3 Penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan
sosial budaya.
2.2 Teori yang Digunakan
Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria Yunani, berarti kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu
melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian,
karena teori adalah landasan berpijak. Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori struktural dan teori
sosiologi sastra untuk mengkaji cerita ini. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra, diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan
hasil yang optimal dari karya yang dianalisis.
2.2.1 Teori Struktural
Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat
di dalam karya sastra diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan hasil yang optimal dari karya yang menganalisis. Menganalisis karya sastra dari unsur struktural
merupakan langkah awal untuk rencana penelitian selanjutnya. Semi 1993:68 mengatakan “pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejalas mungkin. Bertolak dari pandangan itu, telaah
kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang
menunjang pembinaan dan pengembangan tata kehidupan”.
Universitas Sumatera utara
Berdasarkan pendekatan di atas jelas mempunyai kesesuaian karena pendapat tersebut mengatakan sastra merupakan cermin zamannya, mengungkapkan suka-duka kehidupan
masyarakat. Walaupun demikian, dalam menganalisis karya sastra bila hanya bertitik tolak dari luar karya sastra , tanpa mengikut sertakan karya sastra sebagai suatu kebulatan makna
dan perpaduan isi rasanya kurang sempurna. Mengenai pendekatan struktural, semi 1993:44 mengatakan:”dengan kata lain,
pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya sastra yaitu: tema, alur, latar, penokohan dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis
antara bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan karya sastra yang bermutu”.
Pada dasarnya penelitian struktural, yaitu suatu penelitian yang membahas unsur- unsur karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar dan penokohan.
1 Tema
Tema merupakan inti cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Semua unsur cerita bergantung pada tema, yaitu semuanya secara bersama-sama melaksanakan atau
mengungkapkan tema dalam cerita. Tema adalah pokok pikiran, atau makna yang terkandung dalam dalam sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah
karya sastra yang terkandung di dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan. Setiap karya sastra harus mempunyai dasar dari cerita dan tema yang merupakan
sasaran tujuan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik yang tertulis maupunsecara lisan pasti mengandung tema, karena sebuah karya sastra pasti mempunyai
pokok pikiran utama atau isi pembicaraan yang hendak disampaikan kepada pembacanya atau pendengarnya.
Universitas Sumatera utara
2 Alur atau Plot
Culler 1977:209 bahwa alur tunduk kepada ketentuan yang bertujuan, peristiwa tertentu terjadi agar cerita berkembang seperti adanya.
Secara struktural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan tema cerita. Para tokoh atau pelakunya melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan
wataknya. Perbuatan-perbuatan itu yang akan menimbulkan peristiwa. Rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat ini menimbulkan alur. Alur atau plot
merupakan rentetan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur kita tidak tahu bagaimana jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur atau alur bolik-balik.
Tasrif Via Lubis, 1960:16, struktur alur terbagi dalam lima bagian, yaitu:Lukisan suatu keadaan situation, peristiwa mulai bergerak geberating circumstance, keadaan mulai
memuncak rising action, peristiwa mencapai puncak climax, pemecahan masalah denouement.
3 Latar atau setting
Latardisebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat berlangsungnya
peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Latar bukan hanya merupakan daerah atau tempat, namun waktu, peristiwa penting dan
bersejarah. Dengan mengatahui dan memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi cerita akan memudahkan pembaca untuk memahami latar dalam sebuah
karya sastra yang dituangkan dalam bentuk cerita.
4 Perwatakan atau Penokohan
Terbentuk sebuah cerita adalah karena adanya tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh dalam sebuah cerita sangat memegang peranan penting. Tokoh adalah salah satu unsur
penggerak cerita yang memiliki watak yang berkembang sesuai dengan jalan cerita.
Universitas Sumatera utara
Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sebuah cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang tidak memiliki peran penting karena
pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu.
Perwatakan adalah karakter dari tokoh dalam pengertian sifat atau ciri khas terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.
Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui
melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kemudian jalan pikirannya. Jadi perwatakan dapat disimpulkan ciri keseluruhan yang memiliki tokoh.
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra