Kesimpulan Saran Faktor yang mempermudah penularan skabies

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal seperti berikut : 1. Gambaran pengetahuan siswa yang menderita skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan yaitu dengan tingkat pengetahuan cukup 70,6. 2. Gambaran perilaku personal hygiene siswa yang menderita skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan yaitu hygiene baik 79,4. 3. Prevalensi skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan didapatkan sebanyak 34 siswa 26,2.

6.2 Saran

1. Bagi siswa yang belajar di pesantren agar lebih peduli tentang kebersihan diri dan juga lingkungan, tidak saling pinjam barang pribadi, menjemur handuk yang telah digunakan ditempat yang terkena sinar matahari. 2. Bagi pengurus pengasuhan pesantren agar lebih rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap siswa, menjadwalkan kebersihan asrama, mengawas kebersihan kamar siswa. 3. Meningkatkan pengetahuan tentang skabies agar lebih mengetahui tentang faktor risiko, gejala, dan penyebarannya, agar bisa menghindari faktor risiko dan langsung memeriksakan diri jika mengalami gejala skabies. 4. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian penelitian tentang skabies di pesantren disarankan agar dilakukan dengan skala yang lebih besar, menambah variabel lain dan jumlah sampel yang lebih banyak, dan mempertimbangkan tentang hubungan pengetahuan dan personal hygiene terhadap kejadian skabies. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies

2.1.1 Definisi dan etiologi

Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat tungau penyebab gatal yaitu: Sarcoptes scabiei. Tungau betina menggali lubang ke dalam stratum korneum, membuat terowongan, disertai timbulnya gatal hebat dan ekzema akibat garukan. 11 Skabies disebabkan oleh Sarcoptei scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau tersebut translusen, berwarna putih kotor, dan tidak mempunyai mata. 5 Gambar 2.1. Sarcoptes scabiei dewasa 12 Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Epidemiologi

Skabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang berbeda. Skabies merupakan penyakit endemik yang dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Insidennya sama pada pria dan wanita. Insiden di negara berkembang lebih tinggi dari pada di negara-negara industri. Skabies lebih sering mengenai anak-anak berusia 10-12 tahun, lebih sering terlihat pada laki- laki dari pada perempuan. 13 Menurut Depkes RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh indonesia pada tahun 1986 sekitar 4,6-12,9, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian kulit dan kelamin FKUIRSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus skabies yang merupakan 5,77 dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 dan 3,9. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai. 14 Ada juga dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik, penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S Penyakit Akibat Hubungan Seksual. 5

2.1.3 Siklus hidup

Betina berukuran 300x350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150x200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki dengan 2 pasang kaki depan dan 2 pasang lainnya merupakan kaki belakang. Setelah melakukan kopulasi S.scabiei jantan akan mengalami kematian, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup beberapa hari. Tungau betina membuat terowongan di stratum korneum kulit. setelah kopulasi, 2 hari kemudian tungau betina tersebut bertelur 2-3 butir telur per hari di dalam terowongan yang dibuat oleh tungau betina itu. Kira-kira 3- 5 hari kemudian telur tersebut akan menetas menjadi larva, dalam waktu 3-4 hari larva akan berubah menjadi nimfa. Nimfa berubah menjadi dewasa dalam waktu Universitas Sumatera Utara 3-5 hari. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 8-12 hari. 2 Gambar 2.2. Siklus hidup sarcoptei scabiei 15

2.1.4 Patogenesis

Lesi primer pada penderita skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan kulit pada lapisan stratum korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga dapat menimbulkan pruritus dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bisa juga berupa bula, dapat pula terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi, dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer. 2 Universitas Sumatera Utara Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, seperti jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, areola, umbilikus, perut bagian bawah, dan bisa juga di daerah bokong atau alat genital. pada orang dewasa kulit kepala dan wajah biasanya terhindar, tetapi pada bayi bisa terjadi di seluruh permukaan kulit tubuh bayi. Pada tempat predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yg bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok- kelok. 16 Kelainan kulit tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau skabies, tetapi bisa juga terjadi oleh penderita sendiri akibat dari garukan pada daerah yang gatal. Gatal yang disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret dari tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtikaria, dan manifestasi lain. Dengan garukan dari penderita dapat menimbulkan manifestasi yang lebih parah, seperti dapat timbul erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder. 5 2.1.5 Transmisi Ada 2 cara penularan dari penyakit skabies ini, yaitu: 1. Kontak langsung, atau kontak kulit penderita dengan kulit orang lain. Misalnya saat berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dapat menyebabkan orang tersebut tertular. 2. Kontak tidak langsung, orang lain tertular melalui benda milik penderita, seperti pakaian, handuk, sprei, bantal,dan sebagainya. Penularan yang terjadi biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Di kenal pula Sarcoptes scabiei var. Animalis yang kadang-kadang dapat menulari kepada manusia, terutama pada orang yang banyak memelihara binatang peliharaan seperti anjing. 5 Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Manifestasi klinis

Setelah infeksi awal gejala dapat terjadi dalam beberapa hari sampe beberapa minggu untuk berkembang. Gejala yang terjadi pruritus mungkin timbul dalam waktu 24 jam. Penderita skabies biasanya mengeluh pruritus yang paling parah di malam hari, tapi kadang-kadang ada juga pasien yang tidak menunjukkan gejala. Lesi yang paling khas dari skabies adalah berupa terowongan yang dibuat oleh Sarcoptes scabiei tempat tinggal tungau tersebut. Terowongan ini biasanya tipis, melengkung, berukuran 1 mm. 2 Skabies ini biasanya menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga akan terkena infeksi. Begitu pula pada sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang dekat juga bisa tertular. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita tersebut bersifat sebagai pembawa carrier. 2 Pada ujung terowongan yang dibuat oleh parasit ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf pustul, ekskoriasi, dan lain sebagainya. 5 Ada 4 tanda kardinal skabies yaitu: 1. Pruritus nokturna gatal pada malam hari oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit skabies menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. 3. Kunikulus terowongan pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, dengan panjang sekitar 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Universitas Sumatera Utara 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan 1 atau lebih stadium hidup tungau. 5 Gambar 2.3. Gejala klinis penyakit skabies 15

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis bisa ditegakkan dengan cara klinis maupun laboratorium. Secara klinis diagnosis ditegakkan dengan melihat kelainan pada kulit, khususnya di daerah predileksi serta memperhatikan pasien saat menggaruk. Diagnosis bisa ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal skabies. Secara laboratorium dengan uji KOH dan uji tinta. Uji KOH yaitu kerokan kulit yang diambil dari daerah predileksi diletakkan diatas object glass dan ditetesi larutan kalium hidroksida KOH 10 kemudian dipanaskan sebentar, ditutup dengan kaca penutup lalu di lihat di mikroskop. Pada uji tinta terowongan dapat dilihat jelas jika kulit ditetesi dengan tinta hitam, setelah tinta pada kulit dicuci akan terlihat terowongan yang berwarna kehitaman. 17 Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan S.scabiei yang didapatkan dengan cara mengeluarkan tungau dari kulit, dengan kerokan kulit atau biopsi. Tungau sulit ditemukan pada pemeriksaan laboratorium karena tungau yang menginfestasi penderita sedikit, penyebabnya adalah jumlah telur yang menetas hanya 10 . Selain itu garukan dapat mengeluarkan tungau secara mekanik dan jika terjadi infeksi sekunder maka pus yang terbentuk dapat membunuh tungau karena bersifat akarisida. 2 Universitas Sumatera Utara Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium agar memberikan hasil yang baik maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah : a. Papul yang baik untuk dikerok adalah papul yang baru dibentuk b. Pemeriksaan jaringan dilakukan pada lesi ekskoriasi dan lesi dengan infeksi sekunder c. Kerokan kulit harus superfisial dan tidak boleh berdarah d. Jangan mengerok dari satu lesi tetapi dari beberapa lesi. Tungau paling sering ditemukan pada sela jari tangan sehingga perhatian terutama pada daerah itu e. Sebelum melakukan kerokan kulit teteskan minyak mineral pada skalpel dan pada lesi yang akan dikerok. 2 Dalam melakukan kerokan kulit, minyak mineral lebih unggul daripada larutan potasium hidroksida karena : a. Tungau mudah menempel pada minyak dan mudah diambil, tungau akan tetap hidup. b. Skuama dari kulit bercampur dengan minyak mineral dan lebih banyak bahan yang tersedia untuk pemeriksaan mikroskopis. Melakukan kerokan kulit dengan cara meneteskan satu tetes minyak mineral pada skalpel steril. Biarkan minyak mengalir pada papul atau daerah yang akan dikerok. Lalu lakukan pengerokan sekitar 6 atau 7 kali untuk mengangkat atap papul, kemudian pindahkan ke gelas objek. Kemudian tambahkan 1 atau 2 tetes minyak lalu aduk untuk mencampurkan bahan kerokan merata pada minyak. Letakkan kaca penutup pada gelas objek, jangan sampai ada gelembung udara. Kemudian melihat sediaan dibawah mikroskop. 18

2.1.8 Tatalaksana

Syarat obat yang ideal adalah: a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau b. Tidak menimbulkan iritasi dan tidak bersifat toksik Universitas Sumatera Utara c. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian d. Mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Cara pengobatannya adalah dengan mengobati seluruh anggota keluarga, termasuk penderita yang hiposensitisasi. 5 Jenis obat topikal: a. Belerang endap sulfur prepitatum dengan kadar 4-20 dalam bentuk salep atau krim. Penggunaan obat ini tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur. Kekurangan obat ini berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. b. Emulsi benzil-benzoas 20-25, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Kekurangan obat ini yaitu: sulit diperoleh, sering menyebabkan iritasi, kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. c. Gama Benzena Heksa Klorida gameksan kadarnya 1 dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang menyebabkan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak kurang dari 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya mudah, cukup dengan sekali pakai kecuali bila gejala masih ada dapat diberikan seminggu kemudian. d. Krotamiton 10 dalam krim atau losio merupakan obat pilihan juga, karena mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal, penggunaanya harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. e. Permetrin dengan kadar 5 dalam krim, kurang toksik dibandingkan dengan gameksan, efektifitasnya sama, digunakan hanya sekali dan kemudian dihapus setelah 10 jam. Bila masih ada gejala diulangi setelah seminggu. Obat ini tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. 2,10 Selain pemberian obat dianjurkan juga langkah-langkah pengendalian lingkungan termasuk mencuci sprei dan pakaian pada 140°F 60°C di Universitas Sumatera Utara pengeringan panas, jika tidak bisa dimesin cuci, isolasi dalam kantong plastik setidaknya 72 jam. 2

2.1.9 Pencegahan

Untuk melakukan pencegahan skabies dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1. Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama. 2. Pakaian, handuk, dan barang-barang lain yang digunakan penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas. 3. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air dimasukkan kedalam kantong plastik selama 7 hari, lalu dijemur di bawah sinar matahari. 4. Sprei penderita harus diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali. 5. Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan mempercepat kesembuhan dan bisa memutus siklus hidup skabies. 19

2.1.10 Prognosis

Skabies dengan diagnosis tepat, pemilihan dan cara pemakaian obat yang tepat, menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat dicegah dan akan memberikan prognosis yang baik. 5

2.2 Pengetahuan

2.2.2 Definisi pengetahuan

Pengetahuan berasal dari kata “tahu”. Kata tahu memiliki banyak pengertian seperti mengerti sesudah melihat, sadar, dan mengenal. Kata pengetahuan juga berarti segala sesuatu yang diketahui, seseorang dikatakan tahu tentang sesuatu hal apabila orang tersebut sudah mengetahui dan mengerti tentang sesuatu tersebut. 20 Banyak hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, sumber informasi, dan riwayat menderita suatu penyakit. Biasanya semakin bertambah usia seseorang maka kegiatan, informasi dan pengalaman yang diperoleh banyak, akan semakin luas pengetahuan yang dimiliki. Kurang mendalamnya pengetahuan mengenai Universitas Sumatera Utara kesehatan yang diajarkan dipesantren menyebabkan sebagian besar santri memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. 21

2.2.3 Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan terdiri atas : 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami comprehension Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan kembali apa yang sudah diketahui. 3. Aplikasi application Yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi, kondisi sebenarnya. 4. Analisa analysis Analisa yaitu untuk menjabarkan materi atau objek kedalam suatu komponen. Tapi masih berkaitan satu sama lain. 5. Sintesis synthesis Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi evaluation Adalah kemampuan melakukan penelitian atau justifikasi terhadap suatu materi atau objek. 22 Menurut Nursalam, 2008. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori: 1. Baik apabila responden dapat menjawab dengan benar 76-100 dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan. 2. Cukup apabila responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar 56- 75 dari keseluruhan pertanyaan yang diberikan. 3. Tingkat pengetahuan kurang baik apabila responden dapat menjawab dengan benar, kurang dari 56 dari keseluruhan pertanyaan tersebut. 22 Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya pengetahuan tentang faktor penyebab skabies masih kurang, sehingga dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak membahayakan jiwa. Masyarakat tidak mengetahui bahwa luka akibat garukan skabies dapat menyebabkan infeksi sekunder yang berakibat kerusakan jaringan kulit akut. Tingkat pendidikan ternyata berhubungan dengan tingkat prevalensi skabies, tingkat pendidikan rendah cenderung lebih tinggi prevalensi skabiesnya daripada dengan orang yang berpendidikan tinggi. 22

2.3 Perilaku

2.3.1 Definisi perilaku

Perilaku adalah merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku adalah suatu respon terhadap stimulus dan akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya. Individu seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya sehingga stimulus dan respon seakan-akan bersifat mekanitik. 20 Respon perilaku terdiri atas : 1. Respon refleksif Merupakan respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon yang dihasilkan bersifat tetap. Orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah. 2. Operan respon Respon yang dihasilkan apabila diberikan stimulus berupa penguatan. Dari penguatan ini agar respon yang dihasilkan semakin bagus dan berkembang. 23

2.3.2 Bentuk perubahan perilaku

1. Perubahan alamiah Perilaku yang dihasilkan dari proses belajar sangat tergantung, dari stimulus dan lingkungan saat proses belajar berlangsung. Universitas Sumatera Utara 2. Perubahan terencana Perubahan perilaku yang benar-benar direncanakan, seperti berecana akan merubah perilaku sehari-hari yang buruk, tidak peduli kebersihan, kesehatan, untuk jadi lebih baik dan lebih peduli. 3. Kesediaan untuk berubah Kesediaan untuk berubah bagi setiap orang berbeda-beda. Perbedaan individual berupa bio, psiko, sosial kultural dan spritual sangat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi individu untuk perubahan perilakunya. 23 Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan Merupakan perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan health seeking behavior Perilaku ini menyangkut upaya pada saat menderita atau kecelakaan, tindakannya dimulai dari mengobati diri sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri. 3. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. 24 Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya sebagai pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan , sikap dan perilaku guna membantu masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. 25 Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Indikator perilaku

Indikator PHBS tatanan institusi pendidikan pesantren: 1. Tersedia jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa 2. Tersedia air kran yang mengalir di setiap kelas 3. Tidak ada sampah yang berserakan di lingkungan sekolah 4. Ketersediaan UKS yang berfungsi dengan baik 5. Siswa menjadi anggota dana sehat JPKM 6. Siswa pada umumnya 60 kukunya pendek dan bersih 7. Siswa tidak merokok 8. Siswa ada yang menjadi dokter atau promosi kesehatan. 25 Perilaku sehat diukur melalui tiga parameter yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap skabies. Ketiga parameter tersebut menunjukkan peran yang nyata terhadap prevalensi penyakit skabies. Pengukuran perilaku dilihat dari kebiasaan para santri yang dinilai dari jawaban pertanyaan yaitu : a. Perilaku yang buruk seperti sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman, tidur bersama dan berhimpitan dalam suatu tempat. b. Perilaku yang baik dengan memakai pakaian sendiri atau tidak memakai baju atau handuk bergantian dengan teman. 9

2.3.4 Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan per orang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya. 26 Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, Universitas Sumatera Utara virus, kuman, parasit, dll. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu skabies. 5 Dalam sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, mungkin masalah kebersihannya kurang dijaga. 26 Tampak sekali peran hygiene perorangan dalam penularan penyakit skabies. Tungau sarcoptes scabiei akan lebih mudah menginfestasi individu dengan hygiene perorangan yang buruk, yaitu: malas mandi, malas keramas, jarang mencuci handuk, jarang mengganti pakaian. dan sebaliknya lebih sukar menginfestasi individu dengan hygiene perorangan yang baik yaitu: mandi, dan keramas teratur, pakaian dan handuk sering dicuci. karena tungau dapat hilang dengan mandi dan keramas teratur, pakaian dan handuk sering dicuci dan kebersihan alas tidur. 9

2.4 Faktor yang mempermudah penularan skabies

1. Sanitasi Berdasarkan sebuah penelitian, penyakit skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, kekurangan air, kekurangan makan dan hidup dalam lingkungan ramai terutama di daerah kumuh dengan sanitasi yang sangat jelek. 2. Pengetahuan Skabies penyakit yang termasuk sulit diberantas pada lingkungan masyarakat yang tingkat pendidikan dan pengetahuannya masih rendah. 3. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penularan skabies. 4. Perilaku Sering terjadi penularan skabies melalui kontak tidak langsung dari perilaku yang sering memakai handuk penderita, pakaian, pemakaian sabun mandi, kebiasaan tidur bersama. Universitas Sumatera Utara 5. Ekonomi yang rendah Skabies sering dijumpai pada penduduk yang status ekonomi rendah. Rasa gatal terjadi terutama pada malam hari, secara tidak langsung mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama karena tersita waktu istirahat, menyebabkan kegiatan yang akan dilakukan pada siang hari akan terganggu. 6. Personal Hygiene Hygiene yang buruk meningkatkan infeksi skabies. 7. Hubungan seksual Orang yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, adalah populasi yang berisiko terkena skabies, dengan penularan melalui kontak tubuh. 8 Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Gambaran Persepsi Pemenuhan Dasar Personal Hygiene Pada Anak-Anak Jalanan Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Medan Helvetia Daerah Kampung Lalang Medan

11 161 51

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 1 14

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren As-Salam Surakarta 2013.

0 2 15

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 14

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 15

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

1 2 3

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Personal Hygiene pada Penderita Skabies di Pesantren Modern Ta’dib Al-Syakirin Medan Tahun 2016

0 0 24

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI PUTRA PONDOK PESANTREN AL-LUQMANIYYAH YOGYAKARTA SKRIPSI

0 0 14