69
berlanjutnya kerugian tersebut. Disinilah kekurangan dari sikap yang saling menjaga dengan menomor
satukan rasa kekeluargaan. Hingga setiap peraturan yang seharusnya kita bisa tegas harus kita lunakkan dengan kekeluargaan.
B. Pengawasan Dewan Komisaris
a Penanggung Jawaban hukum Ada tiga macam konsep tangung jawab hukum legal liability
1. Tanggung jawab hukum atas dasar kesalahan Based on Fault Liability Adalah : tanggung jawab ini diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang
sering kita dengar dengan tindakan melawan hukum onrechts matigdaad. Menurut konsep ini, setiap perbuatan melawan hukum yang menimbulkan
kerugian kepada orang lain, mewajibkan kepada orang yang karena perbuatannya menimbulkan kerugian untuk mengganti kerugian yang di
derita si korban. 2. Tanggung jawab hukum Praduga tak bersalah Presumption of liability
Adalah : Tergugat akan diminta penanggung jawabannya sampai terbukti tidak bersalah.
3. Tanggung jawab hukum mutlak strict liability Adalah : prinsip pertanggung jawaban dalam perbuatan melawan hukum
yang tidak didasarkan kepada kesalahan. Tapi prinsip ini mewajibkan pelaku langsung bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena
perbuatan melawan hukum itu. Karenanya, prinsip strick liability ini
Universitas Sumatera Utara
70
disebut juga dengan Liability without Fault.
83
bPertanggung Jawaban Dewan Komisaris Tanggung jawab adalah : kewajiban seorang individu untuk melaksanakan
aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin, sesuai dengan kemampuannya.
84
Secara umum meliputi : 1. Dalam hal laporan keuangan yang disediakan ternyata tidak benar dan atau
menyesatkan anggota direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan Pasal
69 ayat 3 UUPT. 2. Dalam hal terjadi pengangkatan anggota dewan komisaris menjadi batal
sehingga akibat tidak memenuhi persyaratan pengangkatannya, maka meskipun perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama
perseroan oleh anggota dewan komisaris yang bersangkutan tidak bertanggung jawab terhadap perseroan Pasal 112 ayat 4 UUPT.
3. Dalam hal dewan komisaris terdiri atas 2 dua anggota dewan komisaris atau lebih, tanggung jawab tersebut diatas berlaku secara tanggung renteng
bagi setiap anggota dewan komisaris Pasal 114 ayat 4 UUPT. 4. Pasal 115 ayat 1 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun
2007 yaitu : dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan
83
M.Yahya Harahap, Arbitrase, Jakarta : Sinar Grafika, 1991, hal.35.
84
Winardi, Asas-Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1983.
Universitas Sumatera Utara
71
yang dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap
anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban yang belum dilunasi.
5. Pasal 72 ayat 6 Undang – Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 yaitu : Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas kerugian Perseroan, dalam hal pemegan saham tidak dapat mengembalikan dividen interim sebagaimana dimaksud pada ayat
5. 6. Tanggung jawab tersebut berlaku juga bagi anggota dewan komisaris yang
sudah tidak menjabat 5 lima tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan Pasal 115 ayat 2 UUPT.
7. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah lalai dalam
menjalankan tugasnya Pasal 114 ayat 3 UUPT. Terhadap pertanggung jawaban renteng sesama anggota dewan komisaris
ketentuan dalam undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 114 ayat 5 juga ditegaskan bahwa:
Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila dapat membuktikan :
a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Universitas Sumatera Utara
72
b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian.
c. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
Hal-hal yang dikemukakan dalam pasal-pasal tersebut menunjukkan bahwa setiap anggota dewan komisaris dapat keluar dari pertanggung jawaban pribadi yang
kolegial, dalam bentuk tanggung renteng, manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dalam melakukan pengawasan terhadap perseroan yang
bersangkutan tidak telah memiliki itikad tidak baik, dengan penuh kehati-hatian, tidak telah lalai, tidak telah salah, atau berbuat curang atau melakukan perbuatan melawan
hukum atau telah mengambil tindakan pencegahan atau telah memberikan nasehat atau masukan dalam hal atau terhadap hal-hal yang dapat menerbitkan kerugian bagi
perseroan. Sebagai suatu dewan, dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri,
namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu tindakan hanya oleh satu atau lebih anggota tanpa sepengetahuan anggota lainnya, maka yang bersangkutan
atau yang berbuat itulah yang bertanggung jawab secara pribadi. Selanjutnya jika hal tersebut tindakan yang pada kenyataannya diketahui oleh
seluruh anggota dewan komisaris, maka dalam hal ini jelas berlakulah ketentuan mengenai pertanggung jawaban renteng sepenuhnya.
85
85
Gunawan Widjaja, Resiko Hukum Sebagai Direksi,Komisaris Pemilik PT, Penerbit PT. Radnya Paramita
Universitas Sumatera Utara
73
Tanggung renteng disini hanya berlaku bila Perseroan Terbatas yang belum disyahkan oleh menteri kehakiman, tetapi bila telah dilakukan pengesahan maka tidak
lagi berlakunya tanggung renteng tersebut. Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan menjalankan tugasnya dengan
mengikuti semua peraturan perundang-undangan yang ada dan ditambahkan dengan anggaran dasar Perseroan maka Dewan Komisaris tidak dapat dinyatakan lalai dalam
melakukan tugasnya. Dan tidak bisa dinyatakan bersalah dalam melakukan tugasnya. Tetapi dalam Pasal 114 ayat 6 undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun
2007 diterangkan lagi bahwa : “Atas nama Perseroan sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah
seluruh saham dengan suara dapat manggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaian nya menimbulkan kerugian pada perseroan ke
Pengadilan Negeri.” Di pasal ini mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa dewan
komisaris dapat diminta pertanggung jawaban secara hukum bilamana dewan komisaris tersebut terbukti melakukan kelalaian atau kesalahan dan berakibat
merugikan Perusahaan. Dengan demikian secara sederhana dan praktis, dapat dikatakan bahwa bagi
anggota direksi dan anggota dewan komisaris untuk negara seperti di Indonesia, hal- hal berikut di bawah ini dapat dijadikan pedoman:
1. Melakukan keterbukaan sepenuhnya antara sesama anggota direksi atau
dewan komisaris, mengenai adanya kepentingan pribadi, baik langsung
Universitas Sumatera Utara
74
maupun tidak langsung terhadap suatu tindakan atau perbuatan hukum yang akan dilakukan oleh perseroan dengan pihak tertentu.
2. Menarik diri dari setiap tindakan atau perbuatan hukum perseroan dengan
pihak ketiga, di mana anggota direksi atau dewan komisaris tersebut memiliki benturan kepentingan, baik langsung maupun tidak langsung.
3. Mewajibkan dilaksanakannya setiap transaksi dengan pihak ketiga yang masih
berhubungan, yang dibuktikan dengan dokumentasi yang menunjukkan bahwa transaksi tersebut dibuat dengan syarat-syarat yang sama atau tidak lebih
ringan dari transaksi dengan pihak lain yang independen dengan diperoleh pendapat hukum kewajaran mengenai transaksi tersebut yang dibandingkan
dengan perusahaan lainnya. 4.
Mewajibkan perseroan untuk memiliki kebijakan mengenai remunerasi yang layak bagi eksekutif perseroan, termasuk direksi, dan jika perlu dibuat komite
remunerasi yang independen, di bawah koordinasi atau dipimpin oleh seorang komisaris independen yang bertanggung jawab langsung kepada dewan
komisaris. 5.
Mengikutsertakan perseroan dalam setiap transaksi yang diketahuinya dapat menerbitkan keuntungan bagi perseroan.
6. Untuk transaksi perseroan di mana satu atau lebih anggota direksi atau dewan
komisaris mempunyai kepentingan terhadapnya, maka seluruh anggota direksi dan atau dewan komisaris lainnya yang tidak mempunyai benturan
kepentingan, yang disertai atau dilengkapi dengan pendapat hukum
Universitas Sumatera Utara
75
independen dan
pendapat keuangan
independenlah, yang
harus memutuskannya.
7. Memastikan bahwa tindakan yang diambil dalam hubungannya dengan pihak
ketiga harus didokumentasikan dengan baik. 8.
Memastikan bahwa seluruh anggota direksi dan atau dewan komisaris dapat dengan cepat mengetahui adanya perubahan atau perkembangan yang material
terhadap kegiatan usaha perseroan, dan bahwa seluruh anggota direksi dan atau dewan komisaris memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
seluruh data dan informasi yang diperlukan pada waktunya. 9.
Setiap anggota direksi dan dewan komisaris harus menghargai dan melaksanakan seluruh kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan secara
bersama. 10. Mewajibkan setiap anggota direksi dan dewan komisaris untuk secara aktif
turut serta dalam melakukan pengelolaan dan proses pengambilan keputusan oleh perseroan, dan jangan terlalu mengandalkan situ dengan yang lainnya,
termasuk untuk melakukan pendelegasian yang berlebihan. Disinilah peran direksi sebagai suatu badan dengan tanggung jawab renteng mewajibkan agar
setiap anggota direksi mengetahui apa yang dikerjakan oleh anggota direksi yang lainnya.
11. Melakukan monitoring secara berkala. Disinilah peran dewan komisaris sebagai pengawas direksi dengan tanggung jawab renteng yang menghendaki
agar dewan komisaris mengetahui apa yang dikerjakan oleh anggota direksi
Universitas Sumatera Utara
76
perseroan, dan selanjutnya memberikan nasehat kepada anggota direksi jika perlu.
12. Memastikan bahwa perseroan memiliki sistem pengawasan internal yang cukup baik dan sistem pelaporan manajemen yang sesuai.
13. Memahami usaha perseroan, strategi dan risiko, serta kebijakan akuntansi yang kritikal.
14. Memastikan bahwa dokumentasi perseroan menunjukkan bahwa setiap tindakan atau keputusan yang diambil oleh direksi atau dewan komisaris telah
dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan pada alasan yang cukup. 15. Memastikan bahwa perseroan memiliki standard operating procedures dalam
pencatatan, penyelenggaraan dan penyimpanan risalah rapat perusahaan, khususnya terkait dengan pandangan masing-masing anggota direksi atau
dewan komisaris dalam menyikapi suatu usulan transaksi sebelum pada akhirnya keputusan diambil.
16. Untuk hal-hal penting, sebaiknya dilakukan pertemuan berkala untuk membicarakan hal tersebut sebelum pada akhirnya keputusan diambil.
Usahakan jangan buru-buru, yang memungkinkan seluruh anggota direksi dan dewan komisaris berpikir jernih, dan memahami semuanya dengan baik,
berdasarkan pada prinsip kehati-hatian dengan cukup pengetahuan dan pemahaman akan segala risikonya.
17. Mewajibkan perseroan untuk menyampaikan pemberitahuan di muka dalam jangka waktu yang layak untuk setiap agenda pertemuan, seluruh dokumen
Universitas Sumatera Utara
77
yang diperlukan dan terkait dengan pertemuan tersebut, yang memuat data, informasi, asumsi, adagium dan analisis yang perlu diambil dan dilakukan
terhadap suatu usulan tertentu, sehingga setiap anggota direksi dan dewan komisaris memiliki waktu, informasi dan pertimbangan yang layak untuk
mengambil keputusan. 18. Mengkaji ulang setiap dokumen yang penting, kertas kerja yang diperlukan,
atau hal-hal lain yang diperlukan sebelum suatu pertemuan dilangsungkan, termasuk daftar pertanyaan, tanggapan dan sanggahan untuk dibicarakan
dalam pertemuan tersebut. 19. Selalu mendapatkan dan memperoleh informasi yang akurat terkait dengan
perkembangan internal dan atau eksternal perseroan, yang akan memberikan batasan dan gambaran menyeluruh terhadap berbagai persoalan yang dihadapi
perseroan. 20. Secara aktif berpartisipasi dalam rapat-rapat, ikut serta dalam setiap
pembahasan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kepada pihakpihak independen,
yang turut memberikan
masukan, termasuk pemahaman
mengenai risiko dan manfaat pelaksanaan suatu transaksi berkenaan, serta aktif mencari tahu pendapat kedua dari berbagai sumber alternatif yang dapat
dipertanggungjawabkan. 21. Mewajibkan perseroan untuk menyediakan tenaga ahli hukum, financial, dan
ahli-ahli lainnya untuk memberikan nasehat dan masukan kepada direksi dan
Universitas Sumatera Utara
78
atau dewan komisaris, dan menyediakan evaluasi menyeluruh dan terperinci mengenai kekuatan, kelemahan dari suatu usulan terkait, misalnya kesimpulan
dan hasil yang diharapkan, keuntungan dan kerugian relatif dibandingkan dengan yang lainnya.
22. Menyediakan waktu yang cukup dan bertindak dengan penuh tanggung jawab atas dasar informasi yang ada. Jangan pernah ragu-ragu untuk menunda
pelaksanaan suatu transaksi, jika fakta dan analisis menunjukkan hal yang demikian.
23. Jika ada perubahan berarti dalam syarat-syarat dan ketentuan yang ada dalam usulan, maka hal tersebut harus disertai dengan data-data dan penjelasan-
penjelasan yang terkini yang menjelaskan mengenai maksud, makna, manfaat dan sebagainya agar memudahkan untuk dilakukan pengkajian.
24. Melakukan pengawasan yang baik terhadap kinerja senior manajemen, khususnya terhadap keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang telah
diambil, apakah semuanya telah dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuannya.
25. Akrab dengan pengawasan internal perseroan dan program kepatuhan yang diterapkan, termasuk pengawasan keuangan dan kepatuhan hukum.
26. Mewajibkan komite-komite yang ada dan telah dibentuk untuk senantiasa memberikan laporan yang terkini mengenai kegiatan yang dilakukan,
penemuan-penemuan serta rekomendasinya.
Universitas Sumatera Utara
79
c Kelalaian Dewan Komisaris Dalam Menjalankan Tugas Menurut kamus hukum, Yan Pramadya Puspa, lalai adalah : kekhilafan
wan prestasi. Kehilafan terjadi apabila salah satu dari pihak yang membuat perjanjian berada dalam kekeliruan mengenai sifat-sifat, harga atau jenis
objek yang diperjanjikan.
86
Kelalaian adalah sesuatu perbuatan yang tidak mengindahkan suatu pekerjaan kewajiban.
87
Maka kelalaian Dewan Komisaris adalah sesuatu yang menjadi kewajiban bagi Dewan Komisaris tetapi karena satu dan beberapa hal tidak dilaksanakan
atau terabaikan oleh Dewan Komisaris. Jika ada kesalahan hukum dengan unsur kesengajaan atau kelalaian dari
pihak Komisaris maka pihak Komisaris tersebut harus mempertanggung jawabkan kesalahannya. Karena dalam menjalankan tugasnya, komisaris
bersifat kologial majelis. Dengan demikian, jika seorang komisaris melakukan kesalahan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang, maka
seluruh anggota Komisaris lainnya termasuk yang tidak melakukan tindakan kesalahan tersebut ikut juga bertanggung jawab secara hukum.
88
Tetapi dalam Pasal 115 ayat 3 undang-undang Perseroan Terbatas nomor 40 tahun 2007 mengatakan :
Anggota Dewan Komisaris tidak dapat diminta pertanggung jawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila dapat
86
C.S.T. Kansi, Christine, Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta : Pradnya Paramita Hal. 8
87
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
80
dibuktikan : a.
Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. b.
Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan kehati- hatian untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan. c.
Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan oleh direksi yang mengakibatkan
kepailitan. d.
Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah terjadi kepailitan.
Maka harus dilihat dan ditelaah apakah kesalahan tersebut terjadi dikarenakan tidak dilakukannya aturan-aturan yang telah dibuat apa belum.
Bila semua telah dilaksanakan dengan baik dan mengikuti aturan maka kesalahan tidak sepenuhnya terdapat pada pihak dewan komisaris. Bila
terbukti kelalaian memang dilakukan dewan komisaris maka akan berlaku sanksi hukuman bagi pelaku yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
hal ini dewan komisaris. Bila dewan komisaris disini melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan maka pertanggung jawaban disini bisa berupa sanksi-sanksi yang telah ditentukan oleh perusahaan, bisa juga dengan menon-aktifkan dewan
komisaris ini untuk sementara dan akan dibicarakan dalam RUPS selanjutnya bisa diambil sikap memberhentikan dewan komisaris ini dalam
Universitas Sumatera Utara
81
tugasnya dan diganti. Segala permasalahan atau kegiatan yang tidak sesuai dengan
anggaran dasar
dalam perseroan
ada baiknya
diselesaikan secara
kekeluargaan karena dalam suatu perseroan terdapat organ-organ perseroan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bagi perseroan. Segala
sesuatu yang terjadi dalam perseroan dibicarakan secara kekeluargaan dan akan mengambil solusi yang baik yang tidak sampai ke pengadilan karena
banyak perusahaan atau perseroan yang tidak kondusif dalam perusahaan sehingga banyak perusahaan yang pailit karena salah satunya tidak adanya
keharmonisan baik didalam atau diluar kinerja perseroan. Segala sesuatu yang sifatnya melanggar ketentuan peraturan persahaan selalu dilakukan
secara kekeluargaan dengan cara memanggil para pihak yang mempunyai masalah dan dicari solusi yang tidak merugikan pihak manapun sehingga
penyelesaian masalah secara musyawarah dan mufakat dapat berjalan dengan baik. Tetapi hal ini tidak mengabaikan perundang-undangan yang
berlaku, yang mengatur tentang perseroan.
Universitas Sumatera Utara
82
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI DEWAN KOMISARIS