2.1.2 Epidemiologi
Skabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang berbeda. Skabies merupakan penyakit endemik yang dapat mengenai semua ras dan
golongan di seluruh dunia. Insidennya sama pada pria dan wanita. Insiden di negara berkembang lebih tinggi dari pada di negara-negara industri. Skabies lebih
sering mengenai anak-anak berusia 10-12 tahun, lebih sering terlihat pada laki- laki dari pada perempuan.
13
Menurut Depkes RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh indonesia pada tahun 1986 sekitar 4,6-12,9, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin FKUIRSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77 dari seluruh kasus
baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 dan 3,9. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan
penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.
14
Ada juga dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi
yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik, penyakit ini
dapat dimasukkan dalam P.H.S Penyakit Akibat Hubungan Seksual.
5
2.1.3 Siklus hidup
Betina berukuran 300x350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150x200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki dengan 2 pasang kaki depan
dan 2 pasang lainnya merupakan kaki belakang. Setelah melakukan kopulasi S.scabiei
jantan akan mengalami kematian, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup beberapa hari. Tungau betina membuat terowongan di stratum korneum
kulit. setelah kopulasi, 2 hari kemudian tungau betina tersebut bertelur 2-3 butir telur per hari di dalam terowongan yang dibuat oleh tungau betina itu. Kira-kira 3-
5 hari kemudian telur tersebut akan menetas menjadi larva, dalam waktu 3-4 hari larva akan berubah menjadi nimfa. Nimfa berubah menjadi dewasa dalam waktu
Universitas Sumatera Utara
3-5 hari. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 8-12 hari.
2
Gambar 2.2. Siklus hidup sarcoptei scabiei
15
2.1.4 Patogenesis
Lesi primer pada penderita skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan kulit pada lapisan stratum korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga dapat menimbulkan pruritus
dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bisa juga berupa bula, dapat pula terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi,
dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer.
2
Universitas Sumatera Utara
Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, seperti jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, areola, umbilikus, perut bagian bawah, dan bisa juga
di daerah bokong atau alat genital. pada orang dewasa kulit kepala dan wajah biasanya terhindar, tetapi pada bayi bisa terjadi di seluruh permukaan kulit tubuh
bayi. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yg bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-
kelok.
16
Kelainan kulit tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau skabies, tetapi bisa juga terjadi oleh penderita sendiri akibat dari garukan pada daerah yang
gatal. Gatal yang disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret dari tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtikaria, dan manifestasi lain. Dengan garukan dari penderita dapat menimbulkan
manifestasi yang lebih parah, seperti dapat timbul erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder.
5
2.1.5
Transmisi
Ada 2 cara penularan dari penyakit skabies ini, yaitu: 1. Kontak langsung, atau kontak kulit penderita dengan kulit orang lain.
Misalnya saat berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dapat menyebabkan orang tersebut tertular.
2. Kontak tidak langsung, orang lain tertular melalui benda milik penderita, seperti pakaian, handuk, sprei, bantal,dan sebagainya.
Penularan yang terjadi biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Di kenal pula Sarcoptes scabiei
var. Animalis yang kadang-kadang dapat menulari kepada manusia, terutama pada
orang yang banyak memelihara binatang peliharaan seperti anjing.
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Manifestasi klinis