6.2 Saran
1. Petugas kesehatan pada pelayanan kesehatan setempat harus
meningkatkan perannya dalam pemberian informasi mengenai metode kontrasepsi yang ada sehingga Wanita Usia Subur tidak salah dalam
pemilihan metode kontrasepsi. 2.
Kepada pelayanan kesehatan setempat diharapkan memperbaiki sarana
dan prasarana yang ada, meliputi kelengkapan alat, ketersediaan alat kontrasepsi seperti suntik, pil, IUD, serta alat kontrasepsi lain, sehingga
WUS memiliki banyak pilihan untuk menggunakan alat kontrasepsi
lain. 3.
Suami harus terus mendukung istri dalam pemilihan alat kontrasepsi,
serta perlunya mengubah pola pikir masyarakat yang lebih menekankan penggunaan
alat kontrasepsi
pada perempuan
saja dengan
meningkatkan partisipasi laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Universitas Sumatera Utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian
Menurut World Health Organisation WHO expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga Suratun, 2008.
Keluarga Berencana KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk menwujudkan keluarga berkualitas Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009.
KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera BKKBN, 2007.
Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang
Universitas Sumatera Utara
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi Suratun,dkk 2008.
2.1.2 Perkembangan Keluarga Berencana
Perkembangan Keluarga Berencana seperti sekarang adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan oleh tokoh atau pelopor dibidang
itu, baik didalam maupun diluar negeri. Pada abad ke 19, di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai di
gunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat-syarat medis, maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad moderen, dengan tujuan dan
sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilankelahiran saja.
Di Inggris dikenal Marie Stopes 1880-1950 yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal
Margareth Sanger 1883-1966 yang degan program “birth control” nya
merupakan pelopor KB moderen. Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya InternationalPlanned Parenthood Federation IPPF.
Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF
tersebut Suherni,dkk 2010 Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia PKBI yang mana menjadi pelopor pergerakan dan
Universitas Sumatera Utara
perkembangan Keluarga Berencana nasional. PKBI dalam misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan reproduksi, yang
mana padanya melekat berbagai norma, tabu, dan peraturan-peraturan. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 dibentuklah sebuah
lembaga keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 yang kemudian dimasukkan dalam
program pemerintah sejak Pelita I 1969 dan dinamai Lembaga Keluarga Berencana Nasional LKBN. Lembaga ini masih bersifat semi pemerintah.
Program keluarga berencana yang sudah di mulai sejak Repelita I 1969- 1974 bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejateraan ibu dan
anak, keluarga serta masyarakat pada umunya. Berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga
tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan
lebih meningkat. Kemudian Pada tahun 1970 LKBN ditingkatkan menjadi Badan
Pemerintah melaui Kepres No. 8 Tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN yang bertugas mengkoordinasikan
perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program Keluarga Berencana. Dalam perkembangannya BKKBN terus mengalami penyempurnaan
baik struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja serta fungsinya Arum dan Sujiyatini 2011.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001.Dalam Keppres ini
dikukuhkan kembali bahwa BKKBN tetap mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BKKBN sebagai lembaga non departemen dipimpin oleh seorang kepala dan berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada presiden melaui koordinasi Menteri Kesehatan RI.
Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada pemerintah kabupatenkota. Demikian pula kelembagaan
BKKBN kabupatenkota telah diserahkan kepada pemerintah kabupatenkota per-Januari 2004. Dengan diserahkannya kelembagaan ini, maka lembaga yang
menangani program KB di Kabupatenkota bentuknya bervariasi,ada yang berbentuk dinas dan adapula yang berbentuk kantor KB BKKBN,2008
2.1.3 Visi dan Misi BKKBN
Dalam bidang kependudukan, pemerintah Indonesia menegaskan paradigma abru Program KB yang telah disesuaikan dengan GBHN 1999. Visi
program KB yang semula adalah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja
dikembangkan menjadi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Visi ini menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral
dalam meningkatkan kualitas keluarga BKKBN dan UNFPA, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat , maju, mandiri, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, memiliki jumlah anak yang ideal,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi tersebut dijabarkan kedalam enam misi yaitu:
1. Memeberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil
berkualitas 2.
Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga
3. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan,kemandirian
dan ketahanan keluarga 4.
Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
5. Meningkatkan promosi,perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak
reproduksi 6.
Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender
7. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan
dalam kandungan sampai lanjut usia Pinem,2009 Menurut BKKBN, 2006 setelah visi tersebut disosialisasikan selama 6
tahun banyak tuntutan dari masyarakat yang menghendaki agar visi dan misi BKKBN lebih “membumi” sehingga pada akhir tahn 2006 visi dan misi
BKKBN dirubah menjadi: Filosofi
: Menggerakkan Peran Serta Masyarakat dalam KB
Universitas Sumatera Utara
Visi :Seluruh Keluarga Ikut KB
Misi :Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
2.1.4 Tujuan Keluarga Berencana
Adapun tujuan KB dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1.
Secara filosofis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50 dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya
dipercepat harus tercapai tahun 1990. 2.
Secara demografis menurunkan tingkat kelahiran sekitar 50 dari angka kelahiran tahun 1970 agar dicapai pada tahun 2000, yang selanjutnya
dipercepat harus tercapai tahun 1990. Suheni,dkk 2010 Menurut Suratun 2008 Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki
tujuan: a.
Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk LPP dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR Total Fertility Rate dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita Hanafi, 2002.
b. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan
kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus 1766-1834 yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
d. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
e. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang
akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga
yang bahagia dan berkualitas. f.
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.1.5 Manfaat Keluarga Berencana
Setiap tahun, ada 500.000 perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi kehamilan, persalinan, dan pengguguran kandungan aborsi
yang tak aman. KB bisa mencegah sebagian besar kematian itu. Di masa kehamilan umpamanya, KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat :
a. Kehamilan terlalu dini Perempuan yang sudah hamil tatkala umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh, belum cukup matang dan siap
Universitas Sumatera Utara
untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun.
b. Kehamilan terlalu “telat” Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai problema-problema kesehatan lain, atau sudah terlalu sering
hamil dan melahirkan. c.
Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakan jaraknya Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan. Kalau ia belum
pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya kematian,
menghadang. d.
Terlalu sering hamil dan melahirkan Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-
macam kelainan lain, bila ia terus saja hamil dan bersalin lagi.
2.1.6 Sasaran Keluarga Berencana
1. Sasaran Langsung yaitu :
a. Pasangan Usia Subur PUS Yaitu pasangan suami istri yang hidup
bersama dalam satu rumah atau tidak, dimana istri berumur antara 15-49 tahun. Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang
aktif sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Sasaran Tidak Langsung:
a. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan target
untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi. b.
Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS Suratun, dkk 2008.
2.1.7 Hambatan-hambatan Dalam
Pelaksanaan Program
Keluarga Berencana
Menurut BKKBN dan UNFPA,2005 dalam pelaksanaannya, Program KB masih mengalami beberapa hambatan. Menurut SDKI 2002-2003, masih
sekitar 40 pasangan usia subur PUS yang belum menjadi peserta KB. Faktor-
faktor yang menyebabkan PUS enggan menjadi peserta KB antara lain:
1. Segi pelayanan
Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkuasalitas terbukti dari: peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi relatif masih
banyak dengan alasan efek samping,kesehatan dan kegagalan pemakain. Kegagalan pemakaian menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan terhadap kelompok unmet need wanita yang tidak terpenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan KB nya masih belum digarap secara serius, khususnya terhadap unmet need yang bertujuan membatasi kelahiran.
2. Segi Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Dengan kebijaksaan “Sistem Kafetaria” yang diterapkan BKKBN, calon peserta KB dapat meilih sendiri alat maupun metoda kontrasepsi yang
sesuai keinginannya. Akibatnya terjadi drop out dengan alasan ingin ganti cara yang lebih efektif. Drop out yang paling banyak terjadi pada peserta
KB pil,suntikan atau IUD yang umumnya inigin beralih ke implant. Sayangnya implant tidak tersedia di tempat pelayanan karena harganya
relatif mahal. Akibatnya wanita PUS tidak terlindung dari kehamilan yang tidak diinginkan.
3. Segi penyampaian konseling maupun KIE Komunikasi, Informasi dan
Edukasi Pada saat ini, kebijakan program lebih mengedepankan pilihan kontrasepsi
yang “rasional, efektif dan efisien”. Tetapi pilihan kontrasepsi secara rasional ini nampaknya belum terosialisasi dengan baik karena proses
informed choice belum dilaksanakn dengan baik. Penyampaian KIE dengan baik dengan aik mengenai pilihan alat kontrasepsi yang rasional,alat
kontrasepsi dengan tingkat kegagalan yang rendah dan ssuai dengan pembiyaan.
4. Di beberapa daerah masih banyak masyarakat yang akrab dengan budaya
“banyak anak banyak rezeki, tiap anak membawa rezekinya sendiri-sendiri” atau” anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Pada masyarakat ini
Universitas Sumatera Utara
slogan “ dua anak cukup, laki atau perempuan sama saja” masih agak sulit diterima, sehingga upaya program KB untuk mewujudkan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS nampaknya juga belum sepenuhnya dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. SDKI 2000-2003 mencatat
bahwa rata-rata jumlah anak yang ideal bagi wanita PUS adalah 2,9 anak. Temuan ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap wanita PUS masih
menginginkan anak lebih dari dua. Selain itu, ada juga budaya yang mengharuskan keluarga memiliki anak laki-laki maupun anak perempuan
dalam satu keluarga. Hal ini terbukti dari addanya sekelompok wanita yag sudah memiliki banyak anak. Namun tetap tidak bersedia menggunakan alat
kontrasepsi. Kemungkinan diantara mereka belum memiliki anak dengan jenis kelamin yang mereka inginkan.
5. Kelompok wanita yang sudah tidak ingin lagi tetapi menggunakan alat
kontrasepsi unmed need. Menurut Mahmood, 1991 dalam BKKBN dan UNFPA, 2005 penyebab adanya kelompok wanita unmeet need antara lain
berkaitan dengan masalah keuangan, aspek kejiwaan, medis, waktu dan biaya pelayanan, risiko kesehatan dan hambatan sosial.
6. Kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan
alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang. Menurut SDKI 2002-2003, pada saat survei diteukan wanita yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi 11.051 PUS dan dari kelompok tersebut, 42 diantaranya menyatakan tetap tidak akan menggunakan alat kontrasepsi
diwaktu yang akan datang. Selain kelompok wanita yang denga tegas
Universitas Sumatera Utara
menolak KB, dalam SDKI juga ditemukan 14 kelompok wanita yang masih ragu-ragu apakah akan ikut KB atau tidak pada waktu yang akan
datang. Jika kelompok ini dapat didekati dengan melakukan KIE khusus. Mereka masih diharapkan bersedia untuk menjadi peserta KB di masa yang
akan datang. Jika tindakan ini berhasil, tentunya akan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan angka prevalensi yang berdampak pada
menurunnya angka fertilitas di Indonesia.
2.2 Wanita Usia Subur
Wanita usia subur wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda.
Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah wanita yang masih produktif, memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan.
2.3 Alat Kontrasepsi 2.3.1 Definisi Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma BKKBN,
2005. Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang
digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan BKKBN, 2007. Menurut Prawirohardjo 2002, kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas. Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera BKKBN, 2004.
2.3.2 Tujuan Kontrasepsi
1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan
gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS 2.
Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna mencapai tujuan tersebut,ditempuh kebijaksanaan menggolongkan
pelayanan KB ke dalam tiga Fase yaitu: a.
Fase menunda kehamilankesuburan b.
Fase menjarangkan kehamilan c.
Fase fase
menghentikanmengakhiri kehamilan
kesuburan Pinem,2009
a. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah Pil KB,AKDR dan cara sederhana.
b. Fase MengaturMenjarangkan Kelahiran
Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu: efektifitas tinggi,reverbilitas tinggi
karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air
susu ibu ASI. Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu AKDR,suntik KB,pil KB, atau Implant.
Pasangan keluarga dalam kondisi masa nifas atau pospartum secara khusus dapat memilih metoda kontrasepsi seperti: kondom bagi suami,dan bagi ibu dapat
menggunakan suntik KB,Implant atau KDRIUD. Keluarga perlu mengadakan konsultasi ke tenaga kesehatan dalam memilih metoda kontrasepsi yang paling
sesuai dengan kondisi suami isteri. c.
Fase Mengakhiri KesuburanTidak Hamil Lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur isterilebih 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal
ini dapat menyebbkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah: metoda kontap, AKDR,Implant,Suntik KB dan Pil KB. Suratun,dkk 2008
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Manfaat Alat Kontrasepsi
Di bidang keluarga berencana,garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia Pelaksanaan keluarga berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat
termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda
kelahiran serta mencegah kehamilan Hestiantoro, 2008.
2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Dalam Memilih Alat Kontrasepsi
Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi
yaitu faktor
pasangan, faktor
kesehatan, dan
faktor metodekontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi
umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasespsi yang lalu,skap kewanitaan dan sikap kepriaan.
Dalam faktor kesehatan,yaitu kontraindikasi absolut atau relatif seperti status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga,pemeriksaan fisik, pemeriksaan
panggul. Sedangkan dalam faktor metode kontrasepsi, harus mempertimbangkan penerimaasn dan pemakaian yang berkesinambungan dari pihak calon akseptor,
pihak medispetugas KB efektifitas, efek samping minor kerugian, biaya dan komplikasi potensial Pinem,2009.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cara temporer, yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun
sebelum menjadi hamil lagi. 2.
Cara permanen, yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.
Menurut Saifuddin 2006, Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai
kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah :
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah
terjadinya kehamilan. 3.
Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.
4. Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.
2.3.5 Jenis Metode Kontrasepsi
A. Metode Kontrasepsi Sederhana
1. Tanpa alat atau obat antara lain:
a. Metode kalender pantangan berkala
b. Metode lendir serviks
c. Metode suhu basal
Universitas Sumatera Utara
d. Senggama terputus Coitus interuptus
e. Metode simpto-therma
2. Dengan alat atau obat antara lain:
a. Kondom
b. Intro vagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap serviks
c. Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal foam,
vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet.
B. Metode Kontrasepsi Efektif MKE
1. Kontrasepsi hormonal:
a. KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi POK, Mini Pil