Tabel 5.4 Distribusi penderita skabies berdasarkan gambaran tingkat
pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi
Persentase
Baik 3
8,8 Cukup
Kurang 24
7 70,6
20,6 Total
34 100
Dari tabel di atas didapatkan frekuensi tertinggi dari kelompok responden adalah pengetahuan cukup sebanyak 24 orang 70,6 sedangkan frekuensi
terendah adalah pengetahuan baik sebanyak 3 orang 8,8.
Tabel 5.5 Distribusi penderita skabies berdasarkan gambaran perilaku
personal hygiene
Personal hygiene Frekuensi
Persentase
Baik 27
79,4 Buruk
7 20,6
Total 34
100 Dari tabel di atas didapatkan frekuensi tertinggi dari kelompok responden
adalah personal hygiene baik sebanyak 27 orang 79,4 sedangkan frekuensi terendah adalah sebanyak 7 orang 20,6.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Prevelensi Skabies Di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin
Hasil penelitian dari 130 siswa di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin yang ditemukan menderita penyakit skabies sebanyak 34 orang 26,2. Siswa yang
tidak menderita penyakit skabies di pesantren ini lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang menderita skabies, hal ini mungkin disebabkan karena siswa di
Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin lebih peduli tentang kebersihan dan kesehatan diri. Prevalensi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi
penyakit skabies di Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat Tahun 2014 oleh lathifa dimana dari 73 siswa didapatkan
56 siswa suspect skabies.
27
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Karakteristik penderita skabies
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia semakin banyak pengalaman yang didapatkan dan akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya. Hasil penelitian didapatkan usia yang lebih muda lebih banyak menderita penyakit skabies, siswa dengan usia 12
tahun sebanyak 14 orang 41,2, sedangkan usia 17 tahun hanya 1 orang 2,9. Frekuensi skabies berdasarkan umur ini tidak bisa menggambarkan secara
keseluruhan frekuensi skabies karena jumlah sampel dalam setiap golongan umur tidak sama. Golongan umur sebagian besar subjek penelitian adalah 12 tahun
58,0 menderita skabies
7
, skabies lebih cenderung terjadi pada usia anak-anak sampai dewasa.
2
Dari penelitian ini didapatkan laki-laki lebih banyak mengalami penyakit skabies 24 orang 70,6 daripada wanita 10 orang 29,4. Prevalensi skabies
berhubungan dengan jenis kelamin, yaitu prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki dan laki-laki lebih berisiko terinfestasi skabies dibandingkan perempuan. Hal
tersebut mungkin disebabkan karena santri perempuan lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan kulit dibandingkan laki-laki.
6
Berbeda dengan hasil yang didapat, Hasil dari sebuah penelitian oleh Setyaningrum 2015 menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki prevalensi
skabies yang lebih tinggi sebesar 56 dibandingkan laki-laki. Menurut peneliti wanita memiliki tingkat prevalensi skabies yang lebih tinggi diduga disebabkan
beberapa faktor seperti sikap dan perilaku wanita yang lebih senang berada dalam ruangan dengan kontak satu sama lain yang lebih dekat sehingga lebih rentan
terinfeksi skabies.
25
Pada penelitian ini didapatkan siswa SMP lebih banyak mengalami penyakit skabies 25 orang 73,5 daripada SMA 9 orang 26,5. Hal ini mungkin
dikarenakan siswa SMA lebih peduli dan mengerti tentang kebersihan dan kesehatan daripada siswa SMP. Secara umum, tingkat pendidikan mempengaruhi
prevalensi penyakit, pada komunitas dengan tingkat pendidikan tinggi, prevalensi
Universitas Sumatera Utara
penyakit menular umumnya lebih rendah dibandingkan dengan komunitas yang mempunyai pendidikan rendah.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang, tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih peduli menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuhnya dibandingkan dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah. Berdasarkan hasil sebuah penelitian oleh Setyowati 2014 didapatkan bahwa
sebagian besar responden tergolong berpendidikan SMP yaitu sebanyak 164 santriawati 78,8 dan sebagian kecil adalah responden yang tergolong
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 44 santriawati 21,2.
28
5.2. Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku personal hygiene