penyakit menular umumnya lebih rendah dibandingkan dengan komunitas yang mempunyai pendidikan rendah.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang, tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih peduli menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuhnya dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah. Berdasarkan hasil sebuah penelitian oleh Setyowati 2014 didapatkan bahwa
sebagian besar responden tergolong berpendidikan SMP yaitu sebanyak 164 santriawati 78,8 dan sebagian kecil adalah responden yang tergolong
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 44 santriawati 21,2.
28
5.2. Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku personal hygiene
penderita skabies
Pengetahuan dapat dipengaruhi dari informasi yang diterima baik dari pendidikan formal maupun informal seperti internet, media, atau dari interaksi
sosial sesama siswa. Penilaian pengetahuan dalam penelitian ini meliputi parasit skabies, perkembangbiakan dan penularan skabies, hubungan kebersihan
lingkungan dengan penyakit skabies, dan pengobatan skabies. Sebagian besar santri yang menderita penyakit skabies dengan pengetahuan
baik 3 orang 8,8, santri yang menderita penyakit skabies dengan pengetahuan cukup 24 orang 70,6, santri yang menderita penyakit skabies dengan
pengetahuan kurang 7 orang 20,6. Hal ini dikarenakan santri lebih mudah untuk mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan, semakin bertambah usia seseorang maka pengetahuan yang dia miliki semakin banyak dari pada orang
yang berusia lebih muda. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang kurang baik mempunyai risiko terhadap penyakit skabies sebesar 2,338 kali,
dibandingkan dengan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang baik.
8
Dari hasil sebuah penelitian yang dilakukuan oleh Setyowati 2014 diketahui bahwa sebagian besar santriawati mempunyai pengetahuan tentang penyakit
Universitas Sumatera Utara
skabies tergolong baik yaitu sebanyak 155 santriawati 80,3 dan santriawati yang mempunyai pengetahuan tentang penyakit skabies tergolong kurang baik
yaitu sebanyak 53 santriawati 19,7. Hal ini dipengaruhi oleh usia dan pendidikan yang ditempuh, usia remaja masih sangat aktif untuk menambah ilmu
pengetahuan dengan mencari berbagai macam informasi yang tersebar luas.
28
Sebuah penelitian oleh Azizah 2012 tentang hubungan antara pengetahuan santri tentang PHBS dan penyakit skabies didapatkan sebagian besar responden
yaitu sebanyak 40 responden 45,5 mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang PHBS dan penyakit skabies, dibandingkan sebanyak 48 responden
54,5 mempunyai pengetahuan yang sedang tentang PHBS dan penyakit skabies. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,001 yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit skabies pada santri. Hal ini dikarenakan sebagian responden masih duduk dibangku menengah
pertama sehingga ilmu atau pendidikan yang responden dapat belum seberapa jika dibandingkan dengan responden yang sudah duduk dibangku SMA.
29
Penilaian hygiene dalam penelitian ini meliputi frekuensi mandi, memakai sabun sendiri atau tidak, mencuci pakaian, menjemur handuk, pakaian dan handuk
dipakai bergantian, dan kebersihan alas tidur. Sebagian besar santri yang menderita penyakit skabies dengan hygiene baik 27 orang 79,4. Sedangkan
santri yang menderita penyakit skabies dengan hygiene buruk 7 orang 20,6. Hal tersebut dapat terjadi mungkin karena seseorang yang sudah memiliki
hygiene baik tetapi tidak ditunjang dengan perilaku menghindari risiko penularan
skabies, seperti sering kontak dengan penderita skabies dengan cara langsung seperti bersalaman dan tidur bersama. Berdasarkan hasil dari sebuah penelitian
2012 yang menyatakan bahwa perilaku kebersihan diri pada 52 orang kasus dan 174 orang kontrol menunjukkan perilaku yang baik.
7
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lathifa 2014 didapatkan sebagian besar responden yang mengalami suspect skabies memiliki personal hygiene yang tidak
hygiene sebesar 81,8 didapatkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene
Universitas Sumatera Utara
dengan suspect skabies. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,006 p0,05.
27
Dari hasil sebuah penelitian oleh Yasin 2009 didapatkan penderita skabies dengan tingkat hygiene buruk sebanyak 24 responden 51,1, sedangkan
penderita skabies dengan tingkat hygiene baik sebanyak 23 48,9. Pada kelompok responden yang hygiene buruk 68,57 lebih banyak terkena skabies
dibandingkan dengan yang bukan skabies 31,43.
30
Hasil analisis hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies dari penelitian yang dilakukan oleh Akmal 2013 didapatkan sebanyak 30 orang
menderita skabies dengan personal hygiene yang tidak baik. Sedangkan 4 orang menderita skabies dengan personal hygiene yang baik. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p0,05 yaitu 0,000. Dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna dari kejadian skabies yang memiliki kriteria personal hygiene baik dan tidak baik.
Hygiene perorangan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit skabies, dan
merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian skabies dengan mengubah hygiene agar lebih baik.
31
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan