Tinjauan Umum Ganti Rugi

77

BAB IV PEMBERIAN GANTI KERUGIAN ATAS PENGADAAN TANAH UNTUK

KEPENTINGAN UMUM

A. Tinjauan Umum Ganti Rugi

Ganti rugi dapat ditinjau dari 2 dua sudut, yaitu dari sudut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata KUHPerdata dan dari sudut Undang-Undang Pokok Agraria UUPA , yaitu : Pertama, Menurut KUHPerdata tinjauan tentang ganti rugi meliputi persoalan yang menyangkut, apa yang dimaksud dengan ganti rugi itu, bilamana ganti rugi itu timbul dan apa yang ukuran dari ganti rugi itu serta bagaimana peraturannya dalam undang-undang. Dalam Pasal 1243 KUHPerdata dirumuskan : Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui tenggang waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan ketentuan tersebut, bahwa ganti kerugian itu adalah karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila debitur setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalamn tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Artinya ganti rugi itu Universitas Sumatera Utara 78 adalah kerugian yang timbul karena debitur melakukan wanprestasi, kerugian itu wajib diganti oleh debitur terhitung sejak ia dinyatakan lalai. Selanjutnya KUHPerdata menegaskan bahwa ganti rugi itu terdiri dari tiga unsur yaitu : biaya, rugi dan bunga, kecuali wanprestasi itu dapat dibuktikan karenad adanya overmacht dan tidak ada itikad buruk dari debitur. Ganti rugi yang dapat dituntut penggantiannya adalah atas rugi yang dideritanya dan keuntungan yang sedianya harus dinikmatinya. 63 Biaya, rugi, dan bunga dalam Bahasa Belanda disebut kosten, schaden en intresten.Yang dimaksud dengan biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak.Rugi atau kerugian adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan debitur yang diakibatkan oleh kelalalian debitur atau wanprestasi.Sedangkan yang dimaksudkan dengan bunga adalah rugi yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. 64 Walaupun debitur telah melakukan wanprestasi lalai diharuskan membayar ganti rugi kepada kreditur, namun undang-undang masih memberikan pembatasan-pembatasan yaitu : dalam hal ganti rugi yang bagaimana yang seharusnya dibayar oleh debitur atas tuntutan kreditur. Pembatasan-pembatasan ini sifatnya sebagai perlindungan undang-undang 63 Lihat, pasal 1244, debitur harus dihukum untuk mengganti biaya kerugian dan bunga, bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan suatu hal yang tak terduga , tak dapat dipertanggung jawabkan kepadanya, walaupun tidak ada itikad buruk padanya. Pasal 1245, tak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan atau melakukan suatu perbuatan terlarang baginya. 64 R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1984, hal. 47. Universitas Sumatera Utara 79 terhadap debitur dari perbuatan sewenang-wenang pihak kreditur.Pembatasan-pembatasan tersebut adalah debitur hanya diwajibkan mengganti biaya, kerugian dan bunga yang diharapkan atau sedianya dapat diduga pada waktu perikatan diadakan kecuali tidak dipenuhinya sedianya dapat diduga pada waktu perikatan diadakan kecuali tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan karena tipu daya yang dilakukannya.Bahkan jika tidak dipenuhinya disebabkan tipu daya debitur maka penggantian biaya kerugian dan bunga, yang menyebabkan kreditur menderita kerugian dan kehilangan keuntungan, hanya mencakup hal-hal yang menjadi akibat langsung dari tidak dilaksanakannya perikatan itu. 65 65 Lihat, Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUHPerdata Kedua, dalam UUPA yang berkaitan dengan pencabutan hak atas tanah, diatur dalam Pasal 18 yang berbunyi : Untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dan rakyat hak- hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang sebelumnya disebut pembebasan tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.Salah satu kunci yang kelihatannya juga menentukan dalam perbuatan hukum di atas itu adalah yang berkenaan dengan ganti rugi dalam pelepasan hak atau pembebasan tanah itu merupakan imbalan sebagai pengganti nilai tanah yang diserahkan oleh pemilik atau pemegang hak atas tanah. Universitas Sumatera Utara 80 Pasal 1 butir 11 Perpress No. 36 Tahun 2005 merumuskan ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik danatau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, danatau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Dan hal ini juga merupakan asas universal sebagaimana telah dituangkan antara lain dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1973, Keppres No 53 Tahun 1989, Inpres No. 9 Tahun 1993, dan Keppres No. 55 Tahun 1993. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ganti rugi adalah merupakan suatu imbalan suatu imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada di atasnya, terhadap tanah yang telah dilepas atau diserahkan. Dengan adanya pemberian ganti rugi ini, maka pemegang hak atas tanah akan kehilangan hak atas tanah dan bangunan yang ada di atasnya tersebut.

B. Bentuk dan Dasar Ganti Rugi dalam Pengadaan Tanah