,Cit.,Hal.34.
Universitas Sumatera Utara
46 merupakan ungkapan suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan
simbol-simbol dari setiap suku di Desa Kwala Gunung, dengan demikian kesenian sebagai bagian dari kebudayaan harus mengandung keseluruhan pengertian nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta seluruh struktur-struktur sosial, religius ditambahkan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas dari
suatu masyarakat. Sehingga masyarakat dari suku manapun dapat menghasilkan kebudayaan sebagai saran hasil karyadan cipta yang harus memiliki kesanggupan
untuk mengungkapkan atau mengabdikan pola kehidupan masyarakat yang mencerminkan identitas tata nilai budaya pada jamannya untuk dilestarikan dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Hubungan antara kesukuan dan kemenangan kepala desa di Desa Kwala
Gunung dalam hal ini dipengaruhi pengikat identitas sosial. Identitas sosial berdasarkan pada pemahaman tindakan manusia dalam konteks sosialnya. Hal ini
penting dilakukan untuk mengetahui posisi siapa kita dan siapa mereka, siapa diri self dan siapa yang lain. Dalam perkembanganya, identitas sosial banyak
memberikan pemahaman tentang pembentukan diri sosial yangpositif. Pembentukan diri sosial ini memiliki peranan yang sangat penting. Konsep diri
individu memperoleh eksistensinya jika dia sudah melebur dalam identitas kelompok. Bahkan secara dominan konsep diri dibentuk berdasarkan pada
identitas kelompok. identitas ditentukan oleh pengetahuan individu tentang kategori sosial dan kelompok sosial.
42
42
Hardiman, F. Budi. Demokrasi Deliberatif, 2009, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, Hal.70.
Universitas Sumatera Utara
47 Masyarakat Jawa sangat kental dengan masalah tradisi dan budaya. Tradisi
dan budaya Jawa hingga akhir-akhir ini masih mendominasi tradisi dan budaya nasional di Indonesia. Nama-nama Jawa juga sangat akrab di telinga warga Desa
Kwala Gunung, begitu pula jargon atau istilah-istilah Jawa. Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi warna dalam berbagai
permasalahan di Desa Kwala Gunung, termasuk juga di berbagai desa di Indonesia. Di sisi lain, ternyata tradisi dan budaya Jawa tidak hanya memberikan
warna dalam politik lokal, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan dan praktek- praktek keagamaan. Masyarakat Jawa yang memiliki tradisi dan budaya yang
banyak dipengaruhi ajaran dan kepercayaan Hindhu dan Buddha terus bertahan hingga sekarang, meskipun mereka sudah memiliki keyakinan atau agama yang
berbeda, seperti Islam, Kristen, atau yang lainnya. Masyarakat Jawa di Desa Kwala Gunung mayoritas dan hampir semua
beragama Islam, sehingga sampai sekarang belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya. Masyarakat Jawa di Desa Kwala Gunung yang menganut Islam
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari juga dipengaruhi oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-pandangan, nilai-nilai budaya, dan norma-norma yang
kebanyakan berada di alam pikirannya. Menyadari kenyataan seperti itu, maka orang Jawa tidak suka memperdebatkan pendiriannya atau keyakinannya tentang
Tuhan. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepercayaan dan keyakinan sendiri adalah yang paling benar dan yang lain salah. Sikap batin yang seperti
Universitas Sumatera Utara
48 inilah yang merupakan lahan subur untuk tumbuhnya toleransi yang amat besar
baik di bidang kehidupan beragama maupun di bidang-bidang yang lain. Tradisi dan budaya itulah yang barangkali bisa dikatakan sebagai sarana
pengikat orang Jawa di Desa Kwala Gunung yang memiliki status sosial yang berbeda dan begitu juga memiliki agama dan keyakinan yang berbeda.
Kebersamaan di antara mereka tampak ketika pada momen-momen tertentu mereka mengadakan upacara-upacara perayaan baik yang bersifat ritual maupun
seremonial yang sarat dengan nuansa keagamaan termasuk pemilihan Kepala Desa di Desa Kwala Gunung tahun 2015 yang lalu.
Agama, tradisi dan adat istiadat merupakan hal penting dalam kehidupan orang Melayu. Sangat pentingnya adat, sehingga memunculkan istilah “biar mati
anak, asal jangan mati adat”, yang berarti anak atau manusia manapun pastinya akan mati, tetapi kematian itu jangan menjadikan adat tidak berlaku. Hal tersebut
dikarenakan bagi orang Melayu kematian adat dapat merusak tatanan kehidupan. Oleh sebab itu, adat diharapkan tidak bergantung pada hidup mati seseorang,
tetapi tetap dipelihara oleh masyarakat yang memerlukannya. Hal ini terjadi dalam eksitensi suku Melayu di di Desa Kwala Gunung
menunjukkan bahwa bagi orang Melayu adat istiadat serta budaya merupakan sesuatu yang harus dipelihara secara terus menerus untuk memastikan tatanan
kehidupan yang telah dibentuk sejak lama itu tidak punah. Sehingga dengan begitu keberadaan atau eksistensi mereka pun bisa diakui.
Universitas Sumatera Utara
49 Masyarakat Melayu dalam proses panjang perubahan sosial, politik, dan
ekonomi yang mereka alami. Akan tetapi, diluar itu masih ada aktor-aktor lain yang terlibat dalam konversi masyarakat suku Melayu mengarahkan mereka untuk
melakukan perubahan. Aktor-aktor tersebut mewakili berbagai pihak terutama dalam politik dari tingkat desa. Eksistensi suku Melayu dalam perpolitikan di di
Desa Kwala Gunung berjalan secara lambat namun pasti. Dominasi etnis Melayu atas etnis Jawa terjadi karena akulturasi budaya dan mendapat pengaruh dari luar.
Perubahan yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya perubahan yang terjadi pada masyarakat suku Melayu dalam berbagai aspek kehidupannya seperti
agama, adat istiadat, dan aspek kultural lainnya, tetapi juga perubahan pola ekonomi dan pola relasi antar aktor yang terlibat dalam proses panjang konversi
yang sudah berjalan sejak lama dan bertahap tersebut. Dengan demikian, apa yang dialami oleh masyarakat Melayu ini merupakan bentuk dari perubahan sosial yang
berjalan secara lambat atau perlahan evolusi
43
. Eksistensi suku Melayu sebenarnya sudah berjalan sejak lama dan secara
perlahan melalui proses konversi terhadap masyarakat Jawa di Desa Kwala Gunung di berbagai sisi kehidupan mereka, mulai dari pendaratan, Islamisasi, dan
pendidikan tanpa menimbulkan konflik atau perlawanan yang masif. Konversi itu adalah bagian dari proses perubahan sosial yang sudah pasti
terjadi pada masyarakat suku Melayu yang hidup di tengah-tengah lingkungan dan masyarakat yang mengalami perubahan sangat cepat di Desa Kwala Gunung.
43
Ibid., Hardiman, Hal.93.
Universitas Sumatera Utara
50 Apalagi Islam itu sendiri bukanlah hal baru bagi meraka, bahkan sudah menjadi
bagian dari budaya dan tradisi masyarakat Melayu, sehingga ketika pola-pola relasi lainnya sudah berubah maka konversi agama hanya akan mengikuti saja
proses perubahan tersebut. Sementara eksistensi suku batak tidak teralalu dominan di Desa Kwala
Gunung, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara tersebut. Ada beberapa faktor selain tipe kepemimpinan, di Desa Kwala Gunung faktor agama juga sangat
menentukan relasi kekuasaan yang terbangun dalam dinamika politik desa di Desa Kwala Gunung. Mayoritas suku batak yang tinggal di Desa Kwala Gunung
beragama Kristen yang sangat sulit menembus posisi utama perpolitikan di Desa Kwala Gunung khususnya untuk menduduki posisi kepala desa.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN