1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad ke-17 dan ke-18 berlangsung perubahan situasi yang sangat menonjol dalam sistem Kerajaan Turki Usmani dan desentralisasi kekuasaan
secara serius. Berakhirnya Kerajaan Turki Usmani merupakan peristiwa yang kompleks bagi transformasi masyarakat Islam dari sebuah kerajaan menuju negara
modern. Di saat itupun terdapat perubahan penting dalam sejarah Kerajaan Turki
Usmani. Berakhirnya ekspansi Kerajaan Turki Usmani, lembaga-lembaga pemerintahan seringkali kehilangan kemampuan militer dan administrasinya.
Kerajaan dalam posisi tertekan dengan regresi ekonomi, pemberontakan rakyat, dan beberapa kekalahan militer. Perseturuan panjang terjadi antara pemerintah
pusat dengan elit lokal untuk mengontrol pendapatan pajak dari pemerintah pusat kepada kelompok Jannisary, ulama, dan keluarga Kerajaan Turki Usmani yang
telah mapan dalam masyarakat setempat. Di sisi pemerintah pusat, meredupnya kekuasaan merupakan dampak dari korupsi yang menggejala di pemerintahan
Kerajaan Turki Usmani. Akan tetapi situasi tersebut dalam pandangan penguasa lokal dan pedagang berarti reduksi kekuatan eksploitatif pemerintah pusat, yang
memberikan peluang bagi otonomi daerah. Pada permulaan abad ke-17, Kerajaan Turki Usmani mulai
memperdebatkan cara terbaik bagi program restorasi integrasi politik dan efektivitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para pembaharu awalnya
berlandaskan pada aturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para modernis
menganggap bangsa Eropa dalam pendidikan kemiliteran, organisasi, dan administrasi berusaha untuk menciptakan suatu perubahan di bidang pendidikan,
ekonomi, dan sosial yang mendukung terbentuknya negara modern. Pada abad ke- 18 dan terutama abad ke-19, kelompok modernis muncul dengan terang-terangan,
dan akhirnya menjadi pemenang.
1
Periode pembaharuan dengan beberapa bukti konkret yang mereka lakukan berawal dari Sultan Salim III yang di antaranya memberlakukan program
reformasi yang komprehensif, yang disebut Nizam i-Cedid “Orde Baru”.
2
Program ini menghendaki reformasi pasukan militer, modern, meningkatkan pendapataan sektor pajak, dan pendirian sekolah teknik untuk mendidik kader-
kader pemerintahan rezim baru.
3
Program-program pembaharuan pun terus berjalan dan berkembang oleh bebeberapa kelompok. Beberapa pemikiran akan konsep pembaharuan tersebut
kemudian menjadi kajian penting. Dari masa-masa pembaharuan inilah kemudian muncul era Tanzimat, gerakan Usmani Muda, Turki Muda, dan juga Kemalis.
Sebagaimana yang dapat dikaji, bahwa masa-masa inspiratif tersebut satu sama lain memiliki pengaruh pahamideologi dari era sebelumnya, sehingga
memberikan stimulasi ide-ide baru, baik dari sistem pemerintahan maupun aspek
1
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki Jakarta: Logos, 1997, h. 92. Kelompok modernis yang di maksud antara lain ialah Usmani Muda Yeni
Osmanlilar dan Turki Muda. Lihat, Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 105 dan h. 118.
2
Nizam i-Cedid, Erick Jan Zurcher, mendefinisikan istilah tersebut sebagai program
pembaharuan Salim III. Juga nama tentara barunya yang bergaya barat. Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki
. Penerjemah, Karsidi Diningrat R Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. xiv.
3
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam , Penerjemah, Ghufron A. Mas‟adi Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1999, h.73.
kenegaraan. Maka gerakan pembaharuan ini beberapa di antaranya tak dapat dipungkiri memang berkesinambungan karena dipengaruhi dari periode
sebelumnya serta tidak lepas pula pengaruhnya dari pemikiran-pemikiran Barat. Hingga akhirnya timbullah perubahan besar yang berujung pada titik
klimaks yaitu digantinya sistem kekhilafahan Islam kepada aplikasi republik dengan konsep nasionalisme sekulernya Kemal. Westernisasi, sekularisasi, dan
nasionalisme itulah yang menjadi dasar pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal.
4
Mustafa memulai langkah pembaharuan berikutnya, yaitu dengan menciptakan sebuah instrumen politik baru.
5
Pada tanggal 6 Desember 1922, ia mendirikan Partai Rakyat
6
dan mengundang seluruh kalangan terpelajar untuk berkomunikasi dengannya secara langsung.
7
Pada tanggal 16 April 1923, Grand National Assembly Majelis Nasional Agung membubarkan diri kemudian mempersiapkan pengadaan pemilihan
umum. Anggota Grand National Assembly baru hasil pemilihan umum memiliki anggota 286 perwakilan dan pada tanggal 11 Agustus 1923 memilih Mustafa
Kemal sebagai presiden dan Fethi sebagai perdana menteri PM. Pada masa ini presiden republik Turki yang juga menjabat sebagai kapala negara memiliki
peranan penting, dan lebih mendominasi. Dalam arti bahwa presiden sebagai penentu kebjiakan negara, karena khalifah kemudian diposisikan dalam otoritas
keagamaan atau pemimpin keagamaan.
8
Dengan ini negara baru Turki berdiri
4
Nasution, Pembaharuan dalam Islam,h. 149.
5
Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 148.
6
Pada tanggal 6 Desember dia mengumumkan untuk pertama kalinya niatnya mengubah Kelompok Perlindungan Hak-hak menjadi sebuah partai politik dengan nama Halk Partisi Partai
Rakyat. Lihat, Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 205
7
Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 149.
8
Lihat, Bernard Lewis, The Emergence of Modern Turkey, Second Edition London, Oxford University Press: 1966; reprint, New York, Oxford University Press: 1968. h. 369-370.
tidak atas dasar dinasti, kerajaan, maupun agama melainkan atas dasar nation bangsa rakyat, dengan ibu kota di tengah-tengah negara Turki, yakni Ankara.
9
Upaya pembaharuan pun dilakukan dengan perubahan drastis yang mengguncang masyarakat Turki, yaitu penghembusan kebijakan pada tanggal 1 November 1922
oleh Grand National Assembly untuk menghapuskan kesultanan sebagai resolusi dan menjawab terhadap dualisme kepemimpinan di Turki. Sehingga jabatan
khalifah tetap dipertahankan sebagai pemegang jabatan keagamaan tanpa memiliki kekuasaan politik. Walaupun kemudian Mustafa Kemal melihat bahwa
jabatan khalifah juga harus dihapuskan dan soal ini dibicarakan oleh Majelis Nasional Agung di bulan Februari 1924. Perdebatan berjalan sengit, tetapi
akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, suara di Majelis memutuskan penghapusan jabatan khalifah.
10
Pembaruan Kemalis merupakan penerapan adaptasionisme dalam bentuk westernisasi sekuler. Program ini tidak menolak Islam atau menentang agama;
agama hanya diturunkan peranannya menjadi nilai personal. Pembaruan Kemalis berusaha untuk menciptakan bentuk Islam individualis modern. Itulah sebabnya
mengapa pembaruan bukan hanya menyangkut perkembangan jumlah lembaga sekuler, melainkan juga mendorong perkembangan tanggung jawab yang harus
dipikul masyarakat modern. Pembaruan Kemalis dilaksanakan di atas enam prinsip dasar yang menjadi filsafat politik dan dasar Republik Turki. Keenam
prinsip dasar, atau sering disebut “Nilai Kemalis”, adalah; Pertama, Replubikanisme, kedaulatan dan otoritas politik berdasar keinginan rakyat.
Kedua, Nasionalisme, tidak berdasarkan agama dan ras tetapi berdasarkan
9
Ibid., h. 148.
10
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 151.
kewarganegaraan yang sama dan mengabdi kepada cita-cita nasional. Ketiga, Populisme, kesamaan dalam hukum, menolak kepentingan atau persengketaan
kelas, dan penyalahgunaan kapitalisme. Keempat, Etatisme, menerima campur tangan negara yang bersifat membangun perekonomian rakyat. Kelima,
Sekularisme, menetapkan
pemisahan agama
dan negara.
Keenam, Revolusionisme, menerima transformasi secara permanen.
11
Setelah wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938, sebagai penggantinya, İsmet İnönü dengan perdana menterinya yaitu Mahmut Celal Bayar dari CHP
Cumhuriyet Halk Partisi Partai Rakyat Republik, kemudian melanjutkan rezim Kemal yang sudah berdiri. Ia membuka jalan baru bagi sebuah sistem politik di
Republik Turki. Perkembangan ekonomi yang ada melahirkan beberapa kelompok baru seperti antara lain pengusaha, tuan tanah, dan juga generasi intelektual baru
yang membutuhkan jatidiri politik. Demikian halnya sistem perundingan Turki sete
lah Perang Dunia II yang “dikendorkan” pengawasannya terhadap kegiatan perdagangan dan meningkatkan harapan untuk berpartisipasi di dalam
pemerintahan.
12
Partai Demokrat Demokrat Parti pun diizinkan terbentuk oleh İsmet İnönü, hal ini dilatar belakangi peranan Amerika Serikat setelah Perang
Dunia ke-II sebagai penjaga utama pengamanan politik dan pembangunan ekonomi Turki, juga mengurangi sistem paternalistik dan cenderung kapada
11
Lihat, Siti Maryam, dkk., ed., Sejarah peradaban Islam: dari masa klasik hingga modern,
Cet. Kedua Yogyakarta: LESFI, 2004, h. 160-161.
12
Perubahan politik dan ekonomi di Turki tahun 1945, memiliki pengaruh dari dunia internasional. Kedekatan Turki dengan Amerika, justru melahirkan upaya demokratisasi. Sehingga
İsmet İnönü menegaskan bahwa sistem politik Turki adalah demokratis parlementer, yang kemudian pada tanggal 19 Mei 1945, ia menjabarkan dan menjelaskan langkah-langkah untuk
membuat rezim itu lebih demokratis. Dari sini pula, hadirlah Undang-undang Distribusi Tanah di bulan Mei 1945, dan melahirkan oposisi dari anggota majelis, yaitu di antaranya Celal Bayar.
Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 274-275.
sistem demokrasi multi-partai.
13
Partai ini pun berkembang pesat, hingga kemudian memimpin dalam satu dekade 1950-1960 di pemerintahan di bawah
pemerintahan perdana menteri Adnan Menderes dari Demokrat Parti, walaupun pada akhirnya inflasi terjadi yang pada akhirnya menyebabkan kekacauan pada
pemerintahan. Pada dekade 1960-an Turki kembali dilanda konflik multi-partai. Konflik
ini tidak hanya dimunculkan oleh perkembangan ekonomi yang ganjil, tetapi juga karena meningkatnya differensiasi sosial dan ekonomi, dan meningkatnya
kecenderungan kesadaran politik dan aktivisme.
14
Pada dekade 1960-an teknokrat yang baru yang terdiri para insinyur dan pekerja pabrik, gerakan pekerja yang
berskala besar, dan beberapa kelompok ideologi militan baik dari haluan kanan maupun kiri, telah masuk ke dalam wilayah politik. Partai Rakyat Republik di
bawah kepemimpinan Ecevit tampil mewakili elite birokratik, intelektual dan elit teknikal di negeri ini, termasuk di antaranya kaum pekerja pabrik dan beberapa
kelompok perkotaan lainnya. Partai Mustafa Kemal mempertahankan orientasi stastisnya bahkan partai ini menjadi partai demokratik sosialis yang menghendaki
pengabdian secara professional dan perlindungan industrial. The Justice Party Adalet Partisi, yang dipimpin oleh Süleyman Demirel,
15
merupakan penerus
13
Lihat, Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam , Penerjemah, Ghufron A. Mas‟adi
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, h.93.
14
Tahun 1960 merupakan tahun perubahan pesat. Hal inilah yang dianggap menjadi meningkatnya kecendurangan aktivisme dalam poltik. Rakyat menjadi lebih mobil dinamis, baik
secara sosial maupun secara fisik. Populiasi mahasiswa makin berkembang, demikian pula kaum ploretariat industri, kedua unsur tersebut kemudian digunakan oleh Cumhuriyet Halk PartisiPartai
Rakyat Republik CHP sebagai landasan kuat bagi partai tersebut. Hal lainnya yang dapat dilihat adalah terbentuknya basis-basis politik dari berbagai kalangan pekerja, industri, kaum religi dan
lain sebagainya dalam rangka memperjuangkan hak-hak mereka. Sehingga mendorong membesarnya peranan retorika partai untuk para pemilihnya dan mencari peluang besar untuk di
pemilihan umum seperti T
ürkiye Iş çi Partisi Partai Pekerja Turki, Adalet Partisi dan lain-lain. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 336-337.
15
Partai Tersebut dipimpin Ragip Gümüşpala hingga wafatnya 1964. Lihat, Erik Jan Zurcher, SejarahModern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R Jakarta: Gramedia Pustaka
bagi Partai Demokrat. Partai ini diorientasikan kepada pengembangan perusahaan swasta skala besar dan perusahaan warga perkampungan. Selain dua partai
terbesar ini, muncul pula sejumlah partai sosialis dan Islam sekalipun berskala kecil tetapi sangat berpengaruh.
16
Kebanyakan dari partai-partai baru itu tidak berumur panjang, namun tidak diragukan lagi bahwa partai baru yang terpenting adalah Adalet Partisi Adalet
Partisi, yang tujuan utamanya adalah mengadakan rehabilitasi penuh bagi para perwira yang diberhentikan dan orang-orang demokrat yang ditangkap.
17
Adalet Partisi yang selanjutnya disebut AP memberikan perhatian yang cukup menarik
serta progresifitas perolehan suara yang cukup signifikan. Pada Pemilihan Umum tahun 1961, Cumhuriyet Halk Partisi
– CHP Partai Rakyat Republik hanya mendapat perolehan suara yaitu 3,724,752 suara atau 36,7 persen, dan AP
mendapat perolehan suara yang mengejutkan yaitu 3.527.435 atau 34,8 persen tanpa koalisi. Sehingga dapat meraih 158 dari 240 kursi di parlemen. Kemudian
Adalet Partisi pun meningkat signifikan dan meraih kemenangan pada Pemilihan Umum tahun 1965, partai tersebut mendapatkan 4.921.235 suara atau 52.87
persen, dengan perolehan 240 kursi dari 450 kursi di parlemen.
18
Beberapa faktor yang membuat partai ini dapat langsung berjaya diantaranya karena mampu mengakomodasi dan merekonsiliasi orang-orang eks-
Democrat dengan militer. Upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh AP dengan militer ternyata secara tidak langsung memberikan pengaruh signifikan bagi
Utama, 2003, h. 325. Kematian tiba-tiba Ragip membuat perebutan kepemimpinan partai menjadi sengit, hingga akhirnya Süleyman Demirel terpilih pada bulan November sebagai ketua Partai
Keadilan. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern Turki, h. 331.
16
Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, h. 95-96.
17
Erik Jan Zurcher, Sejarah Modern Turki. Penerjemah, Karsidi Diningrat R Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 325.
18
“Justice Part Turkey”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http:en.wikipedia.orgwikiJustice_Party_Turkey
politik Turki, yaitu terciptanya sebuah stabilitas politik di republik tersebut. Hal ini kemudian dapat menjadi fakta penting yang kemudian dapat dilakukan sebuah
penelitian lebih lanjut terhadap AP. Satu faktor lagi, yang juga tidak dapat dipungkiri, bahwa peranan ketua partai pun mempunyai andil besar bagi AP ,
yaitu Ragip Gumuspala –kemudian dilanjutkan Süleyman Demirel- yang dapat
member kontibusi besar bagi AP khususnya, dan bagi Republik Turki pada umumnya, yang salah satu diantaranya memperbaiki hubungan antara militer
dengan AP yang juga sebagai penerus DP, hal inilah yang selanjutnya menunjang terhadap stabilitas politik negara.
Atas latar belakang tersebut, maka penulis akan mengangkat tema Adalet Partisi. Kajian inipun disajikan melalui bentuk biografi AP, yang meliputi
perajalanan AP di saat periode transisi politik Turki, seperti beberapa faktor yang memengaruhi kemenangan partai, selain itu langkah-langkah yang mendukung
langgengnya kepemimpinan partai tersebut dalam pemerintahan dengan rentang waktu yang ditentukan. Oleh karena itu penulis akan mengangkat profil AP
sebagai topik penting dari tema besar di atas sebagai unsur penilitian, yang
kemudian penulis kemas melalui penulisan skripsi yang berjudul; PENGARUH ADALET PARTISI TERHADAP STABILITAS POLITIK DI REPUBLIK
TURKI.
B. Batasan dan Perumusan Masalah