35 oleh Agustinus Eka P dan Amran Halim 2009 melakukan fermentasi nira siwalan dengan
fermipan menghasilkan kadar etanol maksimum yang diperoleh adalah 6,17 pada hari ke-4
[ ]. Sehingga dari penelitian yang dilakukan bahwa dengan adanya tambahan gambir sebagai
sumber tanin dalam proses fermentasi kulit buah cokelat dapat menghambat terbentuknya asam asetat dan menghasilkan bioetanol dengan kadar yang cukup bagus.
4.1.3 Pengaruh Kadar Fermipan Terhadap Kadar Bioetanol
Dalam penelitian ini digunakan fermipan dengan kadar yaitu 3, 5, dan 7 ww. Adapun hasil penelitian pembuatan bioetanol dari kulit buah cokelat menggunakan
hidrolisis asam sulfat terhadap variasi waktu fermentasi sebagai berikut:
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Kadar Fermipan 3 ww Terhadap Kadar Bioetanol
82 84
86 88
90 92
94 96
98 100
102
2 3
4 5
K ad
ar B
ioet an
ol
Waktu Fermentasi hari
36 Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Kadar Fermipan 5 ww Terhadap Kadar Bioetanol
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Kadar Fermipan 7 ww Terhadap Kadar Bioetanol
Hubungan antara pengaruh kadar fermipan terhadap kadar bioetanol dapat dilihat pada grafik 4.3, 4.4, dan 4.5. diatas. Dari grafik 4.4 hasil dapat dilihat bahwa grafik mengalami
fluktuatif, sedangkan pada grafik 4.3 dan 4.5 terlihat bagus. Dari grafik 4.4 hasil dapat dilihat bahwa grafik mengalami fluktuatif. Dari grafik
terlihat pada kadar fermipan 3 ww mengalami penurunan kadar bioetanol pada hari ke-4 dan ke-5, pada kadar fermipan 5 ww mengalami penurunan pada hari ke-3 lalu
mengalami peningkatan pada hari ke-4 dan penurunan pada hari ke-5. Dari grafik 4.5 pada 80
82 84
86 88
90 92
94 96
98 100
2 3
4 5
K adar
Bi oe
tanol
Waktu Fermentasi hari
82 84
86 88
90 92
94 96
98 100
2 3
4 5
K ad
ar B
ioet an
ol
Waktu fermentasi hari
37 kadar fermipan 7 ww mengalami peningkatan kadar bioetanol namun akhirnya
mengalami penurunan kadar bietanol pada hari ke-5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan pada kadar fermipan 7 ww merupakan hasil yang bagus terhadap penelitian yang telah
dilakukan. Sebelum berlangsungnya proses fermentasi, fermipan dimasukkan sesuai dengan
kadarnya dan tanin juga dimasukkan lalu dihomogenkan dan campuran dibiarkan pada keadaan suhu ruangan sekitar 30
o
C selama beberapa hari sampai fermentasi berlangsung sempurna. Udara tidak dibiarkan masuk ke dalam campuran tersebut untuk menghindari
terjadinya oksidasi etanol menjadi asam etanoat, asam asetat, ataupun senyawa ester. Enzim dalam ragi pertama-tama mengubah karbohidrat yang terdapat dalam kulit
buah cokelat yaitu selulosa, hemiselulosa menjadi karbohidrat yang lebih sederhana seperti glukosa dan fruktosa, keduanya C
6
H
12
O
6
, lalu mengubah karbohidrat sederhana tersebut diubah menjadi etanol dan karbon dioksida, sedangkan lignin sudah terhidrolisis oleh asam
sulfat pada saat proses hidrolisis asam berlangsung. Hal ini berarti selama berlangsungnya fermentasi terjadi pengurangan glukosa sebagai
substrat karena glukosa tersebut digunakan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae yang ada dalam fermipan sebagai sumber nutrisi untuk mengonversi menjadi etanol. Jadi semakin
banyak terjadinya pengurangan glukosa maka jumlah etanol yang dihasilkan pun semakin banyak dan semakin besar persen starter maka kadar etanol yang dihasilkan semakin besar
juga. Hal ini sesuai pada kadar fermipan 7 ww yaitu seiring berjalannya waktu
fermentasi, kadar etanol yang dihasilkan meningkat, sedangkan pada kadar fermipan 3 ww grafik yang dihasilkan cukup bagus dan pada kadar fermipan 5 ww mengalami
fluktuatif tetapi tidak banyak perbedaan kadar etanol yang dihasilkan antara hari ke-3 dan ke- 4. Hal ini disebabkan menurunnya metabolisme khamir Saccharomyces cerevisiae yang ada
dalam fermipan karena berkurangnya sumber nutrisi selama fermentasi. Pada gambar 4.1 hari ke-4 fermentasi terlihat yield yang dihasilkan meningkat tetapi
pada gambar 4.5 hari yang sama kadar bioetanol yang dihasilkan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena pada saat ini sedang berlangsung katabolisme primer
menghasilkan senyawa metabolit primer juga sedang berlangsung anabolisme sekunder menghasilkan senyawa metabolit sekunder sehingga walaupun yield yang dihasilkan
menurun tetapi kadar yang dihasilkan mengalami peningkatan. Untuk menghasilkan yield
38 yang lebih bnyak lagi disarankan untuk melakukan penambahan kadar fermipan karena masih
berpotensi menghasilkan yield yang lebih banyak dengan kadar yang meningkat. Hal ini sesuai pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustinus Eka P dan
Amran Halim, 2009 melakukan fermentasi nira siwalan dengan variasi kadar starter fermipan 5, 10, 15 seiring bertambahnya hari fermentasi besarnya kadar fermipan maka
kadar etanol yang dihasilkan semakin besar yaitu pada kadar 15 [ ].
. Hal ini sesuai pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mira Amalia Hapsari
dan Alice Pramashinta 2013 melakukan fermentasi etanol singkong karet menggunakan ragi yang mengandng Saccharomyces cerevisiae dengan variasi massa fermipan 5, 10, dan 15
gram seiring bertambahnya massa fermipan kadar etanol yang dihasilkan meningkat yaitu pada 15 gram
[ ]
. Hal ini sesuai pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Osvaldo Z. S., Panca Putra S., M. Faizal 2012 melakukan hidrolisis menggunakan asam sulfat dan fermentasi pembuatan
bioetanol menggunakan alang-alang dengan variasi fermipan dan ragi tape 5, 10, 15, 20, dan 25 dari berat feed seiring bertambahnya masa fermipan kadar etanol yang dihasilkan meningkat
yaitu pada kadar fermipan 25 sebesar pada fermipan yaitu 4,8 sedangkan pada ragi tape yaitu 5 [ ].
Sehingga dari hasil penelitian yang telah dilakukan kadar fermipan 7 ww merupakan kadar yang cukup bagus untuk kenaikan kadar bioetanol seiring berjalannya
waktu fermentasi pada fermentasi hidrolisat kulit kakao ini.
4.1.4 Indeks Bias Bioetanol