PERMASALAHAN TUJUAN PENULISAN MANFAAT PENULISAN Tinjauan Pustaka

7

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan mengenai pengadaan tanah dan perkembangannya? 2. Apakah yang menjadi kriteria dan pengertian dari kepentingan umum dalam pengadaan tanah? 3. Bagaimanakah proses pemberian ganti kerugian yang dilaksanakan dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai pengadaan tanah dan perkembangannya. 2. Untuk mengetahui apa kriteria dan pengertian dari kepentingan umum dalam pengadaan tanah. 3. Untuk mengetahui bagaimana proses dari pemberian ganti kerugian yang dilaksanakan dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

D. MANFAAT PENULISAN

Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan dalam hal ini adalah : a. Manfaat Teoritis Secara teoritis menambah literatur mengenai perkembangan hukum agraria dalam kaitannya dengan pemberian ganti kerugian atas hak milik dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum. b. Manfaat Praktis Universitas Sumatera Utara 8 1 Memberikan tambahan wawasan atau pengetahuan kepada masyarakat mengenai bidang pertanahan. 2 Memberikan penjelasan mengenai proses pengadaan tanah demi kepentingan umum beserta pemberian ganti kerugian yang adil dan yang layak.

E. Tinjauan Pustaka

1 Pengertian Tanah dan Tinjauan Umum mengenai Hak-hak atas Tanah Pengertian tanah menurut kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka Departeen Pendidikan dan Kebudayaan, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tanah 9 Hukum tanah di Indonesia mengalami perombakan pada saat diberlakukannya UUPA pada tanggal 24 September 1960, sehingga dapat adalah lapisan permukaan bumi yang di atas sekali.Sedangkan dalam Hukum tanah, sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh Undang-Undang Pokok Agraria. Dalam Pasal 4 dinyatakan bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. 9 http:kbbi.web.idindex.php?w=juang3Csup3E13C2Fsup3E, dikutip pada 14 September 2016, pukul 17.55 Universitas Sumatera Utara 9 dikatakan bahwa pada tanggal tersebut muncul pembaharuan Hukum Tanah yang berlaku di Indonesia. 10 2 Hak-hak atas Tanah Pada dasarnya Hak atas tanah lahir dan mengikat pihak-pihak yang melaksanakan perbuatan hukum yang menciptakan hak tersebut serta pihak ketiga, yang saat mana Hak Atas Tanah dibukukan pada buku tanah melalui kegiatan pendaftaran tanah. Dalam Pasal 4 ayat 1 UUPA, menyatakan adanya macam-macam hak atas tanah yang diberikan kepada masyarakat, baik secara individu maupun secara bersama-sama yang didasarkan pada hak menguasai Negara. Pasal-pasal yang mengatur hak-hak atas tanah sebagai lembaga: Pasal-pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak-hak atas tanh adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. 1 Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai dimaksud dalam Pasal 2, ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh morang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. 2 Hak-hak atas tanah dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan untuk kepentingan yang langsung 10 Aminuddin Salle, dkk. Hukum Agraria, AS Publishing, Makassar, 2010, hal 13. Universitas Sumatera Utara 10 berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum yang lebih tinggi. Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam Pasal 4 di atas ditentukan dalam pasal 16 ayat 1, yang bunyinya sebagai berikut : Hak-hak atas tanah sebagai dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 ialah : a Hak milik b Hak guna usaha c Hak guna bangunan d Hak pakai e Hak sewa f Hak membuka tanah g Hak memungut hasil hutan h Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53. Dari segi asal tanahnya, hak atas tanah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 11 1 Hak atas tanah yang bersifat primer : Merupakan hak atas tanah yang berasal dari tanah Negara.Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara, Hak Pakai Atas Tanah Negara. 11 Urip Santoso, Hukum Agraria hak-hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm.89. Universitas Sumatera Utara 11 2 Hak atas tanah yang bersifat sekunder Merupakan tanah yang berasal dari tanah pihak lain. Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Guna Bangunan atas Tanah Pengelolaan, Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak Milik, Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan, Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik, Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak Gadai Gadai Tanah, Hak Usaha Bagi Hasil Perjanjian Bagi Hasil Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian. Masing-masing dari hak tersebut akan diuraikan sebagai berikut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 16 ayat 1 dimana antara lain : 1 Hak Milik 12 Menurut Pasal 20 ayat 1 UUPA hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6, yaitu semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Hak milik atas tanah dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hak Milik bersifat turun-menurun maksudnya bahwa Hak Milik atas tanah tersebut tidak hanya berlangsung selama hidup pemegang Hak milik atas tanah, tetapi dapat juga dilanjutkan oleh ahli warisnya apabila pewaris meninggal dunia, oleh karena itu Hak Milik jangka waktunya tidak terbatas. Hak Milik bersifat terkuat maksudnya bahwa Hak Milik merupakan induk dari macam hak atas tanah lainnya dan dapat dibebani 12 Ibid., hlm. 159. Universitas Sumatera Utara 12 oleh hak atas tanah lainnya, seperti Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.Hak Milik bersifat terpenuh maksudnya Hak Milik menunujuk luas wewenang yang diberikan kepada pemegang Hak Milik dalam menggunakan tanahnya baik untuk usaha pertanian maupun untuk mendirikan bangunan. Hak Milik bersifat turun temurun, terkuat dan terpenuh bukan berarti bahwa Hak Milik merupakan hak yang mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat.Hal ini Ini dimaksudkan untuk membedakan Hak Milik dengan hak-hak atas tanah lainnya yang dimiliki oleh individu. Dengan kata lain, Hak Milik merupakan hak yang paling kuat dan paling penuh diantara hak-hak atas tanah lainnya. Yang menjadi subjek dari hak milik adalah yang terdapat dalam Pasal 21 UUPA, antara lain : a Warga Negara Indonesia b Oleh pemerinah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya c Orang asing yang sesudah berlakunya undang-undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta karena perkwinan, demikian pula warga Negara Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya undang-undang ini kehilangan kewarganegaraannya wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak dilepakan, Universitas Sumatera Utara 13 maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain uang membebaninya tetap harus berlangsung. d Selama seseorang di samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah dengan hak milik dan baginya berlaku ketentuan dalam ayat 3 Pasal ini. Berdasarkan ketentuan tersebut maka hanya warga negara Indonesia tunggal yang dapat mempunyai Hak Milik, orang asing tidak diperbolehkan untuk mempunyai Hak Milik.Orang asing dapat mempunyai tanah dengan Hak Pakai yang luasnya terbatas. Terjadinya hak milik diatur melalui beberapa cara antara lain : a Melalui hukum adat yang diatur dalam peraturan pemerintah; b Penetapan pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah menurut cara dan syarat-syarat yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah; c Ketentuan undang-undang. Hapusnya hak milik lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 27 UUPA antara lain : a Tanahnya jatuh kepada Negara yang disebabkan pencabutan hak untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat. Penyebab yang kedua adalah penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya, sedangkan yang ketiga Universitas Sumatera Utara 14 karena tanah diterlantarkan. Penyebab yang terakhir adalah karena ketentuan Pasal 21 ayat 3 dan Pasal 26 ayat 2 ; b Tanahnya musnah. 2 Hak Menguasai Negara Hak menguasai tanah oleh negara bersumber dari kekuasaan yang melekat pada negara, sebagaimana tercermin dalam ketentuan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Selanjutnya dalam penjelasannya dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok pokok kemakmuran rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.Pernyataan tersebut menjelaskan dua hal, yaitu bahwa secara konstitusional Negara memiliki legitimasi yang kuat untuk menguasai tanah sebagai bagian dari bumi, namun penguasaan tersebut harus dalam kerangka untuk kemakmuran rakyat. Pasal 2 UUPA yang merupakan aturan pelaksanaan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dijelaskan pengertian hak menguasai Sumber daya alam oleh Negara sebagai berikut : i. Atas dasar ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Universitas Sumatera Utara 15 Hak menguasai Negara tersebut dalam ayat 1 pasal ini memberikan wewenang untuk : a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa. c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. ii. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat 2 pasal 33, digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan kesejahteraan, kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur. iii. Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah, swasta dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan yang berlaku. Berdasarkan pasal 2 UUPA dan penjelasannya tersebut, menurut konsep UUPA, pengertian “dikuasai” oleh Negara bukan berarti “dimiliki”, melainkan hak yang memberi wewenang kepada Negara untuk menguasai Universitas Sumatera Utara 16 seperti hal tersebut diatas. 13 Isi wewenang Negara yang bersumber pada hak menguasai SDA oleh Negara tersebut semata-mata bersifat publik yaitu, wewenang untuk mengatur wewenang regulasi dan bukan menguasai tanah secara fisik dan menggunakan tanahnya sebagaimana wewenang pemegang hak atas tanah yang “bersifat pribadi”. 14 Wewenang Negara untuk mengatur hubungan hukum antara orang-orang termasuk masyarakat hukum adat dengan tanah terkait erat hubungan hukum antara tanah dengan negara.Hukum yang mengatur pengakuan dan perlindungan tersebut sangat diperlukan untuk memberi jaminan kepastian hukum kepada masyarakat agar hak-hak atas tanahnya tidak dilanggar oleh siapapun.Oleh Karena itu, sangat tidak tepat jika melihat hubungan Negara dengan tanah terlepas dengan hubungan antara masyarakat hukum adat dengan tanah ulayatnya dan hubungan antara perorangan dengan tanahnya. Ketiga hubungan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dan merupakan hubungan yang bersifat “tritunggal”. Hal ini dipertegas dalam pasal 9 ayat 2” tiap-tiap warga Negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya”. 15 13 Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaanya, Djambatan, hlm .234 14 Istilah” Bersifat Pribadi” menyatakan bahwa, sifat pribadi hak individual menunjukkan kepada kewenangan pemegang hak untuk menggunakan tanah yang bersangkutan bagi kepentingan dan dalam memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya. 15 Budi Harsono, Op.Cit.,hlm.7. ubungan hukum antara Negara dengan tanah melahirkan hak Universitas Sumatera Utara 17 menguasai tanah oleh Negara, Hubungan antara masyarakat hukum adat dengan tanah ulayatnya melahirkan hak ulayat, dan gabungan antara perorangan dengan tanah melahirkan hak-hak perorangan atas tanah. 16 16 Pasal 2 UUPA, Parlindungan AP, dalam bukunya Komentar atas undang- undang pokok agrarian, alumni, bandung, h.11 idealnya hubungan ketiga hak tersebut hak menguasai tanah oleh Negara, hak ulayat dan hak perorangan atas tanah terjalin secara harmonis dan seimbang. Artinya, ketiga hak itu sama kedudukan dan kekuatannya, dan tidak saling merugikan. Namun peraturan perundang-undangan di Indonesia memberi kekusaan yang besar dan tidak jelas batas-batasnya kepada Negara untuk menguasai semua tanah yang ada diwilayahnya Indonesia. Sebagai contoh, berdasar Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang “Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan” dan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang “Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan”, dalam pemberian Hak Guna Usaha HGU, dan kuasa pertambangan yang diberikan diatas tanah ulayat, menyebabkan hilangnya sebagian tanah-tanah ulayat masyarakat hukum adat. Demikian pula dengan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang “Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Benda- Benda Yang Ada Diatasnya” dan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang “Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum” yang diganti oleh Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang “Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Universitas Sumatera Utara 18 Untuk Kepentingan Umum”, terjadi pengambilan tanah perorangan secara paksa oleh pemerintah.

F. Metode Penelitian