82
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DEWAN KOMISARIS
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA
A. Peranan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas
a. Dewan komisaris mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengawasi tindakan
kepengurusan dan pengelolaan perseroan yang dilakukan oleh direksi, melakukan pekerjaan lain sebagaimana yang akan ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham RUPS. b.
Dewan Komisaris baik masing-masing maupun bersama-sama berwenang untuk memasuki gedung, kantor dan halaman yang dipergunakan oleh perseroan guna
memeriksa laporan. buku-buku, dokumen serta kekayaan perseroan dan untuk itu direksi wajib memberikan semua keterangan yang diperlukan oleh dewan
komisaris dalam melaksanakankan kewajibannya berkenaan dengan perseroan. Akan tetapi dalam peta bisnis modern posisi direksi tidak selamanya dipegang
oleh pemilik perusahaan melainkan dipegang oleh profesional dibidangnya.
89
c. Dewan komisaris dengan suara terbanyak setiap waktu dalam Rapat Dewan
Komisaris berwenang untuk memberhentikan sementara waktu anggota direksi dari jabatan mereka, dengan disertai alasan pemberhentiannya, umpama
melakukan tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar atau merugikan maksud dan tujuan perseroan atau melalaikan kewajiban.
d. Setelah pemberhentian sementara itu dewan komisaris diwajibkan untuk
89
Sentosa Sembiring, Op. Cit, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, hal. 203
Universitas Sumatera Utara
83
memberitahukan kepada RUPS atau harus memanggil RULBPS Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang harus diadakan dalam waktu satu bulan sejak
tanggal penberhentian sementara itu. e.
Dalam rapat tersebut Dewan Komisaris memberikan kesempatan kepada anggota direksi yang diberhentikan sementara itu untuk membela diri terhadap tuduhan
atas dirinya. f.
Namun apabila dalam waktu satu bulan RULBPS tidak diadakan, pembebasan sementara dari jabatan anggota direksi dengan sendirinya berakhir dan batal.
g. Dewan Komisaris berkewajiban untuk mengurus perseroan untuk sementara
waktu apabila perseroan karena sesuatu alasan apapun juga tidak mempunyai direksi sama sekali, dengan kewajiban satu bulan setelah kejadian itu
mengadakan RULBPS untuk mengangkat direksi baru. h.
Dalam kejadian demikian dewan komisaris berhak untuk memberi wewenang kepada seorang atau lebih anggota dewan komisaris untuk mengurus perseroan
dan bertindak untuk dan atas nama serta mewakili perseroan. i.
Hal-hal yang biasanya ditetapkan dalam Anggaran Dasar untuk diputuskan dalam Rapat Dewan Komisaris antara lain :
1. Menyetujui anggaran tahunan yang disusun oleh direksi. 2. Menyetujui neraca dan perhitungan laba rugi yang akan diajukan pada RUPS.
3. Menentukan pemberhentian
untuk sementara waktu
seorang anggota
Universitas Sumatera Utara
84
anggota-anggota direksi dengan sesuai deng ketentuan.
90
Didalam Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 pada Pasal 117 ayat satu mengatakan :
1 Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu. Kemudian Perseroan memiliki komisaris yang wewenang dan kewajibannya ditetapkan dalam anggaran dasar perseroan.
91
Dewan komisaris melakukan wewenangnya dan tanggung jawabnya dalam suatu perseroan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan
serta menjalankan keputusan-keputusan dan petunjuk-petunjuk Rapat Umum Pemegang.
92
Maka jelas diterangkan bahwa dewan komisaris mempunyai kewenangan dalam suatu perseroan dan wajib menjalankan kewenangan tersebut dengan sebaik-
baiknya dan kewenangan yang dimiliki oleh dewan komisaris mempunyai batasan- batasan, yaitu tidak boleh bertentangan dari pada yang diatur dalam Anggaran Dasar
dan Perundang-undangan yang berlaku sehingga wewenang tersebut tidak boleh melanggar aturan yang telah ada dan telah diatur oleh perseroan.
Komisaris utama, komisaris keuangan dan komisaris operasional mempunyai kewenangan sendiri-sendiri. Dewan komisaris dalam perseroan saling membantu satu
sama lainnya dalam melaksanakan tugas kewenangannya. Setiap permasalahan operasional yang mereka dapatkan akan mereka rapatkan dalam rapat komisaris, dan
90
I.G. Rai Widjaja, Pedoman Dasar Perseroan Terbatas PT, Penerbit PT. Pradnya Paramita, hal. 22
91
I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan Pemakaian Nama PT, Tata Cara Mendirikan Perseroan terbatas, Tata Cara Pendaftaran Perusahaan TDUD dan SIUP, Jakarta: Perc. KBI
92
Op. Cit., C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, Penerbit PT. Pradnya Paramita, hal.157.
Universitas Sumatera Utara
85
akan dibicarakan selanjutnya kepada direksi sebagai pelaksana dalam perseroan.
Kewenangan dewan komisaris yang ada di dalam perseroan diatur dalam Akta Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Mengenai kewajiban direksi, biasanya telah
diatur dalam anggaran dasar perseroan, antara lain meliputi berikut ini :
93
1. Menyusun anggaran belanja perseroan untuk tahun yang akan datang. Paling lambat 3 tiga bulan sebelum tahun buku yang akan datang, anggaran belanja
perseroan sudah harus dibicarakan dan selanjutnya dimintakan pengesahan pada RUPS.
2. Menyusun laporan berkala tentang pelaksanaan tugas direksi dalam hal mengurus dan menguasai perusahaan atau tentang neraca triwulan atau tahunan yang
disampaikan kepada dewan komisaris. 3. Menyelenggarakan RUPS minimal satu kali dalam setahun atau pada saat-saat
yang diperlukan dan diadakan paling lambat waktu 6 enam bulan setelah tahun buku.
4. Memberi keterangan-keterangan yang diperlukan oleh dewan komisaris pada saat pemeriksaan. Dalam praktik sering terjadi, dewan komisaris menggunakan jasa
akuntan publik untuk memeriksa pembukuan dan direksi wajib memberikan keterangan yang diminta oleh akuntan publik tersebut.
5. Mengumumkan secara resmi, baik dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, bilamana direksi akan mengeluarkan duplikat-duplikat saham yang
93
Op. Cit, Agus Budiarto, Kedudukan dewan dan tanggung jawab perseroan terbatas, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009 hal. 66 - 67
Universitas Sumatera Utara
86
hilang. 6. Menyediakan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus di kantor perseroan
untuk para pemilik saham. Penyelenggaraan buku daftar pemegang saham dan daftar khusus ini harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Buku daftar pemegang
saham dan daftar khusus ini erat kaitannya dengan kedudukan hukum pemilik atau pemegang saham. Buku daftar pemegang saham dan daftar khusus ini dapat
menjadi indikator kepemilikan atas saham suatu perseroan dan ada tidaknya hubungan afiliasi
antara direksi dan keluarganya dengan perseroan yang dikelolanya. Nama-nama yang tercatat dalam buku daftar pemegang saham atau
daftar khusus adalah orang-orang yang secara yuridis diakui sebagai pemilik saham. Hal ini bertujuan agar ada transparansi perseroan dalam upaya menjamin
perlindungan hukum pihak ketiga. 7. Dalam hal pembubaran perseroan, direksi wajib melakukan likuidasi melalui
seorang likuidator dan biasanya di bawah pengawasan dewan komisaris. Berpedoman dengan ketentuan Pasal 117 UUPT tahun 2007 kewenangan
Dewan Komisaris dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kewenangan Memberikan Persetujuan
Kuantitas dan kualitas kewenangan pemberian persetujuan dewan komisaris kepada direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang dapat diatur
dalam Anggaran Dasar Perseroan. Bentuk Persetujuan yang dikehendaki oleh Pasal 117 UUPT tahun 2007 ini adalah :
a. Bentuk pemberian persetujuan dewan komisaris kepada direksi adalah
Universitas Sumatera Utara
87
tertulis. b.
Pemberian persetujuan tertulis tersebut kepada Direksi, dalam melakukan perbuatan hukum tertentu hyzonulere rechtshandeling, special legal act,
tidak bersifat umum untuk segala jenis perbuatan hukum. c.
Pemberian persetujuan Dewan Komisaris kepada Direksi, bukan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan maupun pemberian nasihat.
d. Selanjutnya, menurut Pasal 117 ayat 2 UUPT tahun 2007, jika
Anggaran Dasar mengatur memberi persetujuan kepada direksi untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, sebaiknya ditentukan pula
persyaratan pemberian persetujuan itu. Dan bila kita merujuk pada Pasal 117 ayat 2, kewenangan dapat pula
dibedakan : a.
Secara Internal Direksi wajib mentaatinya, oleh karena itu mesti meminta persetujuan
kepada dewan komisaris, kalau perbuatan hukum itu termasuk kategori perbuatan hukum tertentu yang disebutkan dalam Anggaran Dasar.
Kepengurusan perseroan terbatas sehari-hari dilakukan oleh direksi. Keberadaan direksi dalam suatu organ perseroan merupakan suatu
keharusan dengan kata lain perseroan wajib memiliki direksi. Hal ini dikarenakan perseroan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan
Universitas Sumatera Utara
88
anggota direksi.
94
Berdasarkan fiduciary duty, direksi suatu perseroan diberi kepercayaan yang tinggi oleh perseroan untuk mengelola suatu perusahaan. Dalam hal
ini, direksi harus memiliki standar integritas dan loyalitas yang tinggi, tampil serta bertindak untuk kepentingan perseroan.
Direksi juga harus mampu mengartikan dan melaksanakan kebijakan perseroan secara baik demi kepentingan perseroan, memajukan perseroan,
meningkatkan nilai saham perseroan, menghasilkan keuntungan pada perseroan, shareholders dan stakeholders. Berdasarkan kewenangan yang
ada padanya, direksi harus mampu mengekspresikan dan menjalankan tugasnya dengan baik, agar perusahaan selalu berjalan di jalur yang benar
atau layak. Dengan demikian, direksi harus mampu menghindarkan perusahaan dari tindakan-tindakan yang illegal, bertentangan dengan
peraturan dan kepentingan umum serta bertentangan dengan kesepakatan yang dibuat dengan organ perseroan lain, shareholders dan stakeholders.
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak berbuat sesuatu bagi kepentingan pihak lain dengan
mengesampingkan kepentingan pribadinya sendiri. Fiduciary duty direksi ini mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
95
94
Loc. Cit, Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas, Doktrin Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Yogyakarta: Penerbit Total Media, 2009, hal. 207 - 209
95
Chatamarrasjid, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 196-197
Universitas Sumatera Utara
89
1. Direksi dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya untuk
kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan perseroan.
2. Direksi tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai pengurus
untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan perseroan.
3. Direksi tidak boleh menggunakan atau menyalahgunakan asset
perseroan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga. Selain itu, direksi dalam perseroan juga harus memperhatikan hal-hal
yang bersifat negatif pada perseroan, maksudnya agar direksi jangan sampai terbelenggu oleh keinginan-keinginan membuat kebijakan di luar
kewenangannya. Dalam artian ini, direksi harus mampu menolak berbagai intervensi dari pemegang saham yang memaksanya untuk mengambil
kebijakan demi kepentingan atau motif-motif pribadi. Karena kedudukan direksi yang bersifat fiduciary, yang oleh UUPT
sampai batas-batas tertentu diakui, maka tanggung jawab direksi menjadi sangat tinggi. Tidak hanya bertanggungjawab terhadap ketidakjujuran
yang disengaja tetapi dia juga bertanggungjawab secara hukum terhadap tindakan, kelalaian atau gagal atau tidak melakukan sesuatu yang penting
bagi perseroan.
Universitas Sumatera Utara
90
Pasal 97 ayat 2 UUPT menyebutkan bahwa setiap anggota direksi wajib dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan dan usaha perseroan. Dengan demikian direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan, artinya secara fiduciary harus melaksanakan perusahaan. Fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh direktur dengan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan benefit orang atau pihak lain perseroan.
Dalam menjalankan tugas fiduciary duties, seorang direksi harus melakukan tugasnya sebagai berikut:
96
a. Dilakukan dengan iktikad baik;
b. Dilakukan dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab; dan
c. Tidak memiliki benturan kepentingan.
Oleh karena itu, apabila terjadi conflict of duty dan benturan kepentingan pada saat menjalankan perseroan, direksi harus mampu mengelola secara
bijak berbagai pertentangan sebagai akibat adanya perbedaan kepentingan para pemegang saham. Namun dalam pelaksanaannya, pengelolaan
perbedaan kepentingan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya membuat berbagai perjanjian yang menguntungkan perseroan, tidak
menyembunyikan suatu informasi untuk kepentingan pribadi, tidak
96
Op. Cit, hal. 209
Universitas Sumatera Utara
91
menyalahgunakan kepercayaan dan. tidak melakukan kompetisi yang tidak sehat.
b. Secara Eksternal
Berdasarkan Pasal 117 ayat 2, terhadap pihak ketiga, pemberian persetujuan dewan komisaris atas perbuatan hukum yang bersangkutan,
tidak mengikat. Pasal 117 ayat 1 UUPT menentukan dalam anggaran dasar dapat
ditetapkan wewenang kepada dewan komisaris untuk memberikan persetujuan atau bantuan kepada direksi, dalam melakukan perbuatan
hukum tertentu. Penjelasan Pasal 117 ayat 1 UUPT menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “memberikan persetujuan” adalah memberikan
persetujuan secara tertulis dari dewan komisaris. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan dewan
komisaris mendampingi direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Persetujuan atau bantuan oleh dewan komisaris kepada direksi
dalam melakukan perbuatan hukum tertentu yang dimaksud ayat ini bukan merupakan tindakan pengurusan.
Pasal 117 ayat 2 UUPT menentukan bahwa dalam hal anggaran dasar menetapkan persyaratan pemberian persetujuan bantuan tersebut di atas,
tanpa persetujuan atau bantuan dewan komisaris, perbuatan hukum tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lainnya dalam perbuatan hukum
tersebut beriktikad baik. Penjelasan Pasal 117 ayat 2 menyebutkan
Universitas Sumatera Utara
92
bahwa yang dimaksud dengan “perbuatan hukum tetap mengikat perseroan” adalah perbuatan hukum yang dilakukan tanpa persetujuan
dewan komisaris sesuai dengan ketentuan anggaran dasar tetap mengikat perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak lainnya tidak beriktikad baik.
Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat ini dapat mengakibatkan tanggung jawab pribadi direksi sesuai dengan ketentuan UUPT.
Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, komisaris dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu dan
jangka waktu tertentu. Dalam tindakan pengurusan tersebut berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi
terhadap perseroan dan pihak ketiga. Ditambahkan oleh Penjelasan Pasal 11 ayat 2 UUPT yang menyatakan, bahwa ketentuan ini dimaksudkan
untuk memberikan
kewenangan kepada
dewan komisaris
untuk melakukan pengurusan perseroan dalam hal direksi tidak ada. Adapun
yang dimaksud dengan “dalam keadaan tertentu antara lain dalam Pasal 99 ayat 2 Huruf b dari Pasal 107 Huruf c UUPT. Berdasar Pasal 99 ayat
2 Huruf c UUPT dewan komisaris mewakili perseroan dalam hal seluruh anggota direksi memiliki benturan kepentingan dengan perseroan.
Kemudian berdasar Pasal 107 Huruf c UUPT, dewan komisaris mewakili perseroan apabila seluruh anggota direksi berhalangan atau diberhentikan
sementara. Meskipun perbuatan hukum yang dilakukan direksi dengan pihak ketiga
Universitas Sumatera Utara
93
tanpa persetujuan tertulis dari dewan komisaris : 1 Perbuatan hukum direksi tersebut, tetap sah dan mengikat kepada
Perseroan dengan pihak ketiga. 2 Dengan syarat, sepanjang pihak ketiga itu beritikad baik good faith.
2. Kewenangan Pemberian Bantuan Yang dimaksud dengan bantuan menurut Pasal 117 UUPT tahun 2007 adalah:
a. Tindakan dewan komisaris mendampingi direksi.
b. Pendampingan dilakukan dewan komisaris kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu. c.
Pemberian bantuan dalam bentuk pendampingan, bukan merupakan tindakan pengawasan dewan komisaris terhadap pengurusan Perseroan
yang dijalankan direksi.
97
Dalam melaksanakan tugasnya, baik direksi dan komisaris harus mematuhi Anggaran Dasar Persero, peraturan perundang-undangan, dan wajib melaksanakan
prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, tranparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik. Selain kewajiban, UU juga mengatur larangan bagi direksi, dan komisaris untuk mengambil keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung
dari kegiatan Persero. Mereka juga dilarang dan tidak berwenang mewakili Persero apabila terjadi perkara di depan pengadilan antara Persero dengan dirinya atau
mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan Persero. Larangan lainnya adalah tidak boleh merangkap jabatan yang dapat menimbulkan benturan
kepentingan dan jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
97
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Penerbit Sinar Grafika, hal. 466.
Universitas Sumatera Utara
94
undangan. Khusus untuk direksi juga dilarang untuk merangkap jabatan structural dan fungsional lainnya pada instansilembaga pemerintah pusat dan daerah. Direksi
dan komisaris, dan bahkan karyawan BUMN dilarang untuk memberikan atau menawarkan atau menerima baik langsung maupun tidak langsung
sesuatu yang berharga kepada atau dari pelanggan atau seorang pejabat pemerintah untuk
mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
98
Dewan Komisaris yang dalam Perseroan Terbatas menjalankan wewenangnya sesuai yang telah ditentukan oleh Anggaran Dasar dan Perundang-undangan yang
mengatur tentang Perseroan Terbatas. Nasihat dan bantuan dilakukan dewan komisaris dalam membantu direksi
dalam menjalankan perseroan, tetapi lebih secara lisan bukan tulisan. Dikarenakan hal tersebut telah berjalan sedemikian rupa dan telah menjadi kebiasaan dalam
melaksanakan tugas masing-masing dalam Perseroan Terbatas. Hal ini juga dapat berjalan tanpa masalah dikarenakan antara dewan komisaris dan direksi mempunyai
jam kerja yang sama. Setiap hari pada jam kerja baik dewan komisaris dan direksi dapat bertemu dan mengemukakan apa saja yang menjadi permasalahan yang timbul
dalam Perseroan.
B. Hambatan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas