Pengaruh adalet partisi terhadap stabilitas politik Republik Turki

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

oleh

Mohammad Raivendra NIM: 104022000806

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-17 dan ke-18 berlangsung perubahan situasi yang sangat menonjol dalam sistem Kerajaan Turki Usmani dan desentralisasi kekuasaan secara serius. Berakhirnya Kerajaan Turki Usmani merupakan peristiwa yang kompleks bagi transformasi masyarakat Islam dari sebuah kerajaan menuju negara modern.

Di saat itupun terdapat perubahan penting dalam sejarah Kerajaan Turki Usmani. Berakhirnya ekspansi Kerajaan Turki Usmani, lembaga-lembaga pemerintahan seringkali kehilangan kemampuan militer dan administrasinya. Kerajaan dalam posisi tertekan dengan regresi ekonomi, pemberontakan rakyat, dan beberapa kekalahan militer. Perseturuan panjang terjadi antara pemerintah pusat dengan elit lokal untuk mengontrol pendapatan pajak dari pemerintah pusat kepada kelompok Jannisary, ulama, dan keluarga Kerajaan Turki Usmani yang telah mapan dalam masyarakat setempat. Di sisi pemerintah pusat, meredupnya kekuasaan merupakan dampak dari korupsi yang menggejala di pemerintahan Kerajaan Turki Usmani. Akan tetapi situasi tersebut dalam pandangan penguasa lokal dan pedagang berarti reduksi kekuatan eksploitatif pemerintah pusat, yang memberikan peluang bagi otonomi daerah.

Pada permulaan abad ke-17, Kerajaan Turki Usmani mulai memperdebatkan cara terbaik bagi program restorasi integrasi politik dan efektivitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para pembaharu awalnya


(3)

berlandaskan pada aturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para modernis menganggap bangsa Eropa dalam pendidikan kemiliteran, organisasi, dan administrasi berusaha untuk menciptakan suatu perubahan di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial yang mendukung terbentuknya negara modern. Pada abad ke-18 dan terutama abad ke-19, kelompok modernis muncul dengan terang-terangan, dan akhirnya menjadi pemenang.1

Periode pembaharuan dengan beberapa bukti konkret yang mereka lakukan berawal dari Sultan Salim III yang di antaranya memberlakukan program reformasi yang komprehensif, yang disebut Nizam i-Cedid (“Orde Baru”).2 Program ini menghendaki reformasi pasukan militer, modern, meningkatkan pendapataan sektor pajak, dan pendirian sekolah teknik untuk mendidik kader-kader pemerintahan rezim baru.3

Program-program pembaharuan pun terus berjalan dan berkembang oleh bebeberapa kelompok. Beberapa pemikiran akan konsep pembaharuan tersebut kemudian menjadi kajian penting. Dari masa-masa pembaharuan inilah kemudian muncul era Tanzimat, gerakan Usmani Muda, Turki Muda, dan juga Kemalis. Sebagaimana yang dapat dikaji, bahwa masa-masa inspiratif tersebut satu sama lain memiliki pengaruh paham/ideologi dari era sebelumnya, sehingga memberikan stimulasi ide-ide baru, baik dari sistem pemerintahan maupun aspek

1 Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Jakarta: Logos, 1997), h. 92. Kelompok modernis yang di maksud antara lain ialah Usmani Muda (Yeni Osmanlilar) dan Turki Muda. Lihat, Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 105 dan h. 118.

2

Nizam i-Cedid, Erick Jan Zurcher, mendefinisikan istilah tersebut sebagai program pembaharuan Salim III. Juga nama tentara barunya yang bergaya barat. Lihat, Erik Jan Zurcher,

Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. xiv.

3

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Penerjemah, Ghufron A. Mas‟adi (Jakarta:


(4)

kenegaraan. Maka gerakan pembaharuan ini beberapa di antaranya tak dapat dipungkiri memang berkesinambungan karena dipengaruhi dari periode sebelumnya serta tidak lepas pula pengaruhnya dari pemikiran-pemikiran Barat.

Hingga akhirnya timbullah perubahan besar yang berujung pada titik klimaks yaitu digantinya sistem kekhilafahan Islam kepada aplikasi republik dengan konsep nasionalisme sekulernya Kemal. Westernisasi, sekularisasi, dan nasionalisme itulah yang menjadi dasar pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal.4 Mustafa memulai langkah pembaharuan berikutnya, yaitu dengan menciptakan sebuah instrumen politik baru.5 Pada tanggal 6 Desember 1922, ia mendirikan Partai Rakyat6 dan mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berkomunikasi dengannya secara langsung.7

Pada tanggal 16 April 1923, Grand National Assembly (Majelis Nasional Agung) membubarkan diri kemudian mempersiapkan pengadaan pemilihan umum. Anggota Grand National Assembly baru hasil pemilihan umum memiliki anggota 286 perwakilan dan pada tanggal 11 Agustus 1923 memilih Mustafa Kemal sebagai presiden dan Fethi sebagai perdana menteri (PM). Pada masa ini presiden republik Turki yang juga menjabat sebagai kapala negara memiliki peranan penting, dan lebih mendominasi. Dalam arti bahwa presiden sebagai penentu kebjiakan negara, karena khalifah kemudian diposisikan dalam otoritas keagamaan atau pemimpin keagamaan.8 Dengan ini negara baru Turki berdiri

4 Nasution, Pembaharuan dalam Islam,h. 149.

5 Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 148.

6 Pada tanggal 6 Desember dia mengumumkan untuk pertama kalinya niatnya mengubah Kelompok Perlindungan Hak-hak menjadi sebuah partai politik dengan nama Halk Partisi(Partai Rakyat). Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. 205

7

Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 149. 8

Lihat, Bernard Lewis, The Emergence of Modern Turkey, Second Edition (London, Oxford University Press: 1966; reprint, New York, Oxford University Press: 1968). h. 369-370.


(5)

tidak atas dasar dinasti, kerajaan, maupun agama melainkan atas dasar nation (bangsa) rakyat, dengan ibu kota di tengah-tengah negara Turki, yakni Ankara.9 Upaya pembaharuan pun dilakukan dengan perubahan drastis yang mengguncang masyarakat Turki, yaitu penghembusan kebijakan pada tanggal 1 November 1922 oleh Grand National Assembly untuk menghapuskan kesultanan sebagai resolusi dan menjawab terhadap dualisme kepemimpinan di Turki. Sehingga jabatan khalifah tetap dipertahankan sebagai pemegang jabatan keagamaan tanpa memiliki kekuasaan politik. Walaupun kemudian Mustafa Kemal melihat bahwa jabatan khalifah juga harus dihapuskan dan soal ini dibicarakan oleh Majelis Nasional Agung di bulan Februari 1924. Perdebatan berjalan sengit, tetapi akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, suara di Majelis memutuskan penghapusan jabatan khalifah.10

Pembaruan Kemalis merupakan penerapan adaptasionisme dalam bentuk westernisasi sekuler. Program ini tidak menolak Islam atau menentang agama; agama hanya diturunkan peranannya menjadi nilai personal. Pembaruan Kemalis berusaha untuk menciptakan bentuk Islam individualis modern. Itulah sebabnya mengapa pembaruan bukan hanya menyangkut perkembangan jumlah lembaga sekuler, melainkan juga mendorong perkembangan tanggung jawab yang harus dipikul masyarakat modern. Pembaruan Kemalis dilaksanakan di atas enam prinsip dasar yang menjadi filsafat politik dan dasar Republik Turki. Keenam

prinsip dasar, atau sering disebut “Nilai Kemalis”, adalah; Pertama,

Replubikanisme, kedaulatan dan otoritas politik berdasar keinginan rakyat. Kedua, Nasionalisme, tidak berdasarkan agama dan ras tetapi berdasarkan

9

Ibid., h. 148.


(6)

kewarganegaraan yang sama dan mengabdi kepada cita-cita nasional. Ketiga, Populisme, kesamaan dalam hukum, menolak kepentingan atau persengketaan kelas, dan penyalahgunaan kapitalisme. Keempat, Etatisme, menerima campur tangan negara yang bersifat membangun perekonomian rakyat. Kelima, Sekularisme, menetapkan pemisahan agama dan negara. Keenam, Revolusionisme, menerima transformasi secara permanen.11

Setelah wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938, sebagai penggantinya,

İsmet İnönü dengan perdana menterinya yaitu Mahmut Celal Bayar dari CHP (Cumhuriyet Halk Partisi /Partai Rakyat Republik), kemudian melanjutkan rezim Kemal yang sudah berdiri. Ia membuka jalan baru bagi sebuah sistem politik di Republik Turki. Perkembangan ekonomi yang ada melahirkan beberapa kelompok baru seperti antara lain pengusaha, tuan tanah, dan juga generasi intelektual baru yang membutuhkan jatidiri politik. Demikian halnya sistem perundingan Turki setelah Perang Dunia II yang “dikendorkan” pengawasannya terhadap kegiatan perdagangan dan meningkatkan harapan untuk berpartisipasi di dalam pemerintahan.12 Partai Demokrat (Demokrat Parti) pun diizinkan terbentuk oleh

İsmet İnönü, hal ini dilatar belakangi peranan Amerika Serikat setelah Perang Dunia ke-II sebagai penjaga utama pengamanan politik dan pembangunan ekonomi Turki, juga mengurangi sistem paternalistik dan cenderung kapada

11 Lihat, Siti Maryam, dkk., ed., Sejarah peradaban Islam: dari masa klasik hingga

modern, Cet. Kedua (Yogyakarta: LESFI, 2004), h. 160-161.

12 Perubahan politik dan ekonomi di Turki tahun 1945, memiliki pengaruh dari dunia internasional. Kedekatan Turki dengan Amerika, justru melahirkan upaya demokratisasi. Sehingga

İsmet İnönü menegaskan bahwa sistem politik Turki adalah demokratis parlementer, yang

kemudian pada tanggal 19 Mei 1945, ia menjabarkan dan menjelaskan langkah-langkah untuk membuat rezim itu lebih demokratis. Dari sini pula, hadirlah Undang-undang Distribusi Tanah di bulan Mei 1945, dan melahirkan oposisi dari anggota majelis, yaitu di antaranya Celal Bayar. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 274-275.


(7)

sistem demokrasi multi-partai.13 Partai ini pun berkembang pesat, hingga kemudian memimpin dalam satu dekade (1950-1960) di pemerintahan di bawah pemerintahan perdana menteri Adnan Menderes dari Demokrat Parti, walaupun pada akhirnya inflasi terjadi yang pada akhirnya menyebabkan kekacauan pada pemerintahan.

Pada dekade 1960-an Turki kembali dilanda konflik multi-partai. Konflik ini tidak hanya dimunculkan oleh perkembangan ekonomi yang ganjil, tetapi juga karena meningkatnya differensiasi sosial dan ekonomi, dan meningkatnya kecenderungan kesadaran politik dan aktivisme.14 Pada dekade 1960-an teknokrat yang baru yang terdiri para insinyur dan pekerja pabrik, gerakan pekerja yang berskala besar, dan beberapa kelompok ideologi militan baik dari haluan kanan maupun kiri, telah masuk ke dalam wilayah politik. Partai Rakyat Republik di bawah kepemimpinan Ecevit tampil mewakili elite birokratik, intelektual dan elit teknikal di negeri ini, termasuk di antaranya kaum pekerja pabrik dan beberapa kelompok perkotaan lainnya. Partai Mustafa Kemal mempertahankan orientasi stastisnya bahkan partai ini menjadi partai demokratik sosialis yang menghendaki pengabdian secara professional dan perlindungan industrial. The Justice Party (Adalet Partisi), yang dipimpin oleh Süleyman Demirel,15 merupakan penerus

13

Lihat, Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Penerjemah, Ghufron A. Mas‟adi

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.93.

14 Tahun 1960 merupakan tahun perubahan pesat. Hal inilah yang dianggap menjadi meningkatnya kecendurangan aktivisme dalam poltik. Rakyat menjadi lebih mobil (dinamis), baik secara sosial maupun secara fisik. Populiasi mahasiswa makin berkembang, demikian pula kaum ploretariat industri, kedua unsur tersebut kemudian digunakan oleh Cumhuriyet Halk Partisi/Partai Rakyat Republik (CHP) sebagai landasan kuat bagi partai tersebut. Hal lainnya yang dapat dilihat adalah terbentuknya basis-basis politik dari berbagai kalangan pekerja, industri, kaum religi dan lain sebagainya dalam rangka memperjuangkan hak-hak mereka. Sehingga mendorong membesarnya peranan retorika partai untuk para pemilihnya dan mencari peluang besar untuk di pemilihan umum seperti Türkiye Iş çi Partisi /Partai Pekerja Turki, Adalet Partisi dan lain-lain. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 336-337.

15 Partai Tersebut dipimpin Ragip Gümüşpala hingga wafatnya 1964. Lihat, Erik Jan Zurcher, SejarahModern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka


(8)

bagi Partai Demokrat. Partai ini diorientasikan kepada pengembangan perusahaan swasta skala besar dan perusahaan warga perkampungan. Selain dua partai terbesar ini, muncul pula sejumlah partai sosialis dan Islam sekalipun berskala kecil tetapi sangat berpengaruh.16

Kebanyakan dari partai-partai baru itu tidak berumur panjang, namun tidak diragukan lagi bahwa partai baru yang terpenting adalah Adalet Partisi (Adalet Partisi), yang tujuan utamanya adalah mengadakan rehabilitasi penuh bagi para perwira yang diberhentikan dan orang-orang demokrat yang ditangkap.17 Adalet Partisi (yang selanjutnya disebut AP) memberikan perhatian yang cukup menarik serta progresifitas perolehan suara yang cukup signifikan. Pada Pemilihan Umum tahun 1961, Cumhuriyet Halk Partisi – CHP (Partai Rakyat Republik) hanya mendapat perolehan suara yaitu 3,724,752 suara atau 36,7 persen, dan AP mendapat perolehan suara yang mengejutkan yaitu 3.527.435 atau 34,8 persen tanpa koalisi. Sehingga dapat meraih 158 dari 240 kursi di parlemen. Kemudian Adalet Partisi pun meningkat signifikan dan meraih kemenangan pada Pemilihan Umum tahun 1965, partai tersebut mendapatkan 4.921.235 suara atau 52.87 persen, dengan perolehan 240 kursi dari 450 kursi di parlemen.18

Beberapa faktor yang membuat partai ini dapat langsung berjaya diantaranya karena mampu mengakomodasi dan merekonsiliasi orang-orang eks-Democrat dengan militer. Upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh AP dengan militer ternyata secara tidak langsung memberikan pengaruh signifikan bagi

Utama, 2003),h. 325. Kematian tiba-tiba Ragip membuat perebutan kepemimpinan partai menjadi sengit, hingga akhirnya Süleyman Demirel terpilih pada bulan November sebagai ketua Partai Keadilan. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 331.

16 Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 95-96.

17 Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. 325.

18 “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey


(9)

politik Turki, yaitu terciptanya sebuah stabilitas politik di republik tersebut. Hal ini kemudian dapat menjadi fakta penting yang kemudian dapat dilakukan sebuah penelitian lebih lanjut terhadap AP. Satu faktor lagi, yang juga tidak dapat dipungkiri, bahwa peranan ketua partai pun mempunyai andil besar bagi AP , yaitu Ragip Gumuspala –kemudian dilanjutkan Süleyman Demirel- yang dapat member kontibusi besar bagi AP khususnya, dan bagi Republik Turki pada umumnya, yang salah satu diantaranya memperbaiki hubungan antara militer dengan AP yang juga sebagai penerus DP, hal inilah yang selanjutnya menunjang terhadap stabilitas politik negara.

Atas latar belakang tersebut, maka penulis akan mengangkat tema Adalet Partisi. Kajian inipun disajikan melalui bentuk biografi AP, yang meliputi perajalanan AP di saat periode transisi politik Turki, seperti beberapa faktor yang memengaruhi kemenangan partai, selain itu langkah-langkah yang mendukung langgengnya kepemimpinan partai tersebut dalam pemerintahan dengan rentang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu penulis akan mengangkat profil AP sebagai topik penting dari tema besar di atas sebagai unsur penilitian, yang kemudian penulis kemas melalui penulisan skripsi yang berjudul; PENGARUH ADALET PARTISI TERHADAP STABILITAS POLITIK DI REPUBLIK TURKI.

B.

Batasan dan Perumusan Masalah

Perjalanan AP dapat disimak secara cermat, melalui perjalanan dari partai tersebut yang diklaim sebagai penerus dari Partai Demokrat. Sehingga dengan demikian penelitian ini membatasi masalah AP, yang dimulai dari latar belakang


(10)

berdirinya pada tahun 1961 hingga masa kekalahan partai tersebut pada tahun 1981, begitu pula peranan salah satu tokoh sentral dalam AP.

Dalam perumusan masalah, penulis memberikan beberapa pertanyaan pokok sebagai acuan dalam pembahasan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Apa saja yang melatar belakangi beridirinya Adalet Partisi?

2. Bagaimana Adalet Partisi dapat merebut kekuasaan pemerintahan di Turki?

3. Apa dan bagaimana peranan Süleyman Demirel di Adalet Partisi? 4. Mengapa Adalet Partisi bubar dalam waktu yang singkat?

5. Bagaimana pengaruh Adalet Partisi tehadap stabilitas Politik di Republik Turki?

C.

Lingkup Permasalahan

Adapun aspek lingkup permasalahan dalam tulisan ini, berupaya menyampaikan tentang profil AP, berupa biografi singkat partai, yang dimulai dari latar belakang berdirinya, begitu pula peranannya di pemerintahan bersama dengan Süleyman Demirel yang juga sebagai ketua umum AP, hingga kepada faktor yang mempengaruhi stabilitas politik republik Turki.

D.

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan ini secara garis besar adalah untuk mengetahui riwayat perjalanan Adalet Partisi secara umum. Walaupun demikian, penulisan ini memiliki beberapa unsur spesifik yang diharapkan menjadi tujuan yang akan dicapai sebagai berikut:


(11)

2. Menyimak sejauh mana pengaruh seorang tokoh sentral atau ketua umum di partai politiknya sendiri.

3. Untuk mengetahui hal apa saja yang membuat Adalet Partisi bubar dalam waktu yang singkat.

4. Meneliti seberapa besar pengaruh Adalet Partisi terhadap stabilitas politik di Republik Turki.

5. Sebagai tugas akhir perkuliahan untuk memenuhi persayaratan mendapatkan gelar Sarjana Humaniora.

Adapun penulisan ini pun diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menambah wawasan intelektual, khususnya wawasan kesejarahan, terkait sejarah partai politik di Republik Turki.

2. Menyumbang hasil karya penelitian bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, dan khususnya bagi Fakultas Adab dan Humaniora, terlebih pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

E.

Arti Penting Penelitian

Walaupun sumber-sumber tulisan mengenai tema besar Turki sudah terbilang banyak, akan tetapi penulisan masih melingkupi Kerajaan Turki Usmani hingga menuju Republik Turki secara umum. Masih minimnya sejarah modern Turki, terutama dalam bahasa Indonesia, menjadi sebuah dorongan sekaligus melatarbelakangi untuk diadakannya penulisan ini. Selain itu, tema ini menjadi penting untuk diangkat, melihat di mana pada masa transisi Republik Turki, tidak pelak memberikan banyak informasi-informasi terhadap dinamika pergumulan


(12)

partai politik, yang ternyata bahwa proses tersebut ikut memberikan peran dan pengaruh besar terhadap masa depan demokrasi di Turki.

F.

Landasan Teori

Ranah kajian AP sudah memasuki alur demokrasi, segera setelah peristiwa kemerdekaan. Masa ini adalah masa modernisasi, di mana saat itu pesatnya perkembangan pemikiran dan industri. Faktor yang berpengaruh yaitu berkembangnya sosio-ekonomi maupun politik dan ideologi. Erik J. Zurcher

mendukung periode tersebut dengan menyatakan; “Periode ini sebagian besar

merupakan era pluralism dengan berkembangnya politik massa.”19

Dengan demikian, adanya konsekuensi pendekatan aspek politik dalam penulisan skripsi ini pun diperlukan. Dudung Abdurrahman memberi pandangan, bahwa ada dua mekanisme dalam sebuah penelitian sejarah. Pertama, sejarah melalui karya-karya yang ada ditentukan oleh kejadian politik, perang, diplomasi, dan tindakan-tindakan tokoh politik, maka sejarah identik dengan politik.20 Kedua, apabila politik (polity) itu sendiri diartikan sebagai pola distribusi kekuasaan, maka kajian ilmiah terhadap sejarah politik berarti harus mempelajari hakikat dan tujuan sistem politik itu, hubungan struktural dalam sistem tersebut, pola-pola dari perilaku individu dan kelompok yang membantu menjelaskan bagaimana sistem itu berfungsi, serta perkembangan hukum dan kebijakan-kebijakan sosial yang meliputi: partai-partai politik, kelompok kepentingan, komunikasi dan pendapat umum, birokrasi dan administrasi.21 Oleh karena itu AP

19 Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. xxii 20

Dudng Abdurrahman. Metode Penelitian Sejarah. Cet. II (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.17.


(13)

sebagai lembaga politik modern, dalam pengkajiannya nanti diperlukan pendekatan aspek politik pada umumnya, dan sebagai partai politik khususnya.

Adapun periodesasi AP dari tahun 1960-1970 merupakan era perkembangan politik dari negara Turki. Era tersebut salah satunya terindikasi dari terjadinya transisi sistem politik tradisional dengan mekanisme komunal seperti; satu ras, suku bangsa, bahasa maupun agama, menuju komunitas politik baru dan modern yaitu partai politik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelembagaan baru politik massa merupakan sebuah upaya modernisasi politik dari yang sebelumnya. Ini adalah gagasan penting dari sebuah negara dalam rangka melewati transisi masa perkembangan ke arah kemajuan dan pencapaian idealisme politik. Dengan begitu diperlukan sebuah sosialisasi politik sekaligus etika politik. Samuel P. Huntington memberikan pandangan, bahwa perkembangan politik di masa negara berkembang cukup banyak aspek yang perlu ditinjau, beberapa di antaranya adalah pembangunan politik.22 Dari pembangunan politik ini, ada tiga indeks penting yang harus dipenuhi yakni rasionalisasi wewenang, diferinsiasi struktur, dan perluasan peran serta politik massa.23 Adapun peran serta politik massa dianggap penting di dalam proses modernisasi politik bangsa-bangsa berkembang, mengingat masyarakat adalah sumber kekuasaan politik bagi pemerintah. Mereka mampu membangun sebuah sistem, sehingga dianggap mampu pula untuk ikut ambil bagian di dalam proses berfungsinya sistem tersebut. Maka kemudian, atas dasar analisa tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap kekuatan partai politik terhadap negaranya dalam rangka stabilisasi sistem politik. Demikian pernyataan Samuel P. Huntington di

22

Huntington, P. Samuel. Tertib Politik di dalam Masyarakat yang sedang Berubah,

Buku Kedua. (CV. Rajawali, 1983), h. VII. 23Ibid., h. VII.


(14)

dalam bukunya Tertib Politik di dalam Masyarakat yang sedang Berubah, yang akan digunakan sebagai teori pendukung dalam penulisan skripsi ini yaitu;

Stabilitas sistem politik yang sedang berkembang sangat tergantung kekokohan atas partai politik yang dimiliki.”24

Sehingga kemudian akan dilakukan penulusuran terhadap AP sebagai partai politik yang memang dapat memberikan pengaruh stabilitas politik di Republik Turki.

G.

Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

Dalam hal ini penulis melakukan upaya metodologis dalam proses penelitian yang lazim dilakukan sebagai regulasi umum dalam pembuatannya. Adapun metodologi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik

Penulis mengambil topik tentang peran dan pengaruh dari tema besar tentang profil partai, dirasa menarik untuk dikembangkan, dan menjadi satu kajian khusus tentang studi sebuah partai politik.

2. Heuristik

Teknik pengumpulan sumber ini sebagai upaya pendukung dalam penulisan skripsi ini, untuk mendapatkan informasi tentang topik tersebut. Adapun pengumpulan sumber, penulis melakukan dengan penggunaan bahan dokumen, maka dalam pengumpulan data-data ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (library research), dengan menunjuk kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan skripsi ini. Dapat

24Ibid., h. 630


(15)

melalui buku-buku, majalah, surat kabar, artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Dalam hal ini, penulis mengunjungi beberapa perpustakaan seperti Perustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpusatakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional, dan lain-lain.

3. Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini yang juga harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber maupun kesahihan sumber itu sendiri.

4. Interpretasi (Teknik Analisa Data)

Langkah selanjutnya diadakan interpretasi atau penafsiran, terdiri atas analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dengan tujuan melakukan sintesis (menyatukan) atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan dihubungkan dengan teori, fakta-fakta yang ada disusun ke dalam interpretasi. Terakhir setelah langkah-langkah tadi barulah dilakukan penulisan.

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku: ”Pedoman Akademik 2008-2009”. Diterbitkan oleh Biro Administrasi dan Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008, di mana pada bagian buku tersebut terdapat Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).


(16)

H.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sejauh penelusuran penulis terhadap karya ilmiah yang berkenaan dengan AP masih sangat minim, ini dikarenakan cukup banyak kajian-kajian para ahli maupun peneliti terhadap dampak sekularisasi Turki secara umum. Walaupun demikian memang peninjauan periode setelah Kemal tidak dapat dikatakan sedikit. Salah satu penelitian yang memadai dalam tema skripsi ini adalah karya W.B Sherwood pada tahun 1955 yang ia beri judul The Rise of the Justice Party in Turkey. Diambil dari salah satu kumpulan tulisan Jurnal World Politics, volume 20, No. 1, Tahun 1967. Tulisan ini terdiri atas 12 (duabelas) halaman, menjabarkan aspek-aspek yang memengaruhi kemenangan AP, dan juga menyinggung sosok Süleyman Demirel sebagai faktor yang ikut menyumbang terhadap keberhasilan AP di kancah politik. Tulisan ini pun menyampaikan beberapa gagasan. Di antara gagasan yang menarik adalah bahwa kesuksesan Süleyman Demirel dan AP telah memberikan pengaruh signifikan, bukan hanya bagi masa depan demokrasi Turki, tetapi juga untuk negara berkembang di dunia.

I.

Tinjauan Pustaka

Adalet Partisi dalam tinjauan pustaka tergolong minim meskipun beberapa buku yang berkenaan dengan Turki cukup banyak, dalam hal ini, kajian tentang partai politik di Turki diposisikan dalam pembahasan sejarah modern Turki.

Naskah yang berjudul Adalet Partìsì Program Ve Tüzük (Program dan Peraturan Adalet Partisi), merupakan sumber otentik dan primer tentang AP dalam perihal peraturan serta program-programnya yang juga dikeluarkan oleh partai tersebut. Adapun redaksi buku tersebut menggunakan bahasa Turki, diterbitkan oleh Orijinal Matbaa, pada tahun 1969.


(17)

Selain itu buku lain yang kemudian ditinjau sebagai sumber pendukung atau sekunder lainnya adalah The Quest for Identity karya Feroz Ahmad, diterbitkan tahun 2003, merupakan buku yang melingkupi kronologis perjalanan Turki Usmani yang cukup lengkap. Paparan beliau tentang AP cukup intens, di beberapa alur bab yang dimulai pada bab Pemerintahan Junta hingga di bab-bab selanjutnya, sehingga banyak informasi yang kemudian didapat. Tak heran buku ini pun menjadi perhatian bagi beberapa penulis untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan partai tersebut.

Berikutnya adalah kumpulan tulisan dari berbagai pengamat maupun ahli di bidangnya, yang mereka sampaikan dalam sebuah topik yaitu Turki dalam dunia modern. Buku yang di keluarkan oleh Cambridge University, yang berjudul dalam The Cambridge History of Turkey; In The Modern World merupakan kumpulan tulisan yang diterbitkan pada tahun 2008 dengan editor oleh Resat Kasaba. Adapun topik tentang AP, terfragmentasi dari beberapa tulisan yang ada dalam buku tersebut, dengan kata lain pembahasan tentang AP tidak dikemas dalam satu bab pembahasan, akan tetapi ditulis dari berbagai pandangan dan aspek pada setiap judul karangan tulisan oleh para penulisnya. Walaupun demikian buku ini tampaknya cukup menjadi perhatian khusus, karena bila ditinjau tidak sedikit para penulis menyinggung AP dari berbagai aspek.

J.

Sistematika Penulisan

Pada skripsi ini, penulis membaginya menjadi tiga bagian yaitu; pengantar, hasil penelitian, dan juga kesimpulan. Adapun pada bagian pertama dari penulisan ini, berada pada bab I.


(18)

Bab I, membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, lingkup permasalahan, tujuan serta manfaat penelitian, arti penting penelitian, landasan teori, metode penelitian, tinjauan penelitian terdahulu, survei pustaka serta sistematika penulisan. Kemudian pada bagian hasil penelitian akan disusun ke dalam empat bab, yang meliputi;

Bab II, merupakan tinjauan historis pada AP dan juga pemimpinnya pada yaitu Süleyman Demirel. Penulis akan menjelaskan profil dari partai AP yang dimulai dari latar belakang berdirinya AP, selain itu juga di bab ini akan mengangkat profil salah satu tokoh di balik AP itu sendiri yaitu Süleyman Demirel. Dalam hal ini, Suleyman memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi partai, serta prestasinya menjadi perdana menteri Turki melalui kendaraan politiknya tersebut.

Untuk selanjutnya di bab III, akan menyampaikan bagaimana stabilitas politik di republik Turki. Dalam hal ini, penulis pun akan menjelaskan pula bagaimana partai politik terbentuk sebagai sebuah lembaga politik modern, serta bagaimana hubungan parati politik terhadap stabilitas politik, serta bagaimana dinamika partai politik yang terjadi di republik Turki dari tahun 1921 hingga tahun 1950.

Adapun pada bab IV, adalah uraian terhadap AP yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap stabilitas politik Turki. Dalam pembahasannya, bab ini terdiri dari diantaranya peranan AP dalam pemerintahan, juga hubungan AP dengan militer.


(19)

Pada bagian akhir skripsi, penulis akan menyampaikan kesimpulan dari pembahasan tema tersebut, yang akan disampaikan dalam bab V, dan terdiri atas kesimpulan dan juga saran-saran.


(20)

19

TINJAUAN HISTORIS ADALET PARTISI DAN SÜLEYMAN

DEMIREL

A.

Adalet Partisi

1.

Latar Belakang Berdirinya Adalet Partisi

Kemenangan DP pada pemilihan umum tahun 1950 disambut masyarakat Turki dengan suka cita, ini mencerminkan hancurnya sistem totaliter yang diaplikasikan CHP. Pemerintahan DP dikarakterisasikan oleh integrasi politik dan militer Turki dengan aliansi Barat (Amerika Serikat); perkembangan ekonomi yang pesat (khususnya di luar kota); semakin bergantungnya urusan finansial pada Amerika Serikat.1

Namun kemudian, hubungan yang kurang baik dengan angkatan bersenjata justru sepertinya menjadi ancaman bagi DP sendiri. Fungsionaris DP selalu tidak percaya kepada angkatan bersenjata, karena perwiranya yang terkemuka memiliki jalinan erat dengan rezim lama, khususnya dengan Ismet Pasya, walaupun pada akhirnya dilakukan upaya pemutihan yang dilakukan oleh pihak pemerintah sehingga menciptakan loyalitas di kalangan perwira.2 Akan tetapi upaya untuk loyalitas tidak berjalan efektif hingga akhirnya kudeta pun terjadi, 27 Mei 1960 -sekaligus berakhirnya pemerintahan DP-, unit-unit angkatan bersenjata mengambil alih semua gedung pemerintah baik di Ankara maupun di

1

Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. xxii.


(21)

Istanbul dan menangkap semua menteri termasuk Menderes dan presidennya Celal Bayar.

Kekuasaan pun berada pada Komite Persatuan Nasional (National Unity Committee/Milli Birlik Komitesi) di bawah pimpinan jenderal Cemal Gürsel, yang juga sekaligus menjadi kepala negara, perdana menteri, serta menteri pertahanan.3 Sekalipun Milli Birlik Komitesi (MBK) mempunyai peran penting terhadap kudeta Mei 1960, akan tetapi pada kalangan tertinggi pimpinan militer justru mengkhawatirkan gerakan mereka. Sifat MBK yang independen diindikasikan dapat memandang rendah hierarki militer. MBK pun kemudian disingkirkan pada Oktober 1960 oleh jenderal Cemal Gürsel.

Setelah MBK melakukan upaya kudeta, maka dibentuklah sebuah komite terbatas dari kalangan professor dalam rangka persiapan penyusunan baru konstitusi oleh jenderal Cemal Gürsel.4 MBK pun tersingkir -ini memberikan pandangan bahwa eksistensi golongan-golongan yang menghendaki demokrasi parlementer masih diakui- dinamika dalam komite para profesor tersebut terjadi, atas beberapa hal yang berbeda dalam menyusun rancangan konstitusi maka terpecahlah komite tersebut. Beberapa di antara professor yang keluar adalah Tarik Zafer Tunaya. Salah satu faktornya adalah adanya perselisihan terhadap konsep konstitusi bahwa perlu atau tidaknya pemberian ruang lingkup partai-partai politik baru untuk mengembangkan sistemnya. Walaupun pada akhirnya

3Ibid., h. 319.

4 Lima professor hukum dari Universitas Istanbul. Diketuai Rektornya sendiri, Siddik Sami Onar. Salah satu diantara programnya adalah pembentukan konstitusi dalam rangka legitimasi kudeta yang dilakukan oleh KPN. Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. 319-320.


(22)

rancangan kemudian diserahkan kepada MBK dan disidangkan oleh Majlis Konstituante pada tanggal 6 Januari 1961.5

Naskah yang lahir dari persidangan bertujuan utama untuk pembuatan teks konstitusi baru yang mengupayakan pencegahan terhadap adanya monopoli kekuasaan seperti yang pernah dilakukan oleh DP (dan CHP sebelumnya), dengan cara mengimbangi MNA dengan institusi-institusi lainnya.6 Buah dari regulasi tersebut adalah lahirnya kebijakan untuk penghapusan larangan terhadap aktivitas politik pada tanggal 13 Januari 1960. Partai-partai politik pun diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri dalam pemilihan umum yang akan dilaksanakan tahun 1961.7 Tercatat 11 partai baru yang terdaftar pada saat itu, selain Partai Rakyat Republik dan Partai Nasional Petani Republik.8 Maka pada saat demokrasi kembali dibuka -setelah sempat terbungkam dengan sistem totaliter dari rezim sebelumnya- hadirlah salah satu partai yang cukup menarik perhatian yaitu Adalet Partisi (Justice Party/Adalet Partisi). Ini dikarenakan kebanyakan dari partai-partai baru tersebut tidak berumur panjang karena berbagai hal, namun tidak bagi Adalet Partisi yang terhitung stabil meskipun hanya dalam beberapa periode.9

Adalet Partisi (selanjutnya ditulis AP) telah didirikan dengan restu dari tentara pada tanggal 11 Februari 1961.10 Partai ini mempunyai tujuan utama yaitu

5 Zurcher, Sejarah Modern, h. 323. 6Ibid., h. 324.

7

Ibid., h. 324. 8

Ibid., h. 325.

9 Kendati PK dapat menjadi partai yang dapat melampaui ketegangan politik, Partai Keadilan segera terbukti paling berhasil dalam mengkonsolidasikan dukungan mereka di beberapa provinsi terutama di wilayah barat. Kemudian memenangkan pemilu pada tahun 1961 dengan perolehan persentase suara 34, 8%. Lalu berakhir pada tahun 1971 karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung dan keadaan yang kacau, sehingga berdampak pada kekalahan pada tahun 1973. Lihat, Feroz Ahmad, Turkey: The Quest for Identity (Oneworld: Oxford, 2003), h. 142. Adapun topik ini kemudian akan dibahas pada bab selanjutnya.

10

Resat Kasaba, ed., the Cambridge History of Turkey Volume 4; Turkey in the Modern World (New York: Cambridge University Press, 2008), h. 243.


(23)

mengadakan rehabilitasi penuh bagi para perwira yang diberhentikan dan orang-orang DP yang tertangkap.11 Pemimpin awal dari partai ini sekaligus pendirinya

adalah Ragip Gümüşpala. Ia adalah seorang jendral perwira tinggi yang mempunyai peran dalam kudeta militer tahun 1960.12 Karena sikapnya yang moderat ia bisa meredakan ketegangan antara MBK dan para pendukungnya yang lebih radikal, sehingga ia mempunyai peranan penting dalam rekonsiliasi antara AP (Adalet Partisi) dengan militer.13 AP pun diklaim sebagai penerus DP,14 sebagaimana yang telah disampaikan, meskipun kekuatan DP telah hilang, unsur-unsur kecil tetap ada hingga AP dengan cepat mengkonsolidasi simpatisan DP pada golongan level bawah dari masyarakat terutama di wilayah barat Turki.15

Kematian Gümüşpala pada 5 Juni 196416, membuat AP menghadapi krisis kepemimpinan di tubuh Partai. Süleyman Demirel yang progressif dan moderat tampaknya menjadi kandidat (ini pula yang melandasi kemenangan kaum moderat di dalam personalia AP), sehingga pada akhirnya terpilih dan terbukti memberi masa depan yang cemerlang untuk AP.17 Demirel melambangkan tokoh politik baru Turki karena junta menjadi “bersih” di jajaran atas kepemimpinan politik.18 Selain itu yang juga menjadi hal penting setelah masanya Gumuspala adalah,

11 Zurcher, Sejarah Modern, h. 325. 12

Zurcher, Sejarah Modern, h. 481. 13

Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 325 dan h. 481. 14 Ahmad, Turkey the Quest, h. 33

15 Sherwood, W.B. (1955), the Rise of the Justice Party in Turkey. World Politics, Vol. 20, No. 1 (Oct., 1967), h. 60. Lihat Juga, Kasaba, the Cambridge History, h. 243.

16Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 61.

Lihat juga, Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. 242.

17 “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.html. Lihat juga, Kasaba, the Cambridge History, h. 243.


(24)

prestasinya memenangkan AP dalam pemilihan umum 1965 yang memperoleh suara mutlak (52,9%/53% dan mendapatkan 240 kursi di parlemen/MNA).19

Dari pandangan transisi demokrasi tersebut, maka kemudian ada beberapa faktor pendukung yang melatar belakangi berdirinya AP:

Pertama: Konstitusi 1961, adalah “domain” kuat terhadap lahirnya partai -partai politik, sebagai aplikasi demokrasi dari sebuah sistem totaliter dari - partai-partai terdahulu (PRR dan DP).

Kedua: Meskipun DP telah dibubarkan secara resmi pada tanggal 29 September 1960, namun basis politik dari partai tersebut tetap ada. Sehingga kehancuran DP tidak dapat dikatakan massive (menyeluruh), para official (pejabat) DP tak dapat dibongkar secara organisatoris dalam lingkup mikro serta masih hidupnya ideologi-ideologi demokrat. Mereka telah tersebar di kota-kota besar Turki (sekalipun DP sudah tidak eksis). Hadirnya dua partai “neo

-Demokrat” yaitu Partai Rakyat Baru dan AP yang berporos kanan dapat dijadikan sebagai bukti.20

Ketiga: Adanya dukungan politik dari kelompok tarekat Nurcu dan Naqsyabandi. Ini bukan sesuatu yang baru, -sebagaimana diketahui AP mempunyai hubungan erat dengan DP- dikarenakan DP pun mendapat dukungan yang sama pada saat berjaya, karena mempunyai platform terhadap pendidikan

19 “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.html. Lihat juga, Sejarah Modern, h. 331-332.

20 Dua partai yang lahir pasca periode PD yaitu Partai Turki Baru (New Turkey Party/Yeni Tμrkiye Partisi) dan Partai Keadilan (Justice Party/Adalet Partisi). Dua partai ini

merupakan sisa dari popularitas pemerintahan Demokrat, yang terkonsolidasi dari level akar-rumput dan langsung memimpin perolehan suara 48.5 persen, dari lawannya (RPP) yang hanya 36.7 persen, pada pemilihan umum pada Oktober 1961. Lihat, Resat Kasaba, ed., the Cambridge History of Turkey Volume 4; Turkey in the Modern World (New York: Cambridge University Press, 2008), h. 242. Lihat juga, Feroz Ahmad, Turkey the Quest for Identity, (Oxford: Oneworld, 2003), h. 127.


(25)

serta kesejahteraan masyarakat, sehingga dua kelompok tarekat tersebut menjadi garda terdepan dari DP.21

Keempat: Pengaruh tokoh utama partai serta trackrecord (rekam jejak),

(yakni Ragip Gümüşpala) tak dapat dilepaskan terhadap berdirinya partai tersebut. Gümüşpala, diketahui tidak hanya sebagai purnawirawan jenderal yang memimpin kudeta 1960 (sebagai Panglima Tentara Ketiga), tetapi juga dapat memainkan peranan penting dalam rekonsiliasi AP dengan militer. Keadaan demikian dapat ditinjau secara faktual bahwa partai ini dipandang baik oleh para pendukungnya maupun lawannya.22

2.

Langkah Kemenangan Adalet Partisi dalam Pemilu 1965

Kudeta militer 27 Mei 1960, sekali lagi tak dapat dipungkiri merupakan turning point (titik balik) bagi perubahan sistem demokrasi Turki selanjutnya, bahkan hingga kudeta selanjutnya pada tahun 1971 dan 1980. Bahwa intervensi

kalangan angkatan bersenjata „memberikan” manfaat bagi masa depan politik

Turki yang akan datang, karena dari situ pula diikuti sistem pemilihan dimulai secara efektif.23 Hal ini pula yang kemudian terjadi pasca intervensi militer tahun 1960.

Sebagaimana yang telah disampaikan, pengambilalihan pemerintahan memang dilatarbelakangi oleh tekanan dari pihak pemerintah kepada militer.24 Aspek terpenting dalam peristiwa ini adalah -selain dibentuknya National Unity Committee/Milli Birlik Komitesi (Komisi Persatuan Nasional)- lahirnya

21

M. Hakan Yakuz, Islamic Political Identity in Turkey, (New York: Oxford University Press, 2003), h. 32-33.

22 Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 325. 23

Sabri Sayari dan Yilmaz Esmer ed., Politics, Parties and Elections in Turkey, (London: Lynne Rienner Publishers, 2003) h. 183.


(26)

“Konstitusi Republik Turki 1961”25 pada tanggal 9 Juli 1961. Dari konstitusi ini

pun diperkenalkan konsep Mahkamah Konstitusi.26 Seperti yang kita ketahui sebelumnya, pembuatan teks konstitusi yang baru pun berupaya mencegah adanya monopoli kekuasaan seperti yang pernah dilakukan oleh partai sebelum-sebelumnya (Demokrat Parti dan Cumhuriyet Halk Partisi), sehingga larangan politik pada 13 Januari 1961 dihapuskan mengawali dinamika politik multi partai. Segera setelah itu dibukalah pendaftaran bagi partai yang akan ikut serta pada pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 1961.

Selain Adalet Partisi yang dipimpin oleh Ragip Gümüşpala, partai lainnya seperti Yeni Turkiye Partisi – YTP (Partai Turki Baru) pimpinan Ekrem Alican, tercatat sebagai peserta pemilihan umum tersebut, dua partai ini memiliki basis pemilih dari Demokrat Parti terdahulu. Satu partai lagi yang mengikuti pemilihan umum 1961 sudah tentu partai pimpinan İsmet İnönü, yaitu Cumhuriyet Halk Partisi – CHP (Partai Rakyat Republik), dan partai lainnya yaitu Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi – CKMP (Partai Nasional Petani Republik).27

25

Konstitusi 1961 sebagai pengembangan lebih lanjut daripada konstitusi pada tahun 1924, yaitu merepresentasikan sistem gabungan antara pemerintahan parlementer dengan bentuk/

model sebuah parlemen. Lihat, “Constitution + Foundations of the State System”, artikel di akses

pada 1 Agustus 2010 dari: http://www.turkishconsulategeneral.us/abtturkey/govt/cont.html. Beberapa mekanisme yang lahir dari konstitusi tersebut di antara lain, Peradilan, universitas serta media massa diberi otonomi penuh. Selain itu representasi proporsional diberlakukan untuk mengurangi peluang satu partai meraup terlalu banyak suara dalam majelis. Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. 324.

26 “Constitution + Foundations of the State System”. Lihat juga, Erik Jan Zurcher,

Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 324. Mahkamah Konstitusi bersifat independen. Dapat membatalkan legislasi yang dianggap tidak konstitusional.

27 Partai ini didirikan pada tahun 1948 yang direpresentasikan sebagai kelompok nasionalis radikal. Kemudian partai ini dikenal sebagai partai konservatif, nasionalis, dan mengakomodasi kelas pedesaan. Lihat, Meliha Benli Altunıs¸ık and Özlem Tür, Turkey Challenges of continuity and change, (Oxon: Routledge Curzon, 2005; reprint, New York: Routledge Curzon 2005). h. 33.


(27)

Pemilihan umum pun diselenggarakan pada 15 Oktober 1961. Meskipun demikian, masih ada pula desakan dari MBK untuk para peserta pemilihan umum partai agar menandatangani sebuah protokol. Adapun isi dari protokol tersebut ialah perjanjian bagi seluruh partai yang mengikuti pemilihan umum, tidak menjadikan kudeta 27 Mei 1960 dan penyidangan mantan para politisi Demokrat sebagai isu kampanye.28

Hasil dari pemilihan umum tersebut cukup mencengangkan, AP meraup suara yang cukup signifikan yaitu 34, 8 persen suara, sedangkan CHP hanya

meraih 36, 7 persen suara, sehingga membuat İsmet İnönü sangat kecewa karena

hanya berselisih 1, 9 persen dari partai baru tersebut. Kemudian YTP memperoleh 13, 7 persen, sedikit di bawah perolehan suara CKMP yaitu 14, 0 persen suara.

Dengan demikian pemilihan ini tidak dapat dipungkiri bahwa masih besarnya pengaruh Adnan Menderes, meskipun telah dilakukan penekanan oleh MBK melalui protokol perjanjian juga penyidangan rezim Demokrat Parti. Adnan Menderes pun dieksekusi mati pada tanggal 17 Septermber 1961, ia dituduh terhadap kasus penyimpangan dari konstitusi, didasarkan pada Pasal 146 undang-undang pidana, yang menetapkan bahwa upaya untuk mengubah konstitusi Turki dengan kekarasan atau melenyapkan majelis nasional dengan paksa merupakan suatu pelanggaran. Adnan Menderes dan fungsionaris DP dianggap telah melakukan pelanggaran karena membentuk komisi investigasi terhadap aktivitas-aktivitas CHP dan terhadap kalangan pers tahun 1960.


(28)

Tabel 1

Hasil Pemilihan Umum 196129

Nama Partai Perolehan

Suara

Perolehan Kursi

Persentase Suara

Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) 3,724,752 173 36.7

Adalet Partisi (AP) 3,527,435 158 34.8

Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi (CKMP) 1,415,390 54 14.0

Yeni Turkiye Partisi (YTP) 1,391,934 65 13.7

Independen 81,732 - 0.8

Total Suara Pemilih 10,522,716

Namun disayangkan, dari hasil pemilihan umum 1961 tersebut terjadi sebuah perselisihan. Strategi politik Ragip Gümüspala yang terlihat sungguh jelas terbaca, pencapaian persentase suara Demokrat Parti terdahulu terbilang solid dari kedua partai tersebut (AP dan YTP). Dua partai itu menghasilkan 48,5 persen suara dari masing-masing perolehan, yaitu AP 34, 8 persen dan YTP 13, 7 persen. Dengan demikian pemilihan pada tahun ini terbilang mengecewakan bagi kalangan militer khusunya MBK yang mengeluarkan biaya politik berupa kudeta militer dengan hasil buruk,30 karena niat untuk mengembalikan pemerintahan atas pengawasan masyarakat dan bukan totaliter seperti Demokrat Parti tidak selesai, yang terjadi AP dan YTP sebagai neo-Demokrat ternyata masih memiliki pengaruh yang besar dalam perolehan. Oleh karena itu, perolehan jumlah kedua

29Meliha Benli Altunıs

¸ık and Özlem Tür, Turkey Challenges of continuity and change, (Oxon: Routledge Curzon, 2005; reprint, New York: Routledge Curzon 2005). h. 34.


(29)

partai tersebut yang tergabung – yaitu (34,8 persen dari AP +13,7 persen dari YTP) menjadi 48, 5 persen- memberikan peluang besar bagi AP dan YTP untuk membentuk pemerintahan. Sedangkan CHP (Cumhuriyet Halk Partisi/Partai Rakyat Republik) yang mendapatkan 36,7 persen suara, maka dengan persentase suara tersebut, sudah tentu tidak mencukupi untuk Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) untuk membangun pemerintahan atau pun untuk duduk di Grand National Assembly (Majelis Agung Nasional),31 sehingga langkah yang dilakukan oleh AP dan YTP diangggap mengembalikan kekuatan neo-Demokrat untuk kembali memegang pemerintahan. Dengan demikian jika disimpulkan, meskipun CHP memenangkan pemilihan umum 1961 dengan perolehan 36,7 persen suara, tetaplah tidak dapat membentuk pemerintahan akan karena bergabungnya suara AP dan YTP yang mencapai 48,5 persen suara, jelas ini telah mengalahkan CHP secara strategi.

Koalisi neo-Demokrat (AP dan YTP) pada akhirnya tidak dizinkan oleh MBK untuk membentuk pemerintahan,32 oleh karenanya para perwira mendesak dua partai (CHP dan AP) didesak untuk berkoalisi membentuk pemerintahan yang

dipimpin oleh İsmet İnönü.33 Kabinet pun terbentuk beranggotakan 20 orang pada

20 November 1961.34 Adapun menteri-menterinya yang juga merupakan tokoh CHP antara lain Bülent Ecevit sebagai Menteri Buruh/Tenaga Kerja, Turhan

Feyzioğlu sebagai Menteri Pendidikan.

Tekanan untuk berkoalisi antara CHP dan AP tidak dapat dipungkiri, hal ini menghadirkan ketegangan dari kedua belah pihak. CHP di satu sisi,

31 Feroz Ahmad, Turkey the Quest for Identity, (Oxford: Oneworld, 2003), h. 127. 32

Ibid., h. 127 33

Zurcher, Sejarah Modern, h. 329. 34Ibid., h. 329.


(30)

mengklaim AP sebagai musuh-musuh lama dalam Democrat Parti dengan Ismet

İnönü dan orang-orang Cumhuriyet (Republik), di sisi lain banyak anggota AP pun mencurigai CHP pimpinan İsmet İnönü bersekongkol dengan angkatan bersenjata.35 Hal tersebut wajar terjadi, karena masih adanya ketakutan dari pihak AP (sebagai penerus DP) kepada militer akibat kudeta militer 1960. Faktor lain mengapa koalisi ini tidak cukup efektif adalah karena adanya tekanan dan desakan

secara konstan dari pihak Silâhli Kuvvetler Birliği (Uni Angkatan Bersenjata),36 ini terjadi karena Silâhli Kuvvetler Birliği terlalu banyak mengintervensi pemerintahan dalam berbagai kebijakan seperti program eknomi berencana yang disusun pula oleh pihak Silâhli Kuvvetler Birliği. Koalisi inipun gagal, salah satu penyebabnya adalah masalah pemberian amnesti bagi para mantan politisi AP, seperti Celâl Bayar dan Talât Aydemir.37 Dan pada akhirnya kabinet koalisi antara AP dan CHP pimpinan İsmet İnönü berakhir, yang hanya bertahan selama 6 bulan (10 November 1961 sampai dengan 30 Mei 1962)38 dengan ditandai menarik mundur para menteri AP dari kabinet.39 Ismet İnönü pun kembali membentuk kabinet baru dengan dua partai kecil yaitu Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi/CKMP (Partai Nasional Petani Republik dan Yeni Turkiye Partisi/YTP (Partai Turki Baru). Namun tampaknya kabinet ini pun tidak berjalan efektif,

35

Ibid., h. 329. 36

Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. 242. Silâhli Kuvvetler Birliği (Uni Angkatan Bersenjata), merupakan persatuan angkatan bersenjata yang didirikan oleh para perwira senior sebagai upaya pencegahan tindakan independen dari para perwira muda MBK (Milli Birlik Komitesi/Komisi Persatuan Nasional). Silâhli Kuvvetler Birliği khawatir melihat bahwa sikap

MBK yang terlalu mengintervensi terhadap urusan-urusan yang murni bersifat milter dan khawatir mereka –MBK- memandang rendah hierarki militer. Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),h. 322.

37

Zurcher, Sejarah Modern, h. 330. 38

Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. 242. 39 Zurcher, Sejarah Modern, h. 330.


(31)

salah satu di antaranya karena perbedaan pandangan terhadap proposal pajak tanah.40

Tahun 1963 sepertinya bagi Ismet İnönü merupakan tahun gejolak,41 namun di sisi lain yaitu AP, pada masa ini merupakan peluang untuk konsolidasi partai dengan memperluas basis pemilih. Pada tanggal 25 Desember tahun 1963

Ismet İnönü kembali membentuk pemerintahan koalisi dari kalangan independen, ini dikarenakan sudah tidak ada lagi pihak yang mau bekerja sama dengan pemerintahan Ismet İnönü akibat perselisihan yang terjadi dalam tubuh kabinetnya. 42 Maka satu-satunya jalan untuk melanjutkan pemerintahan adalah membentuk kabinet dari peserta pemilihan umum 1961 yang tersisa yaitu independen. Sementara AP, seiring berjalan pada tahun 1963 hingga tahun 1964 (terhitung tiga tahun setelah pemilihan umum Oktober 1961) menunjukkan kekuatan secara bertahap serta memiliki pengikut yang meningkat.43 Pemilihan lokal pada tahun 1963 di bulan November, merupakan fakta penting di mana AP mendapat kemenangan. AP meraih kemenangan di beberapa wilayah, meskipun AP berada di pos oposisi yang dipimpin oleh Ragip Gümüşpala,44 sehingga partai ini pun menjadi populer pasca pemilihan lokal pada bulan November 1963.45

40

Ibid., h. 330.

41Pada periode tersebut, ketika Ismet İnönü membentuk kembali kabinet terakhirnya di tahun 1963, tanggal 25 Desember. Secara kebetulan terjadi krisis di Siprus pada musim dingin tahun 1963-1964, yaitu Archbishop Makarios, presiden dari Republik Siprus bertekad untuk mengubah konstitusi negara itu dengan membatasi otonomi minoritas warga Turki. Terjadinya

krisis tersebut juga menyumbangkan goyahnya kekuasaan Ismet İnönü di dalam kabinet. Lihat,

Feroz Ahmad, Turkey the Quest for Identity, (Oxford: Oneworld, 2003), h. 127, Lihat juga, Zurcher, Sejarah Modern, h. 336.

42

Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. 242. 43Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 60.

44 Zurcher, Sejarah Modern, h. 330. Ini merupakan era penting dimana AP tercatat dapat

meraih 46 persen suara, daripada CHP yang hanya meraih 37 persen suara. Lihat, Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 60.


(32)

Pada periode yang sama, pergulatan kepemimipinan pun terjadi di tubuh AP. Kematian Jenderal Ragip Gümüşpala pada 5 Juni 1964 mengangkat isu sensitif siapakah yang akan menggantikannya ketika partai ini (AP) mulai prestisius dan diperhitungkan di negara tersebut. Pada awalnya, Sadettin Bilgic, seorang dokter, merupakan calon pengganti Ragip Gümüşpala setelah kematiannya. Ia difavoritkan sebagai kandidat kuat untuk memimpin partai tersebut. Akan tetapi karena tekanan dari kalangan pers bahwa ia seorang konservatif dalam hal politik maupun agama46 sehingga banyak di kalangan tubuh partai khawatir mempengaruhi image partai yang bersifat intelektual dan menjaga relasi dengan militer, akan terganggu jika ia memimpin AP nanti.47 Persaingan dari beberapa pihak tak dapat dihindari, antara lain para perwira militer yang mempunyai hubungan dengan kudeta militer tahun 1960. Namun kemudian Süleyman Demirel di usianya yang ke-44 tahun hadir sebagai kandidat kuat dalam konvensi utama partai pada 27-29 November 1964 dan terpilih sebagai pemimpin Adalet Partisi pada 28 November 1964.48

Pada bulan Maret 1964 pemerintahan Ismet İnönü yang berkoalisi dengan independen mengalami gangguan yaitu terjadinya krisis di Siprus yang juga membuat pemerintahan Ismet İnönü menjadi goyah. Krisis di Siprus terjadi pada musim dingin tahun 1963-1964, yaitu Archbishop Makarios, presiden dari Republik Siprus bertekad untuk mengubah konstitusi negara itu dengan membatasi otonomi minoritas warga Turki. Warga Turki di tekan dan sejumlah

46Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 61, Lihat juga, “Justice Part

(Turkey)”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari:

http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.html.

47Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 61. 48

Süleyman Demirel” artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Süleyman Demirel.html.


(33)

desa warga Turki diserbu. Ismet İnönü kemudian menjawab permasalahn tersebut dengan mengerahkan angkatan udara yang mengelilingi Siprus dan melancarkan akan invasi jika presiden Archbishop Makarios tidak menghentikan tindakannya. Akan tetapi tinadakan invasi yang dilakukan Ismet İnönü justru dicegah oleh Amerika Serikat dalam bentuk sepucuk surat dari Presiden Johnson kepada Perdana Menteri Ismet İnönü. Di dalam surat tersebut presiden Johnson memperingatkan bahwa invasi Turki akan mengakibatkan ikut campurnya Uni Soviet ke dalam konflik itu dan bahwa negara-negara NATO tidak akan secara otomatis memihak Turki seandainya hal itu Terjadi. Surat tersebut kemudian diketahui pers dan menimbulkan gelombang anti-Amerikanisme.49 Akibat kejadian tersebut, pemerintahan Ismet İnönü pun menjadi goyah dan mau tidak mau harus meletakkan jabatannya pada tanggal 13 Februari 1965 karena anggarannya tak disetujui parlemen.50

Sekali lagi, krisis Siprus merupakan faktor utama kegagalan kabinet Ismet

İnönü yang ketiga (25 Desember 1963 - 13 Februari 1965), hal ini dapat dilihat dari tekanan oposisi maupun parlemen yang seakan tidak memberikan

kesempatan bagi Ismet İnönü untuk menjalankan pemerintahannya lagi.51

Menariknya, runtuhnya kabinet Ismet İnönü pun didukung pula oleh tekanan anggota parlemen yang beroposisi yaitu dari pihak Süleyman Demirel. Ia menggulirkan propaganda penolakan terhadap anggaran kabinet Ismet İnönü, menyusun persekutuan kecil dengan Yeni Turkiye Partisi/YTP (Partai Turki Baru) di parlemen (Grand National Assembly) sehingga yang terjadi adalah tidak

49

Zurcher, Sejarah Modern, h. 367. 50

Ibid., h. 331.


(34)

disetujuinya anggaran kabinet tersebut oleh parlemen.52 Kemudian kabinet sementara dibentuk dan diketuai oleh seorang mantan diplomat dan deputi dari kalangan independen, Suat Hayri Ürgüplü, dan Süleyman Süleyman Demirel sebagai Deputi Perdana Menteri.53 Suat Hayri Ürgüplü memerintah hingga sampai pemilihan umum di bulan Oktober nanti. Kabinet tersebut terdiri atas Adalet Partisi/AP, Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi/CKMP (Partai Nasional Petani Republik dan Millet Partisi (merupakan pecahan dari CKMP).54

Pemilihan umum kemudian diadakan pada 10 Oktober 1965. Pada pemilihan umum tersebut, diikuti dua partai baru yaitu Millet Partisi (Partai Nasional) dan Türkiye Iş çi Partisi (Partai Pekerja Turki).55 AP meraih kemenangan mutlak dalam pemilihan itu, dengan memperoleh mayoritas suara 52, 9 persen, sementara perolehan suara partai CHP merosot tajam, hanya mendapat 28, 7 persen. Adapun partai-partai kecil lainnya tak lebih dari 3 persen suara. Millet Partisi, tampaknya menjadi perhatian ketika partai tersebut mendapat persentase suara yang relative banyak yaitu 3,0 persen, di mana partai ini merupakan pecahan dari Cumhuriyetci Koylu Millet Partis yang hanya memperoleh 2,3 persen suara. Selain itu partai Türkiye Iş çi Partisi atau Partai Pekerja Turki pun sebagai partai baru dapat mencapai 6,3 persen suara, walaupun memang kesemuanya (Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi, Türkiye Iş çi Partisi,

52Meliha Benli Altunıs¸ık and Özlem Tür, Turkey Challenges of continuity and change, (Oxon: Routledge Curzon, 2005; reprint, New York: Routledge Curzon 2005). h. 34. Lihat juga,

Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 62.

53 Zurcher, Sejarah Modern, h. 331. Pemerintahan ini terhitung sebagai koalisi ke empat

setelah kabinet Ismet İnönü di bawah wewenang AP, yang diwakili oleh Suat Hayri Ürgüplü.

Pemerintahan ini tetap bertanggung jawab untuk membimbing Turki hingga ke pemilihan umum selanjutnya serta mengembalikan stabilitas politik. Lihat, Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. 243.

54Sherwood, “the Rise of the Justice Party in Turkey”, h. 62. 55

Partai berhaluan sosialis, yang didirikan bulan Februari 1961 oleh sejumlah serikat dagang. Daya penggerak partai tersebut adalah seseorang wartawan, pengacara sekaligus mantan dosen yaitu Mehmet Ali Aybar. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 326.


(35)

Millet Partisi, dan Yeni Turkiye Partisi) hanya memperoleh kurang dari 7 persen suara.

Tabel 2

Hasil Pemilihan Umum 196556

Nama Partai Perolehan

Suara

Perolehan Kursi

Persentase Suara

Adalet Partisi (AP) 4,921,235 240 52.9

Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) 2,675,785 134 28.6

Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi (CKMP) 208,696 11 2.3

Türkiye Iş çi Partisi (TIP) 582,704 31 6.3

Millet Partisi (MP) 276,101 14 3.0

Yeni Turkiye Partisi (YTP) 346,514 19 3.7

Independen 296,523 1 3.2

Total Suara Pemilih 9,748,678

Dari distribusi suara jelaslah bahwa AP berhasil memperoleh dukungan dari Demokrat Parti. Süleyman Süleyman Demirel terbukti sebagai pemenang suara berkualitas tinggi di daerah pedesaan, di mana rakyat dapat mengidentifikasi dengan latar belakangnya dan biasa melihat kariernya sebagai perwujudan harapan-harapan mereka, yaitu menerima berbagai golongan sipil, seperti

56Meliha Benli Altunıs

¸ık and Özlem Tür, Turkey Challenges of continuity and change, (Oxon: Routledge Curzon, 2005; reprint, New York: Routledge Curzon 2005). h. 35.


(36)

pengusaha, birokrat dan lain sebagainya, serta berpola pikir modern.57 Seperti Adnan Menderes sebelumnya, Süleyman Demirel adalah seorang orator yang bias berbicara dengan bahasa rakyat banyak -suatu hal yang tidak pernah bisa dilakukan oleh Ismet İnönü dan para pemimpin politik Kemalis lainnya, atau oleh orang-orang sosialis, misalnya Mehmet Ali Aybar-.58

Pemilihan umum 1965 memberikan catatan penting, pertama, terjadinya transfer kekuatan politik dari CHP yang merepresentasikan elite birokatik – militer dan didukung dengan sekularisme dan weternisasi kepada AP yang merepresantasikan liberalis – tradisional. Kedua, kemenangan AP merupakan periode terakhir dalam pemerintahan koalisi sejak era Ismet İnönü tahun 1961.59 Catatan penting lainnya adalah keikutsertaan partai sosialis yaitu Türkiye Iş çi Partisi (Partai Pekerja Turki), hal ini mempengaruhi pekembangan ideologi politik di Turki untuk masa depan Turki.60

Meskipun begitu, kemenangan AP tidak hanya diraih melalui mekanisme pemilihan formal yaitu pemilihan umum dan berhasil meraih angka yang signifikan atas dasar sebagai partai penerus terdahulu yang populer (Demokrat Parti), tetapi juga perlu dilihat bahwa langkah-langkah dalam berpolitik yaitu; menjaga hubungan baik dengan militer, mengkonsolidasikan basis pemilih, serta membentuk kekuatan di parlemen, dapat dijadikan catatan penting sebagai strateginya untuk meraih kekuasaan politik.

57 Zurcher, Sejarah Modern, h. 332. 58

Ibid., 332. 59Altunıs

¸ık and Özlem Tür, Turkey Challenges, h. 35. 60Ibid., 35-36.


(37)

3.

Sebab-Sebab Kemunduran Adalet Partisi

Pemerintahan Süleyman Demirel (di bawah kepemimpinan presiden Cevdet Sunay) yang secara tidak langsung melegitimasi kekuatan AP, jika diperhatikan hanya efektif hingga tahun 1969. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gejolak politik antara sayap kanan (diwakili oleh Miliyetci Hareket Partisi/Partai Aksi Nasional) dan sayap kiri (diwakili oleh Türkiye Iş çi Partisi/Partai Pekerja Turki) sampai dengan krisis ekonomi pada awal periode tahun 1970. Dampak dari tidak menentunya keadaan negara tersebut mengusik kembali lembaga militer untuk mengembalikan keadaan negara yang lebih baik. Meskipun upaya tersebut (pengambilalihan kekuasaan melalui militer/kudeta) kemudian baru terjadi pada 12 September 1980.

Pemilihan umum tahun 1969 menjadi pertanda buruk bagi AP, di mana ia mengalami penurunan dalam perolehan suaranya. AP mendapatkan 4.229.712 suara dalam pemilihan atau 46,5 persen walaupun tetap mendapatkan kekuatan mayoritas di GNA (Grand National Assembly/Majelis Nasional Agung) yaitu sebanyak 256 kursi.61 Ini merupakan kemenangan AP yang terakhir setelah kemudian pada pemilihan umum berikutnya (tahun 1973 dan tahun 1977) AP tidak dapat mencapai persentase suara lebih dari 50 persen.62 Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Süleyman Demirel yang terlalu ketat kepada berbagai

61 Lihat, Sayari dan Esmer ed., Politics, Parties and Elections in Turkey, h.190. Lihat juga, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334.

62

Peraihan suara AP dalam pemilihan umum menurun drastis pada pemilihan umum yang diadakan tahun-tahun berikutnya. Keadaan ini terjadi salah satu akibatnya adalah kebijakan pemerintahan Süleyman Demirel yang terlalu mengikat bagi kalangan sayap kiri, sehingga mengurangi rasa simpatik bagi kalangan intelektual muda. Pada Pemilihan umum tahun 1973, AP hanya meraih 29,8 persen suara, atau 3.197.897 jumlah suara yang didapat, turun hampir 15 persen dari pemilihan umum 1969. Kemudian pada pemilihan tahun 1977, raihan suara AP hanya naik sedikit dari pemilihan umum sebelumnya yaitu 36,9 persen suara atau 5.468.202 jumlah suara

yang didapat. Lihat, “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey. Lihat juga, Sayari dan Esmer ed., Politics, Parties and Elections in Turkey, h.190.


(38)

media seperti radio dan televisi dengan mengawasi bilamana seringkali mereka bersifat kritis terhadap pemerintahan.63 Sehingga dukungan Süleyman Demirel menjadi lemah bagi kalangan intelektual, keadaan ini pun persis dirasakan oleh Adnan Menderes di DP. Salah satu contoh kebijakan Süleyman Demirel yang dikritik adalah Usaha untuk membersihkan sekolah-sekolah dan universitas-universitas dari guru-guru yang berhaluan sayap kiri.

Adapun penyebab kemunduran AP hingga akhirnya berujung kepada kekalahan -bahkan kemudian terpuruk dan dilarang beraktifitas atau ditutup setelah kudeta milter tahun 1980- dapat dilihat gejala-gejala politik dan ekonomi yang sudah terjadi pada akhir tahun 1960 hingga dekade 1970 (sampai dengan kudeta militer 1980).

Pada awal tahun 1970 negara Turki kembali mengalami ketidakstabilan politik yang seakan menjadi bom waktu. Perubahan aspek sosial-ekonomi, seperti akibat krisis ekonomi yang terjadi mempengaruhi tingkat pendidikan rakyat hanya bisa dicapai 20 persen atau sebanyak 200.000 pelajar yang dapat melanjutkan keperguruan tinggi, selebihnya putus sekolah, dan secara tidak langsung mengurangi tenaga kerja professional. Mengantarkan kepada situasi konflik politik yang membahayakan.64 Fragmentasi politik antar sayap kiri maupun kanan berubah menjadi konflik.

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintahan AP yaitu strategi penggantian produk impor, merupakan faktor terpenting kepada terjadinya krisis. Titik lemah dari kebijakan ekonomi tersebut adalah industri-industri baru yang banyak bergantung kepada barang impor dalam memenuhi keperluan bahan dan

63

Zurcher, Sejarah Modern, h. 334. 64Ibid., 349


(39)

alat produksinya. Akibatnya mekanisme tersebut pun sangat bergantung pada persediaan di luar negeri. Akan tetapi produk-produk Turki di Barat terutama di Eropa mengalami penurunan karena adanya resesi.65 Hal inilah yang mengakibatkan akan berpengaruhnya gejolak sosial dan keamanan yang kemudian melumpuhkan pemerintahan. Sehingga krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1970-an mengakibatkan ketidakstabilan politik dan ekstrimisme politik.66

Akibat krisis ekonomi yang ada, bertambah pula pemuda yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali prospek karier,67 maka kelompok ekstrimis sayap kiri maupun kaum fundamentalis sayap kanan dengan mudah merekrut mereka dan melahirkan pergerakan-pergerakan untuk menguasai pengaruh sayap kiri maupun sayap kanan di jalan-jalan. Perlu diketahui bahwa keadaan tersebut di atas sebetulnya lahir akibat ketegangan politik di Turki, yaitu saling memperebutkan pengaruh antara sayap kanan maupun sayap kiri.

Pada faktanya pemberlakuan konstitusi tahun 1961 yang lebih liberal menghasilkan munculnya pergerakan dan partai-partai yang lebih jauh menyimpang dari pusat politik.68 Pertumbuhan partai sayap kiri yang berkembang pesat pada di tahun 1960-an memang tidak hanya terjadi di Turki saja, tetapi juga berkembang di belahan dunia lain.69 Perkumpulan-perkumpulan yang banyak mengadakan perdebatan pun lahir seperti Fikir Külüpleri Federasyonu (Federasi Himpunan Perdebatan) pada pertengahan tahun 1960-an

65

Zurcher, Sejarah Modern, h. 354-355. Lihat juga, Ahmad, Turkey the Quest for Identity, (Oxford: Oneworld, 2003), h. 125.

66 Zurcher, Sejarah Modern, h. xxii. 67

Ibid., h. 349. 68

Ibid., h. xxii. 69Ibid., h. 338.


(40)

dari para aktifis mahasiswa Türkiye Iş çi Partisi (Partai Pekerja Turki).70 Di sisi lain, beberapa partai maupun kelompok sayap kanan yang konservatif pun ikut menggoyangpemerintahan Süleyman Demirel yang juga merepresentasikan pemerintahan AP. Sejumlah kelompok pemuda ekstrimis, “Serigala Kelabu”71, dan kaum fundamentalis sayap kanan berperang untuk menguasai jalan-jalan raya dan kampus-kampus. Tahun 1969, seorang professor yang terpilih menjadi ketua Himpunan Kamar Dagang dan Industri, Necmettin Erbakan,72 yang juga sebagai juru bicara para pengusaha kecil mengkritik Süleyman Demirel dan AP, karena tunduk kepada perusahaan besar, khusunya kepada pemilik modal asing.73 Süleyman Demirel tampaknya dikenal sebagai tokoh yang melambangkan pro-Barat, sehingga ia menjadi sasaran kritik bagi kedua poros yaitu kiri extrimis dan kanan religius.74

Namun demikian, dari dua penyebab tersebut, satu hal lagi yang sangat mempengaruhi terhadap kemunduran AP adalah problematika internal yang ada di tubuh AP sendiri.75 Dinamika perekonomian Turki yang sedang berlangsung menjadi semakin ironis ketika barisan sayap kanan mulai pecah. Necmettin

70

Ibid., h. 338. 71

Sebuah organisasi pemuda dari partai Milliyetci Harekat Partisi (Partai Aksi Nasional) yang telah mengubah nama dari partai sebelumnya Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi (Partai Petani Nasional Republik pada tahun 1969. Serigala Kelabu atau dalam bahasa Turki disebut

“Bozkurtlar”, diambil dari mitologi Turki pra-Islam. Sebagaimana partai induknya, kelompok pemuda ini memposisikan dirinya di sayap kanan. Mereka mulai berkampanye untuk mengintimadasi para mahasiswa sayap kiri, para pelajar, wartawan, pedagang buku dan politikus pada bulan Desember 1968. Mereka mempunyai misi menguasai jalan-jalan (dan kampus-kampus) di wilayah kiri. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334.

72

Professor yang juga sebagai anggota dalam Adalet Partisi. Namun kemudian Necmettin Erbakan keluar dari partai tersebut pada tahun 1969 dan terpilih untuk GNA (Grand National Assembly /Majelis Agung Nasional) sebagai anggota independen bagi wilayah Konya. Pada 25 Januari 1970 ia bersama dua orang independen lainnya, membentuk partai sendiri yaitu MNP (Milli Nizam Partisi/ Partai Orde Nasional). Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 341. Lihat Juga, Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. xvii.

73 Zurcher, Sejarah Modern, h. 341.

74 “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.


(41)

Erbakan sebagaimana diketahui mendirikan sebuah partai yaitu MNP (Milli Nizam Partisi/ Partai Orde Nasional) pada tanggal 25 Januari 1970. Lalu disusul oleh Ferruh Bozbeyli,76 ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua MAN, serta AP bersama 40 orang wakil dan senator pada tahun Desember 1970, karena menolak anggaran belanja negara, selanjutnya mendirikan Demokratik Parti.77

Menjelang awal 1971, pemerintahan Süleyman Demirel menjadi lemah akibat ditinggalkan oleh orang-orang partainya. Sementara itu ia pun tak berdaya untuk mencegah serangan ke kampus-kampus dan jalan-jalan dan tampaknya tidak memiliki harapan lagi untuk mendapatkan legislasi (perencanaan/rancangan undang-undang) yang serius bagi reformasi sosial atau finansial yang dikeluarkan majelis.

Pada tanggal 12 Maret 1971 masing-masing Kepala Staf Jendral Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara menyerahkan memorandum kepada Presiden Turki Cevdet Sunay.78 Memorandum tersebut secara tidak langsung adalah ulitimatum dari angkatan bersenjata, yang kemudian disampaikan oleh Presiden Turki di GNA (Grand National Asssembly/Majelis Nasional Agung).

76 Menjadi Ketua GNA (Grand National Assembly/ Majelis Nasional Agung) ia juga seorang dan merupakan anggota penting dari Adalet Partisi. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 473.

77 Ada 26 orang yang telah keluar dari Adalet Partisi kemudian mendirikan Demokartik Parti (Partai Demokrat) pada tanggal 18 Desember 1970. Para pendirinya termasuk Sadettin Bilgiç, Ferruh Bozbeyli, Nilüfer Gürsoy, (Anak perempuan Mahmud Celâl Bayar yang juga salah

seorang tokoh pendiri Demokrat Parti tahun 1946) Neriman Ağaoğlu, Yüksel and Mutlu

Menderes (anak dari Adnan Menderes). Pada tanggal 23 Desember 1970 Ferruh Bozbeyli terpilih menjadi presiden partai tersebut, dan Bilgiç and Yüksel Menderes, keduanya terpilih sebagai wakil

presiden partai. Lihat, Fulan, “Turkey, a Chronology of Important Political Events, 1683-1980”,

artikel diakses pada 25 Juli 2010 dari: www. . Lihat juga, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334 dan 473.

78 Cevdet Sunay ialah Presiden ke-5 Republik Turki, menggantikan Cemal Gürsel akibat meninggal sakit pada tahun 1966. Ia pun menjadi presiden pada tanggal 28 Maret 1966 hingga ke pemilihan umum 1973. Pernah menjadi kepala staf jendral setelah kudeta militer tahun 1960 sampai dengan tahun 1966. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 495.


(42)

Ultimatum tersebut menuntut pembentukan segera sebuah pemerintahan yang kuat dan handal yang akan mampu mengakhiri anarki yang ada, dan melaksanakan reformasi dengan semangat/sesuai Kemalis. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, angkatan bersenjata akan melaksanakan tugas konstitusionalnya dan akan mengambil alih kekuasaan.79 Dengan keadaan tersebut, Süleyman Demirel pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri, sehingga pemerintahan AP pun berakhir.80 Meskipun begitu Süleyman Demirel tetap memperingatkan partainya untuk tetap tengan dan bersikap waspada.

Pada tanggal 19 Maret 1971, Professor Nihat Erim81 ditunjuk menjadi perdana menteri oleh presiden Cevdet Sunay, dari partai CHP, lalu membentuk kabinet barunya pada tanggal 26 Maret 1971.

Bila diperhatikan upaya intervensi militer hanya sebatas melalui memorandum militer yang merupakan ultimatum bagi pemerintahan Süleyman Demirel. Langkah bijak militer ini dikarenakan angkatan bersenjata tidak mau mengambil alih kekuasaan karena mereka tahu bahwa kerusakan yang bakal terjadi oleh tindakan seperti itu.82 Selain itu, mereka hampir tidak bisa campur tangan dalam membuat memorandum-memorandum dan ultimatum-ultimatum untuk menjaga agar politikus tetap rukun tanpa kehilangan kredibilitas mereka, yang dengan demikian peluang para politikus secara gradual meningkat.83 Walaupun demikian, intervensi militer tetap terjadi pada periode berikutnya, berbagai hal yang di antaranya adalah masalah undang-undang, kemelut ekonomi,

79 Zurcher,

Sejarah Modern, h. 342.

80

Ibid., h. 342.

81 Mengajar di Universitas Ankara, sebagai professor sejak tahun 1942, seorang CHP (Cumhuriyet Halk Partisi/Partai Rakyat Republik) atau “Republikan” yang konservatif. Pernah bertugas di majelis konstitusional tahun 1960. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 478.

82

Zurcher, Sejarah Modern, h. 345. 83Ibid., h. 345-346.


(43)

dan sistem politik yang tampaknya betul-betul mengalami jalan buntu. Sehingga pada akhirnya para kepala staf jenderal perlahan-lahan tidak lagi mempercayai terhadap kemampuan politisi untuk mengurus negara secara efisien, yang membuat mereka kembali melakukan kudeta militer pada 12 September 1980.84 Angkatan bersenjata mengumumkan bahwa kekuasaan politik telah diambil alih dan kabinet pun dibubarkan. Militer melakukan upaya pemutusan hubungan secara radikal dengan masa lalu, hal ini dilakukan demi menyelematkan demokrasi dan membersihkan sistem politik terdahulu. Dengan demikian maka tidak ada tempat bagi para mantan politikus, kebijakan ini di implementasikan melalui keputusan bahwa partai-partai lama, secara resmi ditutup tanggal 16 Oktober 1980.85

B.

Süleyman Demirel

1.

Süleyman Demirel di dalam Adalet Partisi

Dalam tema ini, sebagai tokoh sentral pendukung perjalanan AP maka penulis mengambil tokoh yaitu Süleyman Demirel. Ada beberapa pertimbangan faktual yang dapat dijadikan analisa, bahwa Demirel cukup memengaruhi perjalanan serta prestasi AP di Turki, meskipun di satu sisi, Ragip Gümüşpala sebagai tokoh utama sekaligus pendiri partai ini. Ia merupakan politisi yang paling penting bagi Turki modern, yang telah menjadi perdana menteri selama lima periode (1965-1971, 1975-1977, 1977-1978, 1979-1980, dan 1991-1993), dan telah menjabat sebagai presiden kesembilan Turki (1993-2000). Di mana ia

84

Ibid., h. 357-359. 85Ibid., h. 373.


(1)

Bozbeyli, mengantarkan dukungan AP semakin melemah, memcahkan massa partai.

5. Upaya rekonsisliasi trehadap militer, rekrutmen pendukung melalui berbagai elemen masyarakat serta tampilnya tokoh baru yang mewakili aspirasi rakyat, yang telah dilakukan AP, ternyata terbukti memberikan dampak positif bagi perpolitikan Turki. Stabilitas Politik yang terlahir melalui langkah-langkah yang telah dilakukan AP, menunjukan bahwa partai tersebut memang dapat memberikan pengaruh besar bagi Republik Turki.

B.

Saran

1. Perlunya sumber-sumber yang memadai, merupakan faktor penting dalam proses penelitian tentang sejarah Turki modern. Hal ini diharapkan menjadi perhatian kepada pihak perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Perpustakaan Adab dan Humaniora. Sehingga dapat memberikan kemudahan bagi para peniliti selanjutnya untuk menambah sumber referensinya.

2. Penulis mengakui dalam proses penelitian mengalami kendala dalam mengakses jurnal-jurnal ilmiah nasional dan internasional, demi menelusuri informasi tentang partai ini. Ke depannya, penulis berharap, khususnya untuk Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dapat berupaya untuk mensosialisasikan serta pelayanan yang baik terhadap akses-akses jurnal ilmiah baik nasional maupun international.


(2)

3. Penulis menyadari bahwa di dalam proses penulisan tentang AP ini, masih banyak mengalami kekurangan. Selain itu, masih jarang pula karya ilmiah yang berkenaan tentang AP secara utuh terutama dalam bahasa Indonesia, sehingga penilis berharap perlu dilakukan kajian komprehensif bagi siapapun terhadap partai tersebut selanjutnya, demi memberikan informasi dengan baik dan lengkap terhadap AP.


(3)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Abdurrahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: LogosWacana Ilmu, 1999.

Ahmad, Feroz. The Making of Modern Turkey. First Published. London; Routledge, 1993, First Published.

Ahmad, Feroz, Turkey the Quest for Identity, Oxford: Oneworld, 2003.

Ali, A. Mukti, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Jakarta: Djambatan, 1994.

Altunıs¸ık, Meliha Benli and Tür, Özlem, Turkey Challenges of continuity and change, Oxon: Routledge Curzon, 2005; reprint, New York: Routledge Curzon 2005.

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama: 2002.

Frey, Frederick W, The Turkish Political Elite, Massachusetts: The Massachusetts Intitute of Technology, 1965.

Lewis, G. L, Turkey. New York: Frederick A. Preaker, 1995.

Hanioglu, M. Sukru, The Young Turks in opposition, New York: Oxford University Press, 1995.

Huntington, P. Samuel, Tertib Politik di dalam Masyarakat yang sedang Berubah, (Buku Kedua) CV. Rajawali, 1983. Cet. Pertama.

Indonesian Netherlands Coorpration in Islamic Studies (INIS), “Beberapa Kajian Indonesia dan Islam”, Jakarta: INIS, 1990.

Kanra, Bora. Islam, Democracy and Dialogue in Turkey, Deliberating in Divided Societies, England: Ashgate, 2009.

Kartodirdjo, Sartono, Sarwono Puspoputro, (ed.), Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Kasaba, Resat, (ed), the Cambridge History of Turkey Volume 4; Turkey in the Modern World, New York: Cambridge University Press, 2008.

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Buku Kedua, Penerjemah Ghufron


(4)

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, Buku Pertama, Penerjemah Ghufron

A. Mas‟adi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.

Lewis, Bernard, The Emergence of Modern Turkey, London, Oxford University Press: 1966; Second Edition reprint, New York, Oxford University Press: 1968.

Michael, Rush, Pengantar Sosiologi Politik, Alih Bahasa: Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, Cet. Kedua.

Mughni, A. Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos, 1997 Nasuhi, Hamid. dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi), Jakarta: CeQDA, 2007. Cet. Kedua.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Cet. Kedua.

Sayari, Sabri dan Esmer, Yilmaz (ed), Politics, Parties and Elections in Turkey. London: Lynne Rienner Publishers, 2003.

Sodiqin, Ali. dkk, Siti Maryam. (ed), Sejarah Peradaban Islam; dari Masa Klasik hingga Masa Modern, Yogyakarta: 2002, Penerbit LESFI.

Usmaniah, dalam Harun Nasution, ed., Ensiklopedi Islam, Jakarta: Departemen Agama, 1993. Jilid 3.

Yakuz, M. Hakan, Islamic Political Identity in Turkey, New York: Oxford University Press, 2003.

Zucher J., Erik, Sejarah Modern Turki, Penerjemah, Karsidi Diningrat R, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI

Fernandes, Arya. “Keberhasilan Adalet ve Kalkinma Partisi: AKP Dalam Politik Turki.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2008.

Gözüküçk, Yusuf. “Rethinking The Turkish Center-Right in 1990s: Erosion or Replacement? The Case of The National Action Party.” Master Thesis Department of Political Science and Public Administration Bilkent University Ankara, 2001.


(5)

JURNAL

C.H. Dodd, The Devolepment of Turkish Democracy, British of Middle Eastern Studies, Volume. 19, No. 1 (1992): h. 16-30

W.B., Sherwood, The Rise of the Justice Party in Turkey. World Politics, Volume. 20, No. 1 (October 1967): h. 54-65.

Ergun Özbudun, The Institutional Decline of Parties in Turkey, Political Parties and Democracy, Chapter 3 (April 2001): h. 238-266.

WEBSITE

“Constitution + Foundations of the State System”, artikel diakses pada 1 Agustus 2010 dari: http://www.turkishconsulategeneral.us/abtturkey/govt/cont.html “History of Turkish Presidential Elections”, artikel diakses pada 16 Maret 2010

dari:

http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Turkish_Presidential_Elections.h tm

“List of Presidents of Turkey”, artikel di akses pada 3 Desember 2010 dari:

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Presidents_of_Turkey

“List of Prime Minister of Turkey”, artikel di akses pada 3 Desember 2010 dari:

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Prime_Ministers_of_Turkey

“President of Turkey”, artikel di akses pada 3 Desember 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/President_of_Turkey

“Prime Minister of Turkey”, artikel di akses pada 3 Desember 2010 dari:

http://en.wikipedia.org/wiki/Prime_Minister_of_Turkey

“Süleyman Demirel”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/ Süleyman Demirel .html

“Süleyman Demirel”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari:

http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3404701733.html

Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 23 Maret 2010 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.html

Momayezi, Nasser. “Civil-Military Relations in Turkey.” Artikel diakses pada16 Maret 2010 dari http://www.tamiu.edu/~nmomayezi/Civil.htm


(6)

Solihat, Ade. “Kemalism, Budaya dan Negara Turki.” Artikel di akses pada 5 Februari 2010 dari: http://www.fib.ui.ac.id/index/article:kemalisme-budaya-dan-negara-turki.php.htm

“Grand Vizier: Facts, Discussion Forum and Encyclopedia Article”, artikel

diakses pada 10 Januari 2011 dari

http://www.absoluteastronomy.com/topics/Grand_Vizier