51
BAB III HUBUNGAN ANTAR SUKU DAN ANALISIS
III.1. Hubungan Harmonis Suku Melayu-Jawa di Kwala Gunung
Etnisitas atau kesukuan merupakan istilah yang relatif baru. Konotasi arti yang terkandung dalam istilah tersebut lebih dipergunakan untuk menunjuk
kandungan sifat-sifat atau kualitas kesukubangsaan, karenanya etnisitas dapat pula diartikan sebagai “kesukubangsaan“. Pada hakekatnya, berbagai konsepsi ethnic
group atau suku bangsa yang selama ini ada, lebih berpangkal dari konsep budaya, karenanya keaneka ragaman suku bangsa juga tergantung dari sudut
manakah kebudayan didefinisikan. Semakin beraneka ragam suku bangsa disuatu negara, maka semakin
banyak terdapat variasi perbedaan kebudayaan, karena jika hanya mendasarkan konsepsi hukum bangsa semata tidak cukup dipakai untuk menganalisis etnisitas
berbagai perbedaan yang ada, tidak selalu dapat dianggap etnisitas sepanjang diantara mereka terjadi efektivitas relasi yang mencerminkan suatu tinggi
rendahnya level integrasi sosial. Dengan kata lain, bahwa fenomena utama dari masalah etnisitas yang dianggap sebagai masalah kesukubangsaan apabila
interaksi mereka cukup rendah, karena itulah banyak ahli cenderung menilai bahwa etnisitas adalah lebih merupakan fenomena politik.
Studi etnisitas penting bagi suatu negara yang plural, agar keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional
Universitas Sumatera Utara
52 kearah terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan
tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan loyalitas dan solidaritas diantara kebudayaan yang berbeda. Untuk menuju bagian dari masyarakat yang lebih luas,
misalnya sebagai satu nation state, pada dasarnya ada tiga masalah pokok yang dibahas dalam etnisitas.
Pelaksanaan pemilihan kepala desa di Indonesia sering menimbulkan permasalahan di daerah-daerah di Indonesia seperti konflik yang terjadi pada saat-
saat momentum pelaksanaan pemilihan kepala desa di desa yang memiliki etnis yang heterogen. Pemahaman etnisitas penting bagi suatu daerah atau desa, agar
keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional kearah untuk terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan
tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan, loyalitas dan solidaritas diantara kebudayaan yang berbeda yang ada di desa-desa tersebut.
Permasalahan yang timbul di daerah yang merusak dan mengancam stabilitas nasional seperti:
- Pertama, budaya politik etnis dalam pemilihan kepala Daerah.
- Kedua, mental pejabat birokrasi yang mengedepankan jiwa
etnosentrisme pada etnis lain. -
Ketiga, kurangnya pemahaman Pancasila dan konstitusi terhadap hak- hak bernegara.
- Keempat, budaya kompetisi tidak sehat.
- Kelima, kesadaran dari etnis lain terhadap kebudayaan lokal.
Universitas Sumatera Utara
53 -
Keenam, etnis pendatang tidak mampu melakukan asimilasi dan akulturasi didaerah yang dia tempati.
Ide multikulturalisme pada dasarnya adalah gagasan mengatur keberagaman dengan prinsip dasar pengakuan dengan keragaman itu sendiri
politics of recognition. Lebih jauh lagi, gagasan ini menyangkut pengaturan relasi antara kelompok mayoritas dan minoritas. Diskursus ide yang berkaitan
dengan kesukuan sejauh ini berkaitan dengan penghargaan eksistensi masyarakat dan stabilisasi pengakuan terhadap kelompok minoritas baik dari sisi etnis
maupun kepercayaan. Gelombang pasang diskusi multikulturalisme sebagai ide tak bisa
dilepaskan dari keterbatasan teori demokrasi yang saat ini ada, menyangkut upaya menjawab pertanyaan seperti apa sebuah daerah demokratis mengelola isu
keberagaman kelompok etniskultural. Dalam konteks ini gagasan heterogenisasi digunakan oleh banyak kalangan. Multikulturalisme sesungguhnya merupakan
salah satu dari sebagian alternatif pemikiran dalam mengelola keberagaman. Alternatif lain yang tersedia adalah otonomi territorial dan non territorial
power sharing atau yang lebih dikenal sebagai demokrasi konsensual. Inti gagasan yang terakhir ini adalah representasi politik berdasarkan keberadaan
kelompok yang ada disebuah masyarakat. Gagasan yang dikenal sebagai power sharing ini lebih jauh lagi mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut:
- Pertama, ide proporsionalitas.
- Kedua, koalisi besar dikabinet.
Universitas Sumatera Utara
54 -
Ketiga, pemilikan hak veto. -
Keempat, pemberian otonomi pada kelompok minoritas, misalnya pemberian hak pemerintahan sendiri
44
. Pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa karakteristik hubungan antar etnis
disebuah daerah masing masing memiliki upaya untuk mendapatkan pengakuan terhadap eksistensi kelompok minoritas lewat ide multikulturalisme menyangkut
hak menggunakan bahasa ibu bagi masing-masing kelompok dan upaya institusionalisasi ide multikulturalisme ini tidak mudah.
Disamping kebutuhan perangkat hukum dan infrakstruktur pengaturan teknis yang amat rumit, ide ini memiliki nilai politis yang sangat kuat yakni
sebagai syarat bagi keharmonisasian suatu wilayah daerah. Lebih jauh lagi adalah pertanyaan sejauh mana hak-hak kelompok minoritas ini dapat dieksekusi
apabila dikaitkan dengan eksistensi nation state disisi lain. Apakah ide liberal ini akan mentoleransi kemungkinan praktek liberal oleh kelompok minoritas itu
terhadap komunitasnya. Terlepas dari pandangan kritis diskursus ide ini dilevel akademik dan rumitnya pengejewantahan gagasan ini di level praktis, mulai
tampaknya raut keterbatasan teoritisasi liberal tentang pengelolaan pluralitas dapat terus menjadi remantik bagi keberlangsungan diskusi ini ke depan.
Pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung pada tanggal 26 Mei 2015 lalu merupakan bentuk yang nyata suatu wilayah menununjukan harmonisasinya.
Setiap suku baik itu suku mayoritas Jawa 62 serta suku yang lebih minoritas
44
Ibid., Syamsuddin Haris.,Hal.27.
Universitas Sumatera Utara
55 seperti suku Melayu 24, suku Batak 65 dan 8 suku lainnya menunjukan
keberagaman yang sangat maksimal. Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan:
“Kesadaran tentang keberagaman terhadap konstitusi membuat masyarakat dan pemerintah desa di sini tidak diskriminasi atas etnis
lain yang hidup dan berdomisili didaerah di Desa Kwala Gunung. Disamping itu etnis lain selain dari suku Jawa yang mayoritas
diberikan pengetahuan tentang tradisi masyarakat lokal, dengan tujuan etnis lain yang minoritas dapat berinteraksi dengan etnis mayoritas di
Kwala Gunung, siapa yang mampu mengharmonisasikannya dia yang akan jadi pemimpin disini dan Jum’ah Haidiryah sangat mampu”
45
. Dengan strategi ini, konflik yang terjadi dimasyarakat dapat diminimalisir,
karena masing-masing etnik punya peranan yang sama dalam mensukseskan pembangunan di Desa Kwala Gunung. Wujudnya adalah ketika pada perayaan
hari-hari besar negara, seluruh etnis dipersatukan dalam kegiatan, baik kegiatan olahraga, kesenian maupun dalam kehidupan keagamaan atau perayaan budaya
dari masing-masing etnis. Interaksi yang terlihat dan telah menjadi tradisi pada sebagian masyarakat
yang ada di Kwala Gunung, adalah tradisi yang ada pada etnis Jawa, dalam penyelenggaraan yang tadinya hanya bersifat rasa syukur kepada sang pencipta
atas keberhasilan panen, yang diwujudkan dalam kegiatan perayaan ritual keagamaan. Telah menjadi tradisi pada sebagian mayarakat penduduk Kwala
Gunung yang juga di rayakan semua etnis di desa tersebut.
45
Wawancara dengan Bapak Abdul Latifyang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
56 Hal ini menunjukan antara etnis Jawa dan etnis lain terjalin hubungan
yang sangat harmonis. Sehingga etnis Jawa dan enis Melayu serta etnis lain menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Kwala
Gunung. Kemudian untuk menelusuri interaksi antar etnik lain, kita dapat melihat Desa Kwala Gunung dalam bidang perekonomian dikuasai secara merata oleh
etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Batak dan etnis yang lain dalam berbagai bentuk usaha. Ini dapat dilihat dari kepemilikan usaha-usaha yang dapat menggerakkan
perekonomian di Desa Kwala Gunung ini. Secara teori, hubungan dominasi etnis sendiri pada dasarnya sudah
mengandung kekerasan struktural, karena bukan merupakan hubungan setara, melainkan ditandai oleh keunggulan dominan satu pihak dan ketergantungan pada
pihak lain. Kalau dominasi ini kemudian menimbulkan represi langsung oleh pihak yang kuat dalam bidang politik, atau perbedaan yang terlalu besar dalam
penguasaan aset dan penghasilan ekonomi, maka cepat atau lambat akan muncul perlawanan dari pihak yang mengalami deperesi atau ketergantungan.
Hal ini di perkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan : “Jika kepemimpinan Jum’ah Haidiryah yang merupakan suku melayu
tidak maksimal bisa menyebabkan konflik antara pihak yang menguasai dan pihak yang merasa dikuasai, yang apabila mengalami peningkatan,
dapat berkembang menjadi kekerasan. Peran strategi komunikasi juga sangat diperlukan dalam pengelolaan konflik terutama pada konflik
laten di Desa Kwala Gunung”
46
.
46
Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang kbjmerupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
57 Komunikasi harmonis antar suku merupakan kunci Jum’ah Haidiryah
menjaga toleransi suku. Komunikasi merupakan kunci dalam mengelola konflik, dengan komunikasi seseorang dapat mengelola konflik kearah yang lebih baik.
Komunikasi yang baik dapat membantu pihak yang bertikai mengidentifikasi masalah serta dapat memahami masalah dari sudut pandang masing-masing pihak.
Komunikasi dapat mencegah konflik di Desa Kwala Gunung, apabila aktor komunikasi menggunakan pesan yang dapat diterima secara psikolog dan sosial
oleh para pihak yang terlibat komunikasi, dan jika salah satu atau semua aktor komunikasi menghormati simbol adat, suku, agama dan kepercayaan, serta jika
salah satu aktor atau semua aktor komunikasi mau dan mampu menempatkan diri atau setara dengan pihak yang lain.
Strategi komunikasi harmonisasi etnis merupakan strategi komunikasi Jum’ah Haidiryah untuk mengelola konflik di Desa Kwala Gunung. Dengan pola
hubungan yang dipenuhi dengan suasana saling mendukung dan bukan pola hubungan yang menang sendiri di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang
saling bergantung atau membutuhkan dan bukan pola hubungan dimana kedua pihak saling menandingi di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang
ditunjukkan dengan kemajuan dan bukan menunjukkan kemunduran di Desa Kwala Gunung dan hubungan yang diisi dengan saling percaya dan optimisme
kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, bukan tujuan bersama yang diisi dengan saling tidak percaya dan pesimisme untuk mencapai tujuan bersama di
Desa Kwala Gunung.
Universitas Sumatera Utara
58 Secara garis besar masyarakat Desa Kwala Gunung adalah masyarakat
religius dengan prinsip keagamaan yang bersumber pada kegamaan yang harmonis, ditambah dengan agama Islam menjadi agama mayoritas di derah
tersebut. Hal inilah yang memperkuat harmonisasi interaksi antar etnis di Desa Kwala Gunung Sebagai perekat persaudaraan antar etnis. Kesadaran seperti ini
akan membuat pemerintah daerah dan masyarakat Desa Kwala Gunung khususnya memperlakukan etnis lain diluar etnis Jawa dan Melayu mendapatkan
hak yang sama bahkan pada jabatan politik tertinggi di desa itu sebagai kepala desa tidak dipersoalkan oleh masyarakat Desa Kwala Gunung.
Interaksi antar etnis yang harmonis menjadi harapan semua desa di Indonesia. Setelah melihat tragedi yang terjadi di negara lain yang porak poranda
karena etnis, hal ini harus kita hindari bersama, sehingga upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memperlakukan semua etnis yang ada di
Desa Kwala Gunung secara adil dan merata dalam semua kegiatan dan kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa.
Data sesuai dengan fakta yang ada pada Desa Kwala Gunung termasuk salah satu daerah yang ada di Indonesia yang menunjukan tentang kehidupan
antar etnisnya sangat harmonis. Hal inilah tentang seperti apa upaya pemerintah desa dalam membina kehidupan antar etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dan pemerintah daerah di kecamatan Lima Puluh memperlakukan semua etnis di Desa Kwala Gunung, sama dengan
etnis lokal, selanjutnya perlakuan masyarakat Desa Kwala Gunung pada etnis lain
Universitas Sumatera Utara
59 diluar Desa Kwala Gunung etnis lainnya adalah melibatkan mereka dalam
semua aktivitas, misalnya setiap tanggal 17 Agustus dilaksanakan perayaan olahraga dan kesenian, seluruh masyarakat dilibatkan tak terkecuali etnis diluar
Jawa dan Melayu di Desa Kwala Gunung. Hal ini dipertegas oleh Bapak Syahmidun yang mengatakan:
“Selain itu pembinaan interaksi antar etnis dilakukan dengan melalui penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah pada generasi
muda melalui peran karang taruna yang ada pada kecamatan Lima Puluh dan Desa Kwala Gunung, desa-desa yang ada, kegiatan seperti
ini sangat efektif karena pemerintah daerah memiliki rasa tanggung jawab yang sama pada seluruh etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Dengan kegiatan seperti itu seluruh komponen masyarakat Desa Kwala Gunung merasa diperhatikan oleh pemerintah desa. Sehingga dengan
demikian hal itu akan membuat kehidupan antar etnis Desa Kwala Gunung menjadi semakin harmonis”
47
.
Pemerintahan daerah merupakan perpanjangan pemerintahan pusat yang ada di daerah, pemerintahan desa adalah bagian dari pelaksanaan organisasi
negara dalam hal melaksanakan fungsi pemerintahan di desa. Kita ketahui bersama bahwa tanggung jawab pemerintah daerah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan sistem desentralisasi adalah dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah diberikan kewenangan dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Termasuk dalam hal stabilitas didaerahnya.
47
Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul. 08.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
60 Persoalan etnis kalau tidak dicermati dengan baik, akan menjadi
penghambat dalam melaksanakan pembangunan didalam negeri khusunya Desa Kwala Gunung, pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat untuk
menjawab tuntutan pemerintah daerah yang menghendaki adanya sistem desentralisasi kekuasaan, yaitu daerah meminta sebagian kewenangan dan potensi
pendapatan asli daerahnya dikelola oleh daerah untuk kepentingan kesejateraan masyarakat Desa Kwala Gunung.
Menyadari hal itu, maka konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa di Desa Kwala Gunung harusnya berwawasan nusantara artinya
konsep ini mewajibkan kepada kita terutama pemerintah daerah agar supaya untuk bersikap adil dan bijaksana terhadap etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Pembinaan etnisitas harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk dapat menghindari perilaku etnosentrisme dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
dapat mengancam stabilitas daerah. Pembinaan etnisitas didaerah mengenai masalah etnisitas menjadi
tanggung jawab bersama dengan pemerintah pusat dimana salah satu tujuan pembinaan stabilitas nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional
sangat dipengaruhi oleh interaksi yang baik antar etnis yang sama-sama diinginkan oleh etnis yang ada. Ketika terjadi problem antar etnis didaerah, secara
langsung akan mengancam stabilitas keamanan di desa tersebut. Oleh karena itu pemerintah Desa Kwala Gunung yang dipimpin Jum’ah Haidiryah etnis Melayu
selama ini mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk dapat membantu
Universitas Sumatera Utara
61 membina keharmonisan antar etnis di Desa Kwala Gunung. Harmonisasi yang
dibangun oleh Jum’ah Haidiryah untuk periode ketiga memimpin Desa Kwala Gunung menunjukan kemampuannya menjaga stabilitas keharmonisan antar etnis.
Apabila selama ini Jum’ah Haidiryah Melayu tidak mampu menyelesaikan keharmonisan tentu dia tidak akan terpilih untuk ketiga kalinya
dan pasti akan diambil alih suku lain diluar Melayu dan berpotensi mengakibatkan permasalahan etnis. Permasalahan etnis merupakan suatu masalah nasional kalau
pembinaan etnis tidak mampu menumbuhkan rasa kebangsaan kepada etnis disemua daerah, akan mengancam integritas desa termasuk di Desa Kwala
Gunung. Oleh karenanya pembinaan etnis harus menjadi perhatian oleh semua komponen bangsa ini sehingga tidak menjadi ancama di Desa Kwala Gunung.
Caranya adalah dengan menanamkan rasa kebangsaan dan memberikan pemahaman Pancasila sebagai dasar Negara dan konstitusi pada generasi antar
etnis yang ada di daerah.
III.2. Ketokohan yang Kuat
Politik berbasis ketokohan merupakan jenis politik yang terfokus pada tokoh dan cenderung mengabaikan organisasi dalam memobilisasi dukungan yang
ada. Kecenderungan ini terlihat dari dominannya peran aktor politik dibandingkan dengan etnis atau organisasi yang menaunginya. Hal ini ditandai dengan
munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan pejabat publik meskipun tidak mempunyai basis dukungan partai politik yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
62 Kemunculan fenomena politik berbasis ketokohan ini tidak terlepas dari
kecenderungan perilaku memilih masyarakat Indonesia yang bersifat psikologis. Ketokohan merupakan faktor yang penting dalam membentuk pilihan politik
masyarakat Indonesia. Temuan ini sekaligus menyatakan bahwa perilaku memilih masyarakat Indonesia semenjak pemilu 1955, cenderung dipengaruhi oleh faktor
sosiologis atau budaya, seperti agama, etnisitas, wilayah, dan kelas sosial. Pengaruh ketokohan di Desa Kwala Gunung, kecamatan Lima Puluh
sangat meyakinkan. Kepribadian kandidat atau peran ketokohan mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk perilaku memilih. Bukti kuatnya pengaruh
ketokohan Jum’ah Haidiryah dapat dilihat dari fenomena kemenangannya pada tiga kali pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung periode 2004-2009,
periode 2009-2015 dan 2015-2020. Dalam studinya tentang pengaruh kepribadian disimpulkan bahwa ketokohan Jum’ah Haidiryah merupakan faktor yang paling
kuat dalam mempengaruhi pilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Keputusan akhir pemberian suara dalam pemilu sangat dipengaruhi oleh kesukaan terhadap
tokoh desa tersebut. Di antara calon yang terdaftar dalam pemilihan kepala desa, Jum’ah
Haidiryah adalah sosok yang paling disukai oleh pemilih, di atas Jumali 387 suara dan Rudi Hartono 227 suara. Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan
Jum’ah Haidiryah sangat jelas berhubungan dengan evaluasi positif pemilih atas diri Jum’ah Haidiryah yang bersuku melayu mengalahkan tokoh yang bersuku
Jawa yang merupakan suku mayoritas di Desa Kwala Gunung.
Universitas Sumatera Utara
63 Pemilihan Kepala Desa di Desa Kwala Gunung ini menghasilkan temuan
menarik bahwa secara umum, kecenderungan demokrasi di Indonesia saat ini mengarah kepada politik berbasis pada ketokohan atau “figure-based politics”,
yaitu jenis politik yang terfokus pada figure-figur individual. Hal ini ditandai dengan munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan
pejabat publik meskipun tidak mempunyai basis organisasi dan kesukuan yang kuat. Sejalan dengan munculnya politik berbasis ketokohan,temuan lain yang
cukup menarik di Desa Kwala Gunung ini adalah munculnya fenomena politik populisme. Populisme yang dimaknai sebagai pemerintahan yang lebih
mengutamakan kepentingan rakyat dan dekat dengan rakyat, seolah menjadi gaya baru bagi para elit lokal yang akan berlomba dan tengah menduduki jabatan
publik khususnya pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung ini. Lahirnya elit lokal seperti Jum’ah Haidiryah merupakan bukti bahwa
politik populisme telah menjadi sebuah “tren” yang ditunggu-tunggu oleh rakyat. Munculnya politik populisme menjadi pertanda bahwa hubungan patron-klien
elit-massa yang berkembang di Indonesia, cenderung di dasarkan atas hubungan kharismatik, bukan berbasiskan program-progam politik yang lebih bersifat
transparan dan akuntabel. Apabila ditelisik lebih dalam, dinamika pemilu, pilpres, dan pilkada di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari pengaruh sosok kandidat
dalam setiap ajang pertarungan dalam merebut hati pemilih. Tidak bisa dinafikan bahwa pemilih cenderung melihat ukuran figuritas dari seorang kandidat
ketimbang organisasi ataupun kesukuan yang mengusungnya. Mungkin saja
Universitas Sumatera Utara
64 alasan yang sederhana adalah pergeseran orientasi tersebut seiring dengan adanya
perubahan dalam tatanan di Desa Kwala Gunung tersebut, sehingga pemilih mempunyai kecenderungan untuk memilih orang yang dikenal daripada
mendasarkan basis politik kesukuan tertentu. Pada studi efek kualitas tokoh atau pemimpin terhadap perilaku memilih
dan sikap partisan, konsep kualitas tokoh dipahami seperti yang dipersepsikan oleh pemilih. Secara umum kualitas tersebut mencakup sejumlah dimensi; yaitu
kompetensi, integritas, ketegasan, empati, dan kesukaan calon yang akan bertarung pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Berkaitan dengan
pilihan politik dalam pemilihan kepala desa, efek kualitas tokoh juga terlihat pada pilihan politik seseorang tokoh. Efek ini terlihat lebih kuat dan konsisten apabila
dibandingkan dengan pemilu legislatif pada umumnya yang rentan akan politik uang. Secara umum, penilaian atas kualitas tokoh berhubungan erat dengan
pilihan atas calon kepala desa. Semakin positif penilaian terhadap kualitas personal seorang tokoh, semakin besar pula probabilitas calon tersebut untuk
dipilih. Efek ini tetap sangat signifikan dalam tiga kali pemilihan kepala desa yang terakhir meskipun dikontrol dengan faktor-faktor lain yang dinilai penting
dalam mempengaruhi pilihan calon kepala desa, terutama identitas kesukuan. Terlepas dari berbagai faktor tersebut,afeksi positif pada tokoh mendorong
pemilih memilih Jum’ah Haidiryah menang dengan 406 suara disusul oleh Jumali 387 suara dan Rudi Hartono 227 suara pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala
Gunung yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
65 Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul latif yang mengatakan:
“Kualitas Personal calon kepala desa menunjukkan populasi pemilih di Desa Kwala Gunung mendambakan calon kepala desa yang jujur atau
bisa dipercaya. Jujur atau bisa dipercaya adalah kualitas personal paling penting yang harus dimiliki oleh kepala desa. Hal ini
menunjukkan bahwa bagi pemilih pada umumnya, kualitas personal kepala desa yang ditandai oleh sifat jujur, justru menjadi ukuran yang
paling penting dibandingkan kepintaran, ketegasan, dan wibawa seorang calon kepala desa”
48
.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa kepribadian calon kepala desa ternyata berpengaruh positif terhadap perilaku pemilih. Apabila seorang kandidat dinilai
memiliki sifat-sifat positif oleh pemilih, maka semakin tinggi pula preferensi memilih terhadap calon tersebut. Kemudian temuan lain dari pemilihan kepala
desa di Desa Kwala Gunung menyatakan bahwa variabel kepribadian kandidat bertujuan untuk mengukur keyakinan mengenai pribadi kandidat di mata pemilih,
misalnya jujur, dapat dipercaya, dapat mengambil keputusan, terpelajar, pandai, berpengalaman, kuat, ramah, dan memenuhi kualifikasi.
Efek figuritas ketokohan juga dipercaya menjadi faktor penentu pilihan politik seseorang. Perilaku pemilih pada pemilukada di Desa Kwala Gunung
menegaskan bahwa bahwa figuritas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pilihan politik seseorang. Perilaku pemilih berdasarkan ketokohan dipengaruhi
48
Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib
Universitas Sumatera Utara
66 oleh pertimbangan popularitas, kemampuan, dan track record yang dimiliki oleh
seorang kandidat seorang kepala desa. Hal ini diperkuat oleh Bapak Syamidun yang mengatakan:
‘Secara umum pemilih di Desa Kwala Gunung lebih melihat figur kandidat daripada latar belakang organisasi yang mengusungnya.
Artinya Pemilih di desa Kwala Gung semakin terbuka dalam menentukan pilihan politiknya. Orientasi pemilih di daerah tersebut
lebih bersifat klasik, yakni mendasarkan pilihannya politiknya pada isu ketokohan, harmonisasi, kandidat, dan ekonomi”
49
.
III.3. Visi Misi Membangun
Pelaksanaan pemilihan umum termasuk pemilihan kepala desa dengan bebas, rahasia, jujur, dan adil sehingga pilkada langsung dapat menjadi suatu
sistem rekruitmen pejabat publik yang dapat memenuhi parameter demokrasi. Hal ini berlanjut ke pemilihan kepala desa di Kwala Gunung. Saat ini pemilihan
kepala desa telah menjadi agenda penting bagi setiap desa. Calon kepala desa fokus pada mengefektifkan strategi pendekatan kepada pemilih di pemilihan
kepala desa, maka seorang kontestan dituntut harus mampu memasarkan dirinya ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan kemajuan jaman dan keterbatasan di
daerah pemilihan. Metode pemasaran politik political marketing merupakan strategi kampanye yang sedang disukai saat ini, secara sadar ataupun tidak
pendekatan marketing dalam dunia politik telah dilakukan oleh para kontestan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada pemilih warga.
49
Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul. 08.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
67 Pemilih yang memiliki pengetahuan politik lebih luas akan memberikan
perhatian lebih pada isu-isu kebijakan dan kesamaan ideologi, sedangkan pemilih dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit, cenderung untuk memilih
berdasarkan partai yang ada sejak lama dalam menangani permasalahan politik, walaupun beberapa pemilih melakukan evaluasi terhadap kandidat lewat
pendekatan yang didasarkan pada ingatan, kebanyakan pemilih melakukan proses evaluasi tersebut dengan suatu pola tertentu.
Pemilih dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit akan menggunakan pendekatan berdasarkan ingatan, dengan proses memasuki tempat pemungutan
suara dan mengambil keputusan lewat pertimbangan yang dapat pemilih munculkan dalam benak pemilih pada saat tersebut, sementara pemilih yang lain
dengan pengetahuan politik yang lebih luas, akan melakukan pendekatan yang terproses, mengkonstruksikan evaluasi dari masing-masing kandidat selama
kampanye berlangsung, dan akan menggunakan hasil evaluasi tersebut ketika memberikan suara di bilik pemungutan suara.
Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu daerah otonom di Indonesia yang baru selesai menggelar pemilihan kepala desa pada Mei
2015, secara umum proses pemilihan kepala desa di Kwala Gunung dengan lancar dan damai. Beberapa hal yang sangat menarik pada pesta demokrasi di Desa
Kwala Gunung ketika menilik dari kandidat pasangan calon di Desa Kwala Gunung Jum’ah Haidiryah pada 26 Mei 2015 yang lalu adalah periode ketiganya
memimpin Desa Kwala Gunung setelah dua periode sebelumnya yaitu, periode
Universitas Sumatera Utara
68 2004-2009 dan periode 2009-2015. Pada Pemilihan kepala desa 26 Mei 2015 yang
lalu Jum’ah Haidiryah Melayu bertarung dengan Jumali Jawa dan Rudi Hartono Jawa. Sehingga strategi dan konsep pemasaran politik yang diterapkan
Jum’ah Haidiryah sangat menarik dalam proses pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung.
Hal ini diperkuat oleh Bapak Jum’ah Haidiryah yang mengatakan : “Pertimbangan yang menjadi tolok ukur pemilih rasional adalah
hitungan untung rugi yang akan dia dapatkan ketika ia menjatuhkan pilihan politiknya terhadap salah Calon tertentu dalam setiap pemilihan.
Dalam tradisi pemilih rasional, seorang akan memilih kandidat yang bisa memaksimalkan keuntungan setidaknya kepentingan pribadi dan
meminimalisir kerugian. Salah satu hal yang turut menjadi pertimbangan pemilih dalam pemilu adalah isu atau program kerja Calon kepala desa
yang sedang berkompetisi di Desa Kwala Gunung. Pertimbangan ini cukup beralasan karena pemilih tidak akan serta merta memberikan
suaranya kepada partai atau calon presiden yang tidak mempunyai program kerja yang jelas”
50
.
Program kerja calon kepala desa sejatinya merepresentasikan kebijakan sang calon dan janji-janji yang akan diberikannya apabila Calon kepala desa
tersebut terpilih. Progam kerja dan janji-janji ini dapat mempengaruhi pertimbangan pemilih mengenai kebijakan sosial dan ekonomi, khususnya
yang terkait dengan urusan publik.
50
Wawancara dengan Bapak Jum’ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung
pada 24 Januari 2016.
Universitas Sumatera Utara
69 Pemilih sebenarnya sedang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
yang akan dia peroleh manakala sang calon kepala desa terpilih menjadi kepala desa. Implikasinya, tiap pemilih akan memberikan suara untuk kandidat yang
diperkirakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada dirinya. Pemilih akan memilih kandidat yang memiliki kebijakan yang dapat
memaksimalkan aliran keuntungan yang akan pemilih dapatkan sebagai warganegara daripada kandidat yang tidak dapat memberikan keuntungan.
Calon pemilih akan melihat tipe pemimpin ideal menurut pemilih dalam pemilihan kepala desa yang menunjukkan bahwa salah satu tipe kepala desa yang
ideal adalah pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas. Melalui visi dan misi inilah rakyat bisa mengetahui program-program kerja pemimpinnya dan juga
bisa mengetahui ke mana negara akan dibawa, apakah ke arah yang lebih baik atau malah lebih buruk dalam pemilu presiden 2014, program kerja calon presiden
yang terkait isu buruh dapat dilihat dari visi dan misi calon presiden yang sudah mendaftar.
Hal ini dipertegas oleh Bapak Jum’ah Haidiryah yang mengatakan : “Rasional pemilih di Desa Kwala Gunung ditentukan oleh faktor yang
berbeda-beda antara pemilih yang satu dengan pemilih yang lain dan dipengaruhi siapa calon yang ada. Rasional pemilih didasarkan atas
pendidikan yang dimiliki oleh warga Desa Kwala Gunung, keterjangkauan informasi dan akses kampanye, serta tingkatan umur
pemilih di Desa Kwala Gunung. Melalui mobilisasi politik dan visi misi masyarakat ke dalam kehidupan publik”
51
.
51
Wawancara dengan Bapak Jum’ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung
pada 24 Januari 2016.
Universitas Sumatera Utara
70
III.4. Mampu Menjaga Keselarasan
Secara sosial psikologis kepemimpinan merupakan produk dari interaksi sosial.Kepemimpinan yang baik tentunya berhubungan dengan keselarasan yang
ada dalam sebuah ruang lingkup kekuasaan. Dalam sebuah tatanan pemerintahan yang memerlukan kerjasama antar masyarakat, masyarakat menyadari bahwa
masalah yang utama adalah masalah keselarasan. Pada masalah ini perhatian belum cukup dicurahkan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra
ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis.
52
Konsep tentang keselarasan suatu wilayah melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat peranan dari pemimpin
sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain, beralih kepada
anggapan bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsinya yang utama ialah membantu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas
dan memberikan keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga keselarasan pada umumnya berbeda dengan pemimpin lain karena penggunaan secara meluas
contohnya pribadi dan model peranan, sikapnya yang mengandalkan taktik tidak
52
Bagir Manan.,Op.,Cit.,hal.89.
Universitas Sumatera Utara
71 konvensional, serta penggunaan praktek pemberian kekuasaan untuk
memperlihatkan seperti apa wawasannya bisa dicapai. Demikian pula, wawasan mereka mungkin berisi unsur-unsur kinerja yang
memberikan rangkaian peraturan keputusan untuk memecahkan masalah sehari- hari dan cara pendekatan yang mampu menjaga keselarasan. Pemimpin mampu
menjaga keselarasan memperlihatkan taktik tidak kovensional yang harus digunakan oleh kepemimpinan kalau ingin mencapai wawasan pemimpin dan
melalui pujian pemimpin kharismatik membina kepercayaan pengikut kepada kemampuan mereka mencapai keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga
keselarasan semakin dipandang kharismatik.
53
Jum’ah Haidiryah selama ini dianggap mampu memperpadukan nilai-nilai kunci di Desa Kwala Gunung dan sangat mampu dianggap memadukan semua
unsur untuk saling selaras. Keahlian Jum’ah Haidiryah dalam hal wawasan, komunikasi, membina kepercayaan, dan memotovasi sangat luar biasa. Jum’ah
Haidiryah dianggap memiliki kelengkapan penuh keahlian ini, kemungkinannya besar sekali bahwa meraka akan dipandang sebagai pemimpin kharismatik.
Kepemimpinan kharismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan pemimpin di politik dan keagamaan yang mampu menjaga keselarasan kehidupan
masyarakat di Desa Kwala Gunung. Masyarakat Desa Kwala Gunung dalam dua periode kepemimpinan
Jum’ah Haidiryah dianggap mampu membangun keselarasan yang maksimal.
53
Donni Edwin dkk.,Op.,Cit.,Hal.,67.
Universitas Sumatera Utara
72 Jum’ah Haidiryah membuat sebuah sistem baru maupun lembaga baru berupa
institusi kepengurusan yang melibatkan masyarakat desa. Kepemimpinan Jum’ah Haidiryah dalam menjaga keselarasan memang bukan sesuatu yang baru namun
tetap relevan dan penting dikaji. Banyaknya perhatian terhadap kepemimpinan, mengingat peran strategi dalam tatanan pemerintahan desa.
Dalam hal ini Jum’ah Haidiryah memiliki program yang sangat maksimal dalam membangun keselarasan di Desa Kwala Gunung yaitu:
54
- Pertama, pada dasarnya, proses transformasi dalam berbagai bidang
kehidupan yang multidimensional berlangsung di Desa Kwala Gunung melalui proses administrasi desa. Dimana semua urusan administrasi
yang berhubungan dengan Pemerintahan desa diusahakan untuk dapat diselesaikan dengan cepat.
- Kedua, selama ini pelayanan tidak hanya diarahkan pada masalah
sumber daya manusia aparatur desa, kelembagaan desa dan sistem tatalaksana desa. Namun, selama kepemimpinan Jum’ah Haidiryah
model pelayanan yang hanya menekankan pada sistem dan aspek teknis pelayanan Desa Kwala Gunung dengan sasaran harus
dilaksanakan dengan maksimal. -
Ketiga, dilihat dari perspektif administrasi desa, bahwa tantangan desa selama ini menuntut paradigma baru manajemen, pemimpin perubahan
dan kemampuan mengelola informasi serta produktivitas pegawai
54
KAUR Desa Kwala Gunung
Universitas Sumatera Utara
73 berbasis ilmu pengetahuan di desa dan kepemimpinan Jum’ah
Haidiryah dianggap mampu menyelesaikannya. Nasib sebuah pemerintahan, baik pusat maupun daerah, akan sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan para pemimpin dalam mewujudkan keselarasan. Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun legitimasi kekuasaan
sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang baik dan memuaskan masyarakat.
Keberhasilan pemimpin dalam mewujudkan keselarasan ini bisa dijadikan contoh untuk para pimpinan di jajaran aparatur negara yang memiliki kepentingan
untuk melakukan pembaharuan dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik dalam menjaga keselarasan. Apakah dapat mempertahankan jabatannya atau tidak
dipengaruhi kualitas pelayanan publik yang diberikan. Pertimbangan tersebut memperkuat niat membangun paradigma baru kepemimpinan yang berbasis
pelayanan. Pelayanan sebagai sebuah konsep dasar paradigma baru kepemimpin, berangkat dari pemikiran bahwa, nilai dasar dari ajaran administrasi publik adalah
”memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan siapa yang dilayani”.
Hal ini diperkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan: “Pelayanan yang sama rata yang dilakukan oleh Jum’ah Haidiryah
selama ini dalam memimpin Desa Kwala Gunung bahwa kepemimpinan yang berbasis melayani untuk menjaga keselarasan.
Melayani bermakna memberikan sesuatu jasa atau dalam bentuk lain secara ikhlas kepada orang lain masyarakat atau pelayanan
berdasarkan hati nurani. Sikap ikhlas Jum’ah Haidiryah menuntut
Universitas Sumatera Utara
74 suatu komitmen yang kuat terhadap diri sendiri di desa, institusi dan
masyarakat yang dilayani serta pengorbanan”
55
. Komitmen bermakna sikap keberpihakan yang tinggi terhadap masyarakat
yang dilayani. Sebagai sebuah proses, komitmen menuntut konsistensi dari para pemimpin. Sikap ini menjadi penting, karena konsistensi akan memberikan
kenyamanan dan ketenangan serta keamanan bagi masyarakat terutama di Desa Kwala Gunung. Konsep-konsep yang telah dikembangkan, keterlibatan para
pemimpin sangat tinggi dan menentukan keberhasilan pelayanan yang dilakukan pemerintahan desa. Bahkan dalam model pelayanan yang dikembangkannya,
secara tegas menempatkan kepemimpinan sebagai faktor utama dalam kualitas manajemen pelayanan.
Pada pemerintahan yang dipimpin oleh Jum’ah Haidiryah memperlihatkan bahwa Desa Kwala Gunung merupakan desa unggul dan dapat berkembang pesat,
karena daerah tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan pelayanan yang prima. Sikap ikhlas berkorban Jum’ah Haidiryah untuk
kepentingan yang lebih besar dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung. Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan menjadi sangat penting di Desa Kwala
Gunung, sebagai konsekuensi logis dalam sistem demokrasi, dimana rakyat atau masyarakat adalah yang berkuasa. Tercantum dalam konsep demokrasi,
masyarakat bukan didudukkan sebagai obyek kekuasaan tetapi sebagai subyek
55
Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib
Universitas Sumatera Utara
75 dan sekaligus obyek penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal ini bermakna
sumber kekuasaan berada di tangan masyarakat. Kepemimpinan dalam sistem politik demokratis, hakikatnya adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan
partisipatif, kecerdasan multikultural dan sosial dan bahkan kecerdasan spiritual. Kemampuan partisipatif dimaknai, sebagai sikap kepemimpinan yang selalu
mendengar keluhan dan kebutuhan masyarakat dan bukan hanya mau didengar saja. Kecerdasan multi-kultural sebagai konsep dasar kepemimpinan pelayanan,
dengan asumsi dasar bahwa sebuah kepemimpinan yang berhasil adalah sebuah kepemimpinan yang mengenal, memahami, mendalami dan menghargai nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini kemudian diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan:
“Kepemimpinan Jum’ah Haidiryah mencerminkan konsep kecerdasan sosial sebagai konsep kepemimpinan pelayanan di Desa Kwala Gunung
yang menunjukan kemampuan seorang pemimpin terhadap aspirasi masyarakat yang dilayani di desa. Kemampuan spiritual sebagai dasar
dan landasan kepemimpinan pelayanan, bahwa Jum’ah Haidiryah percaya sentuhan langsung akan lebih efektif dibandingkan pendekatan
lain dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung”
56
.
56
Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib
Universitas Sumatera Utara
76
BAB IV PENUTUP