Uji Asumsi Klasik. Metode Analisis Data

70 Konsekuensi heterokedastisitas : 1. Penaksiran OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi efisien dalam sampel kecil dan besar. 2. Variansnya tidak lagi minimum. c. Uji Autokorelasi. Gujarati 1995 autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya. Asumsi non-autokorelasi berimplikasi bahwa kovarians u i dan u j sama dengan nol : Covu i u j = E[u i -Eu i ][u j -Eu j ] = Eu i u j = 0 untuk i + j Uji d Durbin-Watson Durbin-Watson d Test Model ini deperkenalkan oleh J.Durbin dan G.S Watson tahun 1951. Dekteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi pada persamaan yang mengandung variabel dependen kelambanan, dapat dilakukan uji Durbin LM seperti berikut ini : ut = x t ’d + TY t-1 + U t-1 + e t dimana : ut = residual dari model yang diestimasi. xt = variabel-variabel penjelas. Yt-1 = variabel dependen kelambanan. Ut-1 = residual kelambanan. 71 Apabila T-hitung dari residual kelambanan signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak adanya autokorelasi tidak dapat ditolak. Autokorelasi terjadi karena beberapa sebab Gujarati, 2010 : 1. Data mengandung pergerakan naik turun secara musiman, misalnya kondisi perekonomian suatu negara yang kadang naik dan kadang menurun. 2. Kekeliruan memanipulasi data, misalnya data tahunan dijadikan data kuartalan dengan membagi empat. 3. Data runtut waktu, yang meskipun bila dianlaisis dengan model y t = a + bx 1 + e t , karena datanya bersifat rumit, maka berlaku juga y t-1 = a + bx t-1 + e t-1 . Dengan demikian akan terjadi hubungan antara data sekarang dan data periode sebelumnya. 4. Data yang dianalisis tidak bersifat stationer Analisis mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson D-W. Uji D-W merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Hipotesis D-W berpedoman jika hipotesis H o adalah tidak serial korelasi + maka Ghozali, 2005 : a. Jika 0 d 1,10, maka Tolak Ho, berarti ada autokorelasi positif b. Jika 1,10 ≤ d ≤ 1,54, maka tidak dapat diputuskan 72 c. Jika 1,54 d 2,46, maka tidak menolak Ho, berarti tidak ada autokorelasi d. Jika 2,46 d 2,90, maka tidak dapat diputuskan e. Jika 2,90 d. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mememiliki distribusi normal atau tidak Ghozali, 2006. Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini mengunakan uji normalitas dengan One-Sample Klomogrov-Sukirnov. Pengujian One-Sample Klomogrov-Smirnov dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila nilai signifikasinya lebih besar dari α = 0,05. e. Uji Linieritas. Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak Ghozali, 2006. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas. 73 Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas dipergunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier. 74 BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Keberadaan lembaga keuangan syariah mulai tercatat sejak lahirnya The Mith Ghamr Bank di lembah sungai nil Mesir tahun 1963. Perkembangan lembaga keuangan syariah modern tersebut telah mencapai sukses yang luar biasa namun sangat disayangkan karena situasi dan faktor politik sehingga lembaga keuangan tersebut ditutup pada tahun 1969. Bank Islam metropolitan pertama yang berorientasi komersial sesungguhnya adalah Dubai Islamic Bank yang didirikan di Dubai pada tahun 1975. Bank ini merupakan suatu perseroan terbatas dengan modal awal 50.000.000 dirham. Pada tahun 1975 disahkannya Islamic Development Bank IDB oleh OKI kedua di Jeddah Yuliadi, 2009 Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia merupakan suatu proses yang terakumulasi selama kurun waktu yang cukup panjang. Wacana lemabaga keuangan syariah merebak ditengah masyarakat megikuti perbincangan mengenai pro dan kontra mengenai hukum bunga bank. Semangat untuk terwujudnya bank Islam di Indonesia dari waktu ke waktu semakin besar seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran beragama dikalangan umat Islam itu sendiri. 75 Ide untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan LSIK dan Yayasan Bhinneka Tunggal Ika, namun ada beberapa alasan yang menghambat terealisasinya ide ini yaitu : Yazidah, 2012 1. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14 Tahun 1967. 2. Konsep bank syariah dari segi politisi berkonotasi ideologis dan merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep Negara Islam, dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah. 3. Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam venture semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia. Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak tahun 1988, disaat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober Pakto yang berisi liberlisasi industri perbankan. Para ulama pada waktu itu beerusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satupun perangkat hukum yang 76 dapat dirujuk, kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor tanggal 19-20 Agustus 1990, yang kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional Munas IV Majelis Ulama Indonesia MUI, yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990 dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia. Bank umum syariah pertama yang berhasil dibentuk oleh kelompok kerja MUI adalah Bank Muamalah dengan modal awal Rp 106.126.382.000 sebagai realisasi dari lokakarya nasional tentang “Bunga Bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Bank Muamalah Indonesia mulai beroperasi sejak 1 Mei 1992 setelah mendapat izin prinsip yaitu surat Menteri Keuangan RI No 1223MK.0131991. Yuliadi, 2009 Perkembangan bank syariah di Indoensia tidak bisa dilepaskan dari pasang surutnya perbahan lingkungan sosial, ekonomi, dna politik bangsa yang terkait dengan aspek legal formal yang melandasi operasionalisasi perbankan syariah. keberadaan bank syariah dalam sisitem perbankan Indonesia sebenranya telah dikembangkan semenjak tahun 1992, seiring dengan lahirnya Undang-Undang No 7 tahun 1992, tentang Perbankan kendati masih ertuang secara implisit dengan istilah bank bagi hasi. Kemudian diiringi oleh Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkn prinsip Bagi Hasil,

Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Pengaruh capital adequacy ratio (car), non performing financing (npf), danan pohak ketiga (dpk), sertifikat bank umum syariah (sbis) terhadap penyaluran pembiayaan bank umum syariah periode 2009-2015

0 8 116

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

0 9 105

Determinan Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di Indonesia: Pendekatan Unbalanced Panel Data

1 13 95

Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing Financing (NPF), Kurs, dan Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Januari 2010- Januari 2016)

8 37 116

Analisis Pengaruh Pembiayaan Pemilikan Rumah Sistim Akad Murabahah, Pembiayaan Pemilik Rumah Sistim Akad Istishna dan non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Syariah: (Studi Pada Bank Tabungan Negara Syariah Periode Maret 2008- Juni 2016)

5 32 102

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

DETERMINAN NON PERFORMING FINANCING BANK SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE JANUARI 2010 – JUNI 2015)

0 6 27

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH, MUSYARAKAH, MURABAHAH, ISTISHNA DAN IJARAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA DENGAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Bank Umum Syariah Periode Januari 2015 – Juni

1 7 136