Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

9

B. Perumusan Masalah

Untuk menentukan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah diidentifikasi tersebut. 24 Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana fungsi dan peran Dewan Komisaris dalam status Perseroan Terbatas? 2. Bagaimana pertanggungjawaban Dewan Komisaris apabila melakukan kesalahan dan atau kelalaian dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi? 3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian penulisan tesis ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan peran Dewan Komisaris dalam status Perseroan Terbatas. 2. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban Dewan Komisaris apabila melakukan kesalahan dan atau kelalaian dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi. 24 Rony Kountir, Metode Penelitian Untuk Penelitian Skripsi dan Tesis, Jakarta: PPM, 2003 hal. 35 Universitas Sumatera Utara 10 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

D. Manfaat Penelitian

Beranjak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu :

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun Sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas. b. Sebagai bahan bagi pemerintah Republik Indonesia dalam penyempurnaan peraturan Perundangan-undangan tentang pengaturan Perseroan Terbatas, khususnya yang berkaitan dengan Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Peseroan Terbatas. c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, terutama hukum perusahaan atau Perseroan Terbatas di Indonesia.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaku dunia, usaha dalam hal pendirian badan hukum Perseroan Terbatas untuk mengetahui Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Dalam Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 11

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris Perseroan Terbatas, setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan penelusuran kepustakaan dari hasil-hasil penelitan yang pernah dilakukan, khususnya di Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas, ada beberapa judul tesis yang berkaitan dengan perseroan terbatas yakni kedudukan hukum dan tanggung jawab pendiri PT dan tanggung jawab pendiri Perseroan Terbatas terhadap perjanjian yang dibuat sebelum perseroan terbatas berbadan hukum tetapi permasalahan yang dilakukan peneliti lain berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan dalam tesis ini, maka dengan demikian, penelitian ini adalah asli, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abtraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia yang akan menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi” 25 . Di dalam teori ini mempunyai 25 J. J. J M. Wuisman. Penelitan Ilmu - Ilmu Sosial, Asas - asas. Penyunting: M. Hisyam, Jakarta, FE UI, 1996, hal. 203 lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Peneltian, Bandung, CV Mandan Maju, 1994, hal. 27 menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana Universitas Sumatera Utara 12 pandangan bahwa hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentang dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal dengan pengorbanan yang minimal. 26 Fungsi teori dalam penelitian ini sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat dalam penelitian mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis. Dan harus berhubungan dengan hukum karena hukum bersifat konservatif artinya hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah dicapai. Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori dari Hans Kelsen tentang tanggung jawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan 27 . Sedangkan Soeryono Soekanto melihat ejektifitas suatu kaedah hukum pada tatanan penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut pembuat keputusan yang secara ketat tidak diatur oleh kaedah hukum, akan tetapi pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris, artinya dijelaskannya, suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 26 Syafrudin Kalo, Teori dan Penemuan Hukum,Medan, 2009 Hal. 19 27 Hans Kelsen Alih Bahasa oleh Somardi, General Theory Of Law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007, hal. 81. Universitas Sumatera Utara 13 mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral etika dalam arti sempit, hal ini sebagaimana pendapat Roscoe Pound. 28 Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapat menjelaskan antara tanggung jawab Dewan Komisaris yang berkaitan dengan kewenangan dan kedudukannya sebagaimana diatur dalam Undangundang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Tanggung jawab hukum adalah kewajiban orang atau individu untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya secara baik itu sengaja atau tidak sengaja berdasarkan hukum yang berlaku. Sehingga tercipta keadilan sesuai dengan perbuatan hukum. Namun demikian ketika keadilan merambah pada proses penegakan hukum maka konsep keadilan tersebut mulai bergeser pada model korektif romedial yakni bagaimana ketika hukum memberikan koreksi terhadap keseimbangan yang terganggu, yang mana bentuk keadilan yang seperti ini pada prinsipnya menjadi ukuran bagi asas-asas terikat yang mengatur hal pengadministrasian atas proses penerapan aturan hukum. 29 Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum yang ditentukan dalam Pasal 1 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Unsur-unsur tersebut adalah: a. Organisasi yang teratur. Organisasi yang teratur ini dapat dilihat dari adanya organ perusahaan yang 28 Soeryono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 Hal. 7 29 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Tokoh-tokoh Ahli Pikir Negara dan Hukum dari Zaman Yunani Kuno sampai Abad ke-20, Bandung: Penerbit Nuansa, 2010 hal. 36-37 Universitas Sumatera Utara 14 terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi, Komisaris. Keteraturan organisasi perusahaan dapat diketahui melalui ketentuan Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perseroan, Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan Komisaris, Keputusan Direksi dan PeraturanPeraturan Perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu. b. Harta kekayaan sendiri. Harta kekayaan sendiri ini berupa modal dasar yang terdiri atas seluruh nilai nominal saham yang terdiri atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain. c. Melakukan hubungan hukum sendiri. Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut Direksi dan Komisaris. Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya, tersebut, direksi berada dalam pengawasan dewan komisaris, yang dalam hal-hal tertentu membantu direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut. d. Mempunyai tujuan hukum sendiri Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Karena perseroan menjalankan perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan. 30 Disamping unsur-unsur diatas, Perseroan Terbatas sebagai badan hukum mempunyai 15 lima belas elemen yuridis, elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dasarnya adalah perjanjian. Perjanjian sebagai dasar pendirian Perseroan Terbatas adalah perjanjian yang dibuat diantara para pendiri Perseroan Terbatas tersebut, sehingga menimbulkan teori perjanjian yang menyatakan bahwa para pendiri Perseroan Terbatas, minimal harus 2 dua orangbadan hukum. 2. Adanya para pendiri. Para pendiri Perseroan Terbatas dalam literatur hukum sering juga disebut dengan perintis 3. Pendiri atau Pemegang Saham bemaung di bawah satu nama bersama. Perseroan Terbatas harus mempunyai nama bersama atau tertentu terlepas dari nama para pendirinya sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar. oleh karena itu pengesahan nama Perseroan Terbatas tersebut dilakukan bersama- sama, dengan pengesahan anggaran dasarnya in casu dilakukan oleh Menkeh 30 Pasal 31 ayat 1 dan Pasal 34 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Universitas Sumatera Utara 15 dan HAM. 4. Merupakan Badan Asosiasi dari Pemegang Saham atau hanya seorang Pemegang Saham. 5. Merupakan hukum atau manusia semu atau badan intelektual. Berdasarkan pengertian yuridis maka Perseroan Terbatas adalah suatu Badan Hukum rechtpersoon, legal entity manusia semu artificial person atau Badan Intelektual intelectual body. 6. Diciptakan oleh hukum. dalam proses pendirian Perseroan Terbatas menurut Pasal 7 ayat 6 Undang- Undang Nomr 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa Perseroan Terbatas memperoleh status badan hukumnya setelah akta pendiriannya telah disahkan oleh Menkeh dan HAM. 7. Mempunyai kegiatan usaha. 8. Berwenang melakukan kegiatan usaha. 9. Kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh perundang- undangan yang berlaku. 10. Adanya modal dasar dan juga modal ditempatkan dan modal setor. 11. Modal perseroan dibagi kedalam saham-saham. 12. Eksistensinya terus berlangsung. 13. Berwenang menerima, mengalihkan, dan memegang aset–asetnya. 14. Dapat menggugat dan digugat di pengadilan. 15. Mempunyai organ perusahaan. 31 Sebagai badan hukum Perseroan Terbatas pada prinsipnya dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan. Pemilikan segala hak dan kewajiban dengan pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan oleh orang-perorangan, seperti yang diatur dalam Buku Pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan sebagian dari Buku Kedua Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut, ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu sama lainnya. Organ-organ tersebut kita kenal dengan sebutan Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. 31 Samuel, Perseroan Terbatas dan 15 elemen Yuridisnya, http:rechtheory. blogspot. com200811perseroan-terbatas- merupakan- badan. html, diakses tanggal 17 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara 16 Direksi berkewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalannya pengelolaan perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemengang Saham perseroan berfungsi untuk melaksanakan pengawasan secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik, dan para pemegang saham perseroan akan terjamin kepentingannya dalam perseroan. Adapun tugas, fungsi, wewenang, hak dan kewajiban dari masing-masing organ tersebut adalah sebagai berikut : 1 Rapat Umum Pemegang Saham RUPS RUPS merupakan organ perseroan yang paling tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan. 32 Berdasarkan Ketentuan Pasal 75 Ayat 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bawah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan atau anggaran dasar. Dalam bentuk konkret-nya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan utama untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai Perseroan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan tersebut merupakan 32 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada Indonesia Universitas Sumatera Utara 17 landasan bagi RUPS untuk mengambil kebijakan dalam menyusun langkah strategis Perseroan, pijakan-pijakan umum dalam mengambil keputusan sebagai sebuah badan hukum. 33 Dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS semua pemegang saham sebesar atau sekecil apapun memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. 34 Berdasarkan ketentuan Pasal 78 Ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diatur jenis-jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS lainnya. RUPS Tahunan Wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan Perseroan. RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan. 35 2 Direksi Direksi atau disebut juga sebagai pengurus perseroan adalah alat perlengkapan perseroan yang melakukan semua kegiatn perseroan dan mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan. 36 Tanggung jawab direksi pada dasarnya beriringan dengan keberadaan, tugas, kewenangan, hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya, termasuk yang terdapat pada teori dan doktrin hukum yang 33 Op. Cit, Pasal 75 ayat 1 34 Farida Hasyim, Hukum Dagang, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 156 35 Ibid, Pasal 78 Ayat 1, 2, 3 dan 4 36 Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2002 hal. 61 Universitas Sumatera Utara 18 telah dikemukakan. 37 Dengan demikian, ruang lingkup tugas direksi ialah mengurus perseroan. Berdasarkan ketentuan Pasal 92 Ayat 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Jadi, dengna ditafsirkan secara gramatikal, maka didapat pengertian bahwa perbuatan pengurus direksi itu hanya ditujukan untuk kepentingan perseroan, yaitu kepentingan perseroan hanyalah untuk mendapat keuntungan to provide product or services for profit. 38 Meski pengurusan itu dijalankan Direksi sesuai dengan kebijakannya sendiri, namun harus tetap dalam batas-batas yang ditentukan Undang-Undang dan Anggaran Dasarnya. Dalam menjalankan pengurusan Perseroan, Direksi dapat memberikan kuasa tertulis kepada karyawan Perseroan, atau kepada orang lain, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu atas nama Perseroan. 39 Sebagai pengurus Perseroan, Direksi dapat mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kewenangan itu dimiliki Direksi secara tak terbatas dan tak bersyarat, selama tidak bertentangan dengan Undang-Undang dan Anggaran Dasarnya serta Keputusan RUPS. Jika anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali Anggaran Dasarnya menentukan lain misalnya Anggaran Dasar 37 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, Edisi Kedua Bogor : Ghalia Indonesia, 2008, hal. 113 38 Freddy Harris, Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas, Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010, hal. 42 39 Ibid, Pasal 92 Ayat 1 Universitas Sumatera Utara 19 menentukan bahwa hanya Direktur Utama yang berwenang. 3 Dewan Komisaris Selain Direksi, alat perlengkapan lain dari perseroan yang penting adalah Komisaris. 40 Dengan ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa, dewan komisaris di dalm perseroan berkedudukan sebagai badan supervisi. Komisaris adalah badan non eksekutif yang tidak berhak mewakili perseroan kecuali dalam hal tertentu yang disebutkan dalam UUPT dan anggaran dasar perseroan. 41 Perkataan “komisaris” mengandung pengertian baik sebagai “organ” maupun sebagai “orang perseorangan”. Sebagai “organ”, komisaris lazim juga disebut “dewan komisaris”, sedangkan sebagai “orang perseorangan” disebut “anggota komisaris”. 42 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat 2 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa adanya Dewan Komisaris merupakan suatu keharusan. Tugas Utama Dewan Komisaris berdasar Pasal 108 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah “melakukan pengawasan atas kebijakan dalam jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan memberi nasehat kepada Direksi”. 43 Tidak semua orang dapat diangkat menjadi anggota komisaris, hanya mereka yang memenuhi syarat tertentu yang dapat diangkat 40 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hal. 7 41 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas, Doktrin Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Yogyakarta: Penerbit Total Media, 2009, hal. 241-242 42 Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan, Piercing The Corporate Veil, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hal. 48 43 Ibid, Pasal 108 Ayat 1 Universitas Sumatera Utara 20 menjadi komisaris. 44 Sama halnya dengna direksi yang sebagaimana telah diatur kriteria orang yang dapat menduduki jabatan komisaris suatu perseroan. Direksi tidak dapat melaksanakan tugas sekehendak hatinya atau dengan sewenang- wenang karena komisaris mengawasinya. Oleh karena itu, pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 45 Selain itu, komisaris juga berkewajiban membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinan rapat, melaporkan kepada Perusahaan Terbatas PT dan saham PT lainnya yang telah dilakukan. 46 Dalam hal pertanggungjawaban, menurut Pasal 69 ayat 3 dan ayat 4 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila terdapat laporan tahunan yang tidak benar dan atau menyesatkan. 47

2. Konsepsi

Konsepsi dapat diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus, yang disebut defenisi operasional. Dalam penelitian ilmiah, konsep atau pengertian adalah salah satu elemen yang utama. 44 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung: Penerbit PT. Alumni, 2002, hal. 195 45 Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010, hal. 46 Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas Agar Terhindar dari Jerat Hukum Jakarta: Penerbit Swadaya Grup, 2001, hal. 61 47 Ibid, Pasal 69 Ayat 3 dan 4 Universitas Sumatera Utara 21 Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkomunikasikannya semata-mata kepada pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri didalam menangani rangkaian proses penelitian bersangkutan. Dalam penelitian ini, pemilihan sejumlah konsep mengacu kepada batasan masalah dan kerangka teori ruang lingkup penelitian dengan maksud untuk membatasi jumlah konsep yang digunakan. 48 Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini maka kerangka konsepsional tidak dapat dipisahkan dari definisi judul tesis yang merupakan konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi yaitu : 1. Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh Undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administratif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu yang bulat. 49 2. Kedudukan adalah tingkatan atau martabat. 3. Hukum adalah kebenaran dan keadilan le droit, c’est le juste et le Vrai salah satu ungkapan. Hukum adalah penelitian dimaksudkan pada hukum tertulis yang 48 Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian,Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 80 49 Seksi Informasi Hukum, Ditama Binbangkum, Pelimpahan Wewenang, www.jdih. bpk.go.idinformasihukumPelimpahan_we2nang.pdf, diakses tanggal 16 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara 22 berkaitan dalam pengurusan PT. 50 4. Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. 51 5. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan dan pelaksanaannya. 52 6. Tanggung Jawab adalah kewajiban, wewenang dan hak yang melekat pada suatu kedudukan. 53 Selanjutnya definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam tesis ini juga dibatasi sebagai berikut : Pasal 1 ayat 5 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dimaksud Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan 50 Salah satu ungkapan yang dikemukakan oleh Victor Hugo, dalam B.N. Marbun, Kamus Hukum Indonesia Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006 Hal. 95 51 Pasal 1 ayat 6 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 52 Pasal 1 ayat 1 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 53 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Ilmu, 2001, hal. 619 Universitas Sumatera Utara 23 Terbatas menyebutkan Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang ini danatau anggaran dasar. Sero atau disebut dengan saham stock adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Kuorum adalah jumlah suara pemilih atau anggota minimum yang diperlukan untuk mengambil suatu keputusan. Pemegang saham atau yang biasa disebut dengan istilah stakeholder adalah adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. 54

G. Metode Penelitian 1.

Sifat Penelitian Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. 55 Penelitian ini menggunakan yuridis normatif yang dilakukan berdasarkan data primer yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data serta informasi melalui studi perpustakaan terhadap asumsi atau anggaran dasar yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian tesis ini. Dengan demikian kebenaran dalam 54 Jimmy wales, Pemegang Saham, http:id. wikipedia. orgwikiPemegang saham. 55 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional, Magelang : Penerbit Akmil, 1987, hal. 8 Universitas Sumatera Utara 24 suatu penelitian telah dinyatakan reliabel tanpa harus melalui proses rasionalisasi. 56

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan undang-undang yaitu suatu metode pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang. Pendekatan yuridis normatif dipergunakan untuk mengkaji peraturan perundang-undangan mengenai Perseroan Terbatas dalam penerapannya pada masyarakat. Prinsip dari teori ini bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat dan perseroan, khususnya mengenai pertanggungjawaban dewan komisaris atas kewenangannya sebagai pengawas direksi.

3. Sumber Data

Oleh karena jenis penelitiannya adalah yuridis normatif, data yang diperoleh berasal dari studi kepustakaan dimana penulis memilah dan membaca kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data mempunyai hubungan erat dengan sumber data, karena dengan pengumpulan data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan 56 Rulhome.blog.com20100411 contoh.metode-penelitian normatif – dengan penelitian – empires, diakses tanggal 11 Maret 2012 Universitas Sumatera Utara 25 atau library research. 57 Data ini tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan biasanya diperoleh dengan penelusuran perpustakaan yang terdiri dari 3 tiga sumber yaitu : 1 Bahan hukum primer, yaitu berupa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Hukum Perusahaan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian adalah merupakan bahan hukum primer. 2 Bahan hukum sekunder, berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau pidato yang berhubungan dengan penelitian ini adalah merupakan bahan hukum sekunder. 3 Bahan hukum tertier, kamus hukum, kamus ekonomi, kamus bahasa Inggris, Indonesia, dan artikel-artikel lainnya yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder.

4. Alat Pengumpulan Data

Seluruh data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen atau studi kepustakaan sebagai alat pengumpul data. Penelitian pustaka dimaksud merupakan penelitian bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum 57 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Indonesia, 1995, hal. 10-11 Universitas Sumatera Utara 26 perusahaan, khususnya mengenai Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas. Pada tahap awal pengumpulan data, dilakukan inventaris seluruh data dan atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan. Selanjutnya dilakukan pengkatagorian data-data tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sudah dipilih.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurut data ke dalam pola, kategori, dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang telah disarankan data. 58 Semua data yang telah diperoleh dari bahan pustaka dianalisa secara kualitatif. Metode analisa yang dipakai adalah metode deduktif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaanya dalam melihat Kewenangan dan Kedudukan Dewan Komisaris dalam Perseroan Terbatas. “Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif” 59 . 58 Lexly J. Moeleony, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remeija Rosdarkarya, 1994, hal. 103 59 Sutandyo Wigjosoebroto, Apakah Sesungguhnya Penelitian Itu, Kertas Kerja, Universitas Erlangga, Surabaya, Halaman 2. Prosedur Deduktif yaitu Bertolak dari Suatu Proposisi Umum yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini dan berakhir pada satu kesimpulan yang bersifat lebih khusus. Pada prosedur ini kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang bersifat aksiomatik Self Efident yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Universitas Sumatera Utara 27

BAB II FUNGSI DAN PERAN DEWAN KOMISARIS DALAM