KESIMPULAN SARAN BUAH KAKAO Theobroma cacao L.

40 BAB V KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1 Berdasarkan hasil GC pengujian kadar bioetanol, pada kadar fermipan 3ww kadar etanol terbesar terdapat pada waktu fermentasi selama 3 hari yaitu 99,8174, pada kadar fermipan 5ww kadar etanol terbesar terdapat pada waktu fermentasi selama 2 hari yaitu 97,42125, pada kadar fermipan 7ww kadar etanol terbesar terdapat pada waktu fermentasi selama 4 hari yaitu 98,8325 2 Pada kadar fermipan 5 ww merupakan hasil yang cukup bagus terhadap yield yang dihasilkan karena jumlah yield terbanyak dihasilkan pada kadar 5 ww hari ke 3 yaitu 9,6 ml, tetapi di hari selanjutnya jumlah yield mengalami penurunan hingga hari ke-5. 3 Hasil uji indeks bias etanol yaitu 1,3285. 4 Adanya tambahan gambir sebagai sumber tanin dalam proses fermentasi kulit buah cokelat dapat menghambat tejadinya oksidasi pada etanol misalnya terbentuknya asam asetat maupun senyawa ester dan menghasilkan etanol dengan kadar yang cukup bagus. 5 Pada kadar fermipan 7 ww berpotensi untuk dilakukan penambahan kadar pada proses fermentasinya. Hal ini dapat dilihat pada hari ke-4 fermentasi mengalami peningkatan kadar bioetanol tetapi yield yang dihasilkan menurun karena pada saat ini juga dihasilkan senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. 41

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan demi hasil yang lebih baik lagi dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1 Disarankan untuk memberi tambahan nutrisi untuk proses fermentasi selain dari glukosa yang terdapat dalam bahan baku untuk menghasilkan volume etanol yang lebih banyak. 2 Disarankan menggunakan langsung khamir Saccharomyces cerevisiae pada proses fermentasi bioetanol untuk dapat menghasilkan etanol dengan jumlah lebih banyak. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BUAH KAKAO Theobroma cacao L.

Indonesia merupakan tiga negara terbesar penghasil buah kakao Theobroma cacao L. didunia. Data dari Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan, Indonesia memproduksi 574.000 ton kakao di tahun 2010 menyumbang sekitar 16 dari produksi kakao secara global [ ]. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara [ ]. Luas perkebunan kakao di Indonesia sudah mencapai 84.700 ha pada tahun 2013 [ ]. Tabel 2.1 Produksi kakao ribu ton di Sumatera Utara [ ] Tahun Produksi ribu ton 2007 64,8 2008 60,3 2009 67,3 2010 63,4 2011 54,5 2012 37,16 2013 36,19 Dari tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwa produksi kakao di Sumatera Utara cukup besar. Besarnya angka ini berbanding lurus dengan jumlah limbah dari kakao itu sendiri yaitu kulit kakao. Untuk itu dilakukanlah berbagai penelitian untuk menambah nilai guna dari kulit buah kakao ini. Adapun komposisi kulit buah kakao sebagai berikut: 7 Tabel 2.2 komposisi kulit buah kakao [ ] [ ] [ ] Komponen Jumlah serat kasar 40,03 protein 9,71 selulosa 36,23 hemiselulosa 1,14 lignin 20-27,95 abu 41,60 lemak kasar 21,74 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN 31,41 Total Digestible Nutrient TDN 52,88 Neutral Detergent Fiber NDF 75,36 Acid Detergent Fiber ADF 68,70 Dari tabel 2.2 di atas dengan komposisi selulosa yang cukup banyak dapat dilihat bahwa kulit kakao memiliki potensi untuk mengonversi glukosa yang ada pada substratnya menghasilkan bioetanol. Selain biji, limbahnya sangant sangat bermanfaat, baik kulit buah, pulp, maupun plasentanya. Kulit buah cokelat dapat digunakan untuk campuran bahan makanan ternak, sumber gas bio, dan bahan pembuatan pectin. Pulp dan plasenta sebagai limbah pada fermentasi biji cokelat berguna untuk pembuatan alkohol dan cocoa jelly [ ]. Melihat kondisi di atas, maka sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan BBN Bahan Bakar Nabati dari kulit buah kakao. Terlebih lagi kakao telah benar-benar dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran oleh pemerintah. Hal ini akan menjadi nilai positif bagi Indonesia karena produksi bijinya ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas serta limbahnya dimanfaatkan sebagai BBN Bahan Bakar Nabati. Jadi tidak akan ada limbah yang terbuang percuma dan akan menjadi keuntungan bagi Indonesia [ ]. Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo 1988 sistematika tanaman ini sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angioospermae Kelas : Dicotyledoneae 8 Anak kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma Jenis : Theobroma cacao, L Gambar 2.1 Buah Kakao Theobroma cacao, L [ ] PT. Perkebunan XXVI 1991 melaporkan bahwa daging buah, pulp dan plasenta merupakan bagian dari buah kakao yang dimasukkan sebagai kulit. Sedangkan dari 15 Kg buah akan diperoleh lebih kurang 12 Kg kulit buah kakao basah, dan lebih kurang 3 Kg biji kakao basah sekitar 1 Kg biji kakao kering. Jika memang secara garis besar produksi kakao tersebut dalam bentuk biji, maka akan diperoleh limbah yang sangat melimpah. Misalnya saja pada tahun 2008 Indonesia dapat menghasilkan biji kakao 803.594 ton maka limbah yang tersedia sekitar 3.214.367 ton. Dengan demikian, kulit buah kakao sangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku pembuatan BBN yang berupa bioetanol [ ].

2.2 SELULOSA