MoU Sulawesi Sea Oil Spill Response Network Plan 1981

2. Memorandum of Understanding MoU between the Government of Australia and Indonesia on Oil Pollution Preparedness and Response 1996. MoU ini bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan hubungan kerjasama antara kedua negara dalam hal penanggulangan pencemaran laut, terutama kondisi darurat di wilayah kedua negara tersebut. Beberapa butir-butir kerjasama MoU ini, sebagai berikut: 38 a. Promosi kerjasama yang saling menguntungkan dalam tahap kesiapan guna merespon polusi minyak di laut; b. Kerjasama pertukaran informasi terhadap insiden pencemaran minyak di laut; c. Inspeksi lapangan pada lokasi insiden minyak di laut yang sedang terjadi dengan kerjasama yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak; d. Pelatihan dan pendidikan bersama untuk capacity building yang lebih baik; e. Promosi untuk melakukan riset dan penelitian di dalam menciptakan ukuran measures, teknik , standar dan peralatan yang diperlukan; f. Kerjasama tanggap darurat seperti mobilisasi personil, logistik dan peralatan lain yang dibutuhkan di dalam situasi darurat, dan lain-lain.

3. MoU Sulawesi Sea Oil Spill Response Network Plan 1981

Kerjasama ini dilakukan antara Indonesia, Malaysia dan Filipina tentang Penanggulangan Pencemaran oleh Minyak di Laut Sulawesi. Isi dari kesepakatan ini adalah sebagai berikut: 39 38 Steffi Dwithasari. Kajian MoU 1996. Di http:id.scribd.comdoc69253986Kajian- MOU-1996-terhadap-tumpahan-minyak 39 Ibid. a. Kerjasama antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina di dalam hal menghadapi tumpahan minyak di sepanjang Selat Makasar, Laut Sulawesi dan Laut Sulu. b. Pelatihan personil tahunan di dalam konteks MARPOLEX, dan isu terkait lainnya. c. Mekanisme komunikasi antara focal point di masing-masing negara dalam hal perencanaan suatu operasi oil spill combat, dan lain lain. 4. Marine Pollution Exercise MARPOLEX The Regional MARPOLEX diselenggarakan setiap dua tahun sekali secara bergantian oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan RI dan Philippines Coast Guard. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Sulawesi Sea Oil Spill Response Network Plan 1981. Latihan gabungan yang diadakan setiap dua tahun ini merupakan bentuk implementasi dari perjanjian tersebut. Tetapi, hingga saat ini hanya Indonesia dan Filipina yang berpartisipasi dalam latihan tersebut. 5. MoU between Indonesia-Malaysia-Singapore with the Malacca Straits Council on the Establishment of Revolving Fund Committee 1981 Kerjasama ini bertujuan untuk membuat skema sumber dana “on-call” atau dana talangan apabila terjadi operasi penanggulangan pencemaran minyak di laut yang berasal dari tumpahan kapal yang berlokasi di Selat Malaka dan Singapura. Salah satu daritiga negara pesisir tersebutdiperbolehkanuntuk menarikuang tunaidari dana tersebutuntuk digunakan dalammengatasipencemaran laut oleh minyakyang disebabkan olehkapal di wilayahnya. Berdasarkan MoU ini, negara Indonesia, Malaysia dan Singapura, masing-masing akan mengelola dana tersebut secara berotasi atau bergantian dalam jangka waktu lima tahun. 6. MoU for ASEAN Oil Spill Response Action Plan ASEAN-OSRAP The ASEAN-OSRAP diadopsi pada tahun 1993, MoU ini bertujuan untuk membantu badan-badan pemerintah negara anggota ASEAN dalam menanggapi dan merespon tumpahan minyak. Kerjasama mengandung poin-poin kerjasama sebagai berikut: 40 a. Meningkatkan kemampuan negara peserta untuk merespon insiden pencemaran minyak di laut yang terjadi di wilayah negara-negara ASEAN; b. Membentuk skema kerjasama untuk pemberian bantuan yang saling menguntungkan diantara negara anggota ASEAN; c. Membuat prosedur pengelolaan bencana di dalam merespon insiden pencemaran minyak di laut yang terjadi di wilayah negara-negara ASEAN; d. Membuat skema bantuan eksternal dan internal yang diperlukan di dalam merespon insiden pencemaran minyak di laut yang terjadi di wilayah negara ASEAN, dan lain-lain. 7. Worl Coral Reef Confrence WCRC World Coral Reef Conference WCRC yang baru saja dilakukan di Kota Manado 13 - 16 Mei 2014 adalah forum pertemuan regional untuk membahas pelestarian terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia atau Coral Triangle yang meliputi kawasan Malaysia di Utara Kalimantan, Philipina, Indonesia Tengah dan Timur, Papua Nugini, Timur Leste sampai kepulauan Solomon dan 40 Ibid Australia. Kegiatan yang diprakarsai oleh 6 Negara tersebut diikuti oleh perwakilan 37 Negara dan puluhan lembaga Internasional dengan 370 peserta yang terdaftar termasuk 1 orang perwakilan dari Sulut Ormas Gerakan Fajar Nusantara GAFATAR. Mengambil lokasi di dua tempat yaitu acara Simposium di Manado Convention Center MCC dan acara Konfrensi serta SOM di Grand Kawanua International Convention GKIC. World Coral Reef Conference WCRC diselenggarakan sebagai langkah strategis penyelamatan terumbu karang dunia yang menjadi tempat dari 25 spesies laut di planet ini diantaranya terdiri dari 608 spesies dari 798 spesies karang dunia dengan 2300 jenis ikan karang atau 56 ikan karang kawasan Indo- Pasifik. Segitiga karang tersebut juga merupakan tempat dari 75 spesies mangrove dunia dan 45 padang lamun dunia, sehingga merupakan “Amazone Laut’, episentrum kehidupan laut dibumi yang mampu menyerap karbon 200 juta tontahun. Sebuah potensi raksasa dalam menghadapi efek global warming disamping potensi ekonomi yang besar dimana pertahun Indonesia mampu meraih 1,6 miliar dan 1,1 miliar bagi Philipina. Sehingga dengan kegiatan ini potensi kawasan segitiga karang dapat dilestarikan mengingat perannya yang besar dalam menjaga kestabilan iklim dunia disamping potensi ekonomi yang dikenal dengan istilah blue economy. Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan tersebut terutama pengetahuan dan wawasan kelautan semakin meningkat mengingat Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, juga perkenalan dengan duta asing dan lembaga Internasional yang diharapkan kedepan dapat bersinergi pada kegiatan- kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan seperti yang selama ini telah dilakukan oleh Gafatar. Acara yang berlangsung sejak tanggal 13 Mei tersebut berakhir pada tanggal 16 Mei sekaligus dirangkaikan dengan peresmian gedung CTI Coral Triangle Initiative. 41 Baru-baru ini, yaitu pada tanggal 19-21 Maret 2012, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan lokakarya ASEAN-OSRAP. Kegiatan ini merupakan agenda Organisasi Maritim Internasional IMO yang bekerja sama dengan Asosiasi Industri Migas Global untuk Isu Lingkungan dan Sosial. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meninjau dan mematangkan rencana kerja regional serta memfasilitasikan kerja sama yang harmonis antara pemangku kepentingan terkait penanggulangan pencemaran di kawasan ASEAN.

C. Kendala-kendala Perlindungan dan Pengelolaan Terumbu Karang dalam