Otonomi Desa Kerangka Teori dan Konsep

19

I.6.2. Otonomi Desa

Pada wacana kontemporer, desentralisasi sebagai sebuah konsep bisa diterapkan dengan berbagai cara dan dalam beragam keadaan Desentralisasi melibatkan banyak proses dan institusi literatur terkini juga memperlihatkan bahwa desentralisasi telah menjadi topik yang interdisiplin, tidak hanya dimonopoli oleh ilmuwan politik dan publik administrasi sebagai kontributor utama terhadap literatur tentang desentralisasi yang begitu luas, tetapi juga digunakan oleh para pengacara, sosiolog, antropolog, dan para akademisi dalam teori dan desain organisasi dan juga perencanaan pembangunan. Konsekuensinya adalah desentralisasi sekarang memiliki makna yang berbeda untuk setiap disiplin ilmu. 15 Berdasarkan perspektif administratif, diantara justifikasi yang paling banyak dikutip adalah bahwa desentralisasi memiliki potensi untuk menghasilkan efektivitas dan efisiensi yang lebih besar dalam urusan-urusan administratif lokal, khususnya pemberian layanan publik. Hal ini disebabkan karena pemerintah lokal memiliki pengetahuan yang lebih baik dan sensitifitas yang lebih kuat terhadap berbagai kebutuhan dan keinginan masyarakat lokal daripada pemerintah pusat, yang berimplikasi kepada proyek-proyek dan desain program yang lebih efektif. 16 Ditambah lagi, desentralisasi juga memungkinkan pemberian layanan yang lebih murah karena pemerintah lokal 15 Rasyid, M. Ryaas., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, Hal.12. 16 Ibid., D. Riant Nugroho.,Hal.78. Universitas Sumatera Utara 20 dapat memangkas prosedur yang panjang dan kompleks dari perencanaan yang terpusat desentralisasi memiliki potensi untuk mengembangkan pembangunan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Bryan C Smith menyatakan bahwa “decentralization can have significant repercussions for resource mobilization and alocation, and ultimately macroeconomic stability, service delivery, and equity.” Hal ini dimungkinkan melalui “… market models of local decision- making… as a means of expanding the scope of consumer choice between public goods. Residential choice [also] contributes to the realization of individual values and collective welfare”. 17 Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan. Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung Banten, Jawa Barat atau dusun Yogyakarta atau banjar Bali atau jorong Sumatera Barat. Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di Sulawesi Utara. Menurut etimologi, kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, desa yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Menurut perspektif 17 D. Riant Nugroho, Otonomi Daerah, Desentralisasi Tanpa Revolusi Kajian dan Kritik Atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2002, Hal.21. Universitas Sumatera Utara 21 geografis, desa atau village diartikan sebagai “a groups of houses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”. 18 Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan. Pelaksanaan dari keluarnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan landasan kuat bagi desa dalam mewujudkan “Development 18 H.A.W. Widjaja. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh.Jakarta;Raja Grafindo Persada. Hal. 34 Universitas Sumatera Utara 22 Community” dimana desa tidak lagi sebagai level administrasi atau bawahan daerah tetapi sebaliknya sebagai “Independent Community” yaitu desa dan masyarakatnya berhak berbicara atas kepentingan masyarakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk mengatur desanya secara mandiri termasuk bidang sosial, politik danekonomi. Kemandirian ini diharapkan akan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sosial dan politik. Desa memiliki otonomi yang berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari pemerintah. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat. Pengakuan otonomi di desa dijelaskan sebagai berikut: a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada “kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang. Universitas Sumatera Utara 23 b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti sedia kala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan. 19 Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan kabupaten atau kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada kewenangan tanpa tanggung jawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggung jawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. 20 Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggung jawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggung jawab 19 Rahardjo Adisasmita. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Makassar:Graha Ilmu. Hal 80. 20 Opcit, Abe, A, Hal.35. Universitas Sumatera Utara 24 untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. 21 Teori otonomi desa digunakan untuk menganalisis sistem dan mekanisme pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara. Teori ini juga digunakan untuk menjelaskan kesatuan masyarakat hukum desa dalam pemerintahannya yang berkaitan dengan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat desa. Teori otonomi digunakan untuk memperkuat analisis yang ada dalam penelitian ini yang berkaitan dengan etnisitas. Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pemilihan kepala desa, mekanisme pemilihan dan tata cara pemilihan sebagai pendukung depth interview dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif dengan depth interview tentunya harus mendalam tidak hanya data primer kesukuan tetapi juga data pendukung untuk menjawab kenapa suku minoritas di Desa Kwala Gunung bisa memenangkan pemilihan kepala desa.

I.6.3. Teori Strategi