Dampak Pencemaran Lingkungan Laut terhadap Perlindungan

berperan dalam proses sedimentasi. Sedimen dari partikel lumpur padat yang dibawa oleh aliran permukaan surface run off akibat erosi menutupi permukaan terumbu karang. Sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap hewan karang, tetapi juga terhadap biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut.

E. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut terhadap Perlindungan

Terumbu Karang Beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin bervariasi dan juga semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas.Kejadian gempa bumi yang melanda lautan Indonesia pada 2004 juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu namun tidak dapat dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Dampak langsung dari perubahan iklim juga semakin banyak terjadi pada banyak terumbu karang. Dari analisis diperkirakan pada tahun 2015, sekitar 50 populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, sebuah bahaya yang sangat besar terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan pangan, komersialisasi aktifitas perikanan, dan krisis ekonomi global akan berujung pada penangkapan berlebih dan penurunan stok perikanan terutama di negara-negara miskin. Ancaman utama yang tercatat adalah pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi dan pencemaran dari darat, overfishing penangkapan sumberdaya berlebih, destruktif fishing penangkapan ikan dengan cara merusak, dan pemutihan karang coral bleaching akibat pemanasan global. Untuk mengatasi tantangan ini, kita semua perlu bekerja bersama. Dan terlibat dalam konservasi bisa dimulai dari hal yang sangat mudah. Mulai dari hal- hal sederhana yang bisa kita lakukan sendiri, bergabung dengan gerakan-gerakan sukarela, atau dengan terlibat langsung di kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan konservasi. Banyak juga sebenarnya inisiatif dan upaya-upaya yang cukup komprehensif untuk konservasi, yang sudah dilakukan banyak pihak yang bisa menginspirasi. 23 Segitiga terumbu karang dunia, adalah sebuah wilayah yang meliputi negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Timor Leste. Laporan tersebut mengungkapkan kerusakan terutama disebabkan oleh pengambilan ikan secara berlebihan, polusi di wilayah pesisir dan pembangunan di sepanjang pesisir pantai. Laporan terbaru yang dirilis oleh kolaborasi antar-lembaga World Resources Institute, USAID Coral Triangle Support Partnership, WWF, The Nature Conservancy dan Conservation International yang selama ini membantu pelaksanaan lapangan dalam program segitiga terumbu karang atau Coral Triangle Initiative di enam negara mengungkapkan bahwa 85 terumbu karang di wilayah segitiga ini terancam oleh aktivitas manusia. 24 Laporan berjudul Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle ini juga menyebutkan, jika ketiga ancaman di atas digabungkan dengan pemutihan karang akibat kematian alga, yang diakibatkan oleh kenaikan temperature air laut, maka 23 http:diveradios.blogspot.com201311ancaman-terhadap-terumbu-karang.html diakses tanggal 1 Mei 2015. 24 Ibid. persentase ancaman bagi terumbu karang menjadi 90 dari seluruh area segitiga terumbu karang ini. Laporan yang diterbitkan di simposium terumbu karang internasional ke- 12 di Cairns, Australia ini mengingatkan kembali kerentanan terumbu karang terhadap berbagai ancaman dari berbagai aktivitas yang dilakukan manusia. Sepanjang wilayah segitiga terumbu karang, komunitas pesisir tergantung pada terumbu karang untuk ketersediaan pangan, kehidupan dan perlindungan pada saat badai melanda, namun ironisnya ancaman di wilayah-wilayah ini justru sangat tinggi, Terumbu karang itu kokoh mereka bisa merehabilitasi diri dari proses pemutihan dan dampak buruk lainnya terutama jika ancaman lainnya cenderung rendah. Terumbu karang yang menguntungkan ini kini dalam bahaya, itu sebabnya tindakan nyata untuk mencegah ancaman bagi karang-karang di sepanjang wilayah segitiga terumbu karang ini sangat penting.” Segitiga terumbu karang memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa di dalamnya terdapat nyaris 30 dari terumbu karang dunia dan memiliki lebih dari 3000 spesies ikan- dua kali lipat dari jumlah yang ditemukan dimana pun di dunia ini. Lebih dari 130 juta orang hidup bergantung pada ekosistem pesisir untuk mendapatkan pangan, pekerjaan, dan keuntungan dari pariwisata laut. Pengaruh terumbu karang bagi hidup banyak orang tak bisa diungkapkan, pengaruh ini meluas sangat jauh dari wilayah segitiga terumbu karang kepada banyak orang di seluruh dunia yang menyandarkan hidup dari perikanan, pariwisata, pengobatan dan berbagai jasa lain dari lingkungan yang disediakan oleh terumbu karang ini.” 25 Laporan ini kembali membahas betapa rentannya terumbu karang dan berbagai faktor yang membuatnya musnah. Laporan ini mengungkapkan bahwa: Lima dari enam negara yang ada dalam wilayah segitiga terumbu karang, berada pada daftar negara paling rentan terhadap dampak sosial dan ekonomi akibat hilangnya layanan terumbu karang seperti makanan, pekerjaan, dan perlindungan garis pantai. Alan White, seorang kontributor laporan ini dan ilmuwan senior di The Nature Conservancy dan mitra dalam CTSP, mencatat bahwa “Sementara masih ada ruang untuk perbaikan dalam meningkatkan efektivitas MPA, terutama Kawasan Konservasi Laut yang besar yang memerlukan sumber daya yang signifikan untuk mengelola, banyak kemajuan telah dibuat dalam membangun kesadaran tentang perlindungan terumbu karang di tingkat lokal dan memberikan masyarakat dengan perangkat dan sumber daya untuk mengelola terumbu karang tempat mereka bergantung. Dianggap sebagai pusat keanekaragaman karang di dunia, laporan Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle menggambarkan kerentanan terumbu karang di wilayah ini dan menyoroti strategi untuk melindungi mereka. Diantara rekomendasi yang ditawarkan dalam laporan untuk melindungi terumbu karang di segitiga karang dunia, yang paling mendesak adalah untuk mengurangi tekanan 25 Ibid lokal seperti penangkapan berlebih, penangkapan ikan yang merusak, dan lepasnya terumbu karang dari tanah. Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle merupakan kontribusi penting untuk mendukung negara-negara yang ada di wilayah dalam membuat keputusan penting terkait dengan perlindungan sumber daya laut mereka,” kata Maurice Knight, salah satu kontributor dan Team Leader untuk CTSP. Perspektif keluasan wilayah pada status terumbu karang seperti yang digambarkan dalam laporan ini menunjukkan mendesaknya situasi dan perlunya tindakan segera. Terumbu yang sehat lebih mungkin untuk bertahan hidup dari efek negatif perubahan iklim, seperti pemutihan karang coral bleaching yang disebabkan oleh kenaikan suhu air laut atau tingkat pertumbuhan karang berkurang karena keasaman laut meningkat. Menanggulangi ancaman lokal di awal akan memberi kesempatan bagi terumbu karang untuk tumbuh, sampai masyarakat global dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. 26 Laporan The Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle menginformasikan kegiatan Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security CTI-CFF, sebuah kemitraan multilateral yang dibentuk pada tahun 2009 oleh enam negara Segitiga Karang untuk mempromosikan penangkapan ikan yang berkelanjutan, meningkatkan pengelolaan MPA, memperkuat adaptasi perubahan iklim, dan melindungi spesies yang terancam di wilayah tersebut. 26 Ibid

F. Pengaturan Pengelolaan Terumbu Karang dan Lingkungan Hidup dalam