83
C. Cara penetapan dan Yang Berhak Menerima Ganti Rugi
1. Cara Penetapan Ganti Rugi
Penentuan tentang besarnya ganti rugi jika ditinjau dari sudut hukum perdata seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah, bahwa
ganti rugi dapat ditentukan berupa penggantian biaya, rugi, dan bunga yang nyata-nyata telah atau sedianya dapat diduga sebelum perikatan
dilahirkan.Kerugian tersebut adalah merupakan akibat langsung dari wanprestasi.
68
Khusus mengenai perjanjian yang prestasinya berhubungan dengan pembayaran dengan sejumlah uang, ganti rugi hanya dapat dituntut
semata-mata karena terlambatnya prestasi dilaksanakan.Kerugian hanya terdiri dari bunga yang ditentukan oleh undang-undang.
69
1 Di dalam mengadakan penafsiranpenetapan mengenai besarnya ganti rugi,
Panitia Pembebasan Tanah harus mengadakan musyawarah dengan para pemilikpemegang hak atas tanah danatau bendatanaman yang ada di
atasnya berdasarkan harga umum setempat. Ketentuan ganti rugi terhadap pelepasan atau penyerahan hak atas
tanah dapat dilihat antara lain dalam PMDN No.15 Tahun 1975 dan Keppres no.55 Tahun 1993. Berdasarkan Pasal 6 PMDN No.15 Tahun
1975 ditentukan sebagai berikut :
2 Dalam menetapkan besarnya ganti rugi harus diperhatikan pula tentang :
a. Lokasi dan faktor-faktor strategis lainnya yang dapat mempengaruhi harga
tanah. Demikian pula dalam menetapkan ganti rugi atas bangunan dan
68
A.P. Parlindungan, Op.Cit.hal.34.
69
Lihat, Pasal 1246, 1247 dan 1248 KUHPerdata
Universitas Sumatera Utara
84 tanaman harus berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Dinas Pekerjaan UmumDinas Pertanian setempat; b.
Bentuk ganti rugi berupa uang, tanah dan atau fasilitas-fasilitas lain; c.
Yang berhak atas ganti rugi itu ialah mereka yang berhak atas tanahbangunantanaman yang ada di atasnya, dengan berpedoman kepada
hukum adat setempat, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan- ketentuan dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan kebijaksanaan
pemerintah. 3
Panitia Pembebasan Tanah berusaha agar dalam menentukan besarnya ganti rugi terdapat kata sepakat di antara para anggota panitia dengan
memperhatikan perbedaan tafsiran ganti rugi di antaranya para anggota panitia itu, maka yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari tafsiran
masing-masing anggota. 4
Pelaksanaan pembebasan tanah harus dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.
5 Keputusan Panitia Pembebasan Tanah mengenai besarbentuknya ganti
rugi tersebut disampaikan kepada instansi yang memerlukan tanah, para pemegang hak atas tanah dan para anggota panitia yang turut mengambil
keputusan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
menentukan besarnya ganti rugi harus dilakukan musyawarah melalui proses atau kegiatan saling memperhatikan kehendak antara pemegang hak atas
tanah dan Panitia Pembebasan Tanah untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. Dan dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
85 penafsiranpenetapan besarnya ganti rugi panitia diharapkan benar-benar
mengusahakan tercapainya persetujuan kedua belah pihak berdasarkan musyawarah serta dengan memperhatikan harga umum setempat dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi harga tanah. Menurut Pasal 1 ayat 3 PMDN No.15 Tahun 1975 yang dikatakan
sebagai harga umum setempat adalah harga dasar yang ditetapkan secara berkala oleh panitia.
Menurut Keppres No. 55 Tahun 1993, cara penentuan ganti rugi pelepasan hak atas tanah berbeda dengan yang diatur dalam PMDN No. 15 Tahun 1975.
Pasal 15 Keppres No. 55 Tahun 1993, menegaskan bahwa dasar dan cara perhitungan ganti rugi ditetapkan atas dasar :
a. Harga tanah yang didasarkan atas nilai nyata atau sebenrnya, dengan
memperhatikan nilai jual obyek Pajak Bumi dan Bangunan yang terakhir untuk tanah yang bersangkutan;
b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab di bidang bangunan; c.
Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.
Selanjutnya dalam Pasal 16 Peraturan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 ditentukan pula :
1 Panitia memberikan penjelasan kepada kedua belah pihak sebagai bahan musyawarah untuk mufakat, terutama mengenai ganti rugi
harus memperhatikan hal-hal berikut :
Universitas Sumatera Utara
86 a.
Nilai tanah berdasarkan nilai nyata atau sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan
NJOP tahun terakhir untuk tanah yang bersangkutan; b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah; 1
Lokasi tanah 2
Jenis hak atas tanah 3
Status penguasaan tanah; 4
Peruntukan tanah; 5
Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah;
6 Prasarana yang tersedia;
7 Fasilitas dan utilitas;
8 Lingkungan;
9 Lain-lain yang mempengaruhi harga tanah
c. Nilai taksiran bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah; 2
Pemegang hak atas tanah dan pemilik bangunan, tanaman danatau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan atau
wakil yang ditunjuk menyampaikan keinginannya mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi;
3 Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah menyampaikan
tanggapan terhadap keinginan pemegang hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dengan mengacu kepada unsur-unsur
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1;
Universitas Sumatera Utara
87 4
Ganti rugi diupayakan dalam bentuk yang tidak menyebabkan perubahan terhadap pola hidup masyarakat dengan
mempertimbangkan kemungkinan dilaksanakannya alih pemukiman ke lokasi yang sesuai.
2. Kriteria Pemberian Ganti Rugi
Yang berhak menerima ganti rugi bukan hanya pemilik yang melepaskan atau menyerahkan hak atas tanah melainkan juga pemilik
bangunan, tanaman, dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah yang bersangkutan. Karena di dalam masyarakat bisa saja pemilik tanah
sekaligus sebagai pemilik bangunan dan tanaman dan bisa juga pemilik tanah berbeda dengan pemilik bangunan maupun tanaman serta benda-
benda yang di atasnya. Dalam upaya pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum ada perbedaan antara pemberian ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah dengan mereka yang tidak mempunyai
hak atas tanah, tetapi menempatimemakai tanah yang akan dibebaskan. Bagi mereka yang tidak mempunyai hak atas tanah akan diberikan
uang santunanuang pesangon. Besarnya uang pesangonsantunan yang diberikan kepada yang memakai tanah tanpa suatu hak ditetapkan oleh
panitia menurut pedoman yang di tetapkan oleh BupatiWalikotamadya.
70
Terhadap tanah yang digarap tanpa izin yang berhak atau kuasanya, penyelesaian dilakukan berdasarkan Undang-undang no. 51 Prp Tahun
70
Lihat, Pasal 20 1 dan 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 1994, tentang ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden
RI No. 55 Tahun 1993
Universitas Sumatera Utara
88 1960, tentang Larangan Pemakaian Tanpa Izin Yang Berhak Atay
Kuasanya.
71
Jika kita mengacu pada Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 jo. Peraturan Menteri Agraria No.1 Tahun 1994, maka bagi mereka yang
tidak memiliki tanda bukti hak atas anah, apabila tanahnya diambil untuk pembangunan kepentingan umum maka mereka tidak berhak atas ganti
rugi tersebut. Mereka ini hanya berhak atas uang santunan, yang besarnya ditentukan oleh BupatiWalikotamadya.Taksiran nilai tanah mmenurut
jenis hak untuk tanah hak milik yang belum bersertifikat dinilai 90 sembilan puluh persen.
Berdasarkan ketentuan ini, maka bagi mereka yang menguasai tanah tanpa izin yang berhak atau kuasanya tidak diberikan
ganti rugi, namun harus diselesaikan secara musyawarah dan memberikan uang pesangonsantunan kepada mereka.
72
Kebijakan yang memberikan wewenang pada BupatiWalikotamadya untuk menetapkan besarnua uamh santunan ini
perlu ditinjau kembali, hal ini dikarenakan dalam praktek banyak terjadi besarnya uang santunan yang masih belum memenuhi rasa keadilan
masyarakat..Walaupun masyarakat ini tidak memiliki hak atas tanah, tapi dalam pemberian uang santunan haruslah dipertimbangkan adanya hak
untuk hidup dan hak untuk tinggal. Mereka yang menempati tanah tanpa
71
Lihat, Pasal 22 Keppres No. 55 Tahun 1993
72
Lihat, Pasal 17 1 Sub b Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN No. 1 Tahun 1994
Universitas Sumatera Utara
89 hak ini telah berlangsung bertahun-tahun dan tidak ada orang lain yang
mengklaim keberadaan mereka.
73
Penggantian terhadap bidang tanah yang dikuasai dengan hak ulayat diberikan dengan bentuk pembangunan fasilitias umum atau bentuk lain
yang bermandaat bagi masyarakat setempat. Di samping itu, fakta juga menunjukkan bahwa keberadaan orang-
orang ini diakui oleh aparat pemeringtah setempat, yaitu dengan cara mengeluarkan Kartu Tanda Penduduk bagi mereka. Keberadaan mereka
ini sudah sepatutnya mendapatkan apresiasi yang layak dan bukan sebaliknya dinyatakan sebagai penyerobot tanah, dan kemudian
mengeleminir hak-hak yang seharusnya mereka peroleh. Pemberian uang santunan nantinya akan dapat digunakan untuk membeli tanah dan
mengurus sertifikat atas tanah yang dimiliknya tersebut. Jika pemberian uang santunan tidak memadai, maka otomatis pengadaan tanah bagi
pembangunan kepentingan umum menyebabkan mereka menjadi korban pembangunan yang mengatasnamakan kepentingan umum.
74
Yang dimaksud dengan ulayat adalah tanah masyarakat hukum adat yang tidak mengandung unsur
kepemilikan perseoragan.
75
73
Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press Jakarta, 2004, hal.102
74
Lihat, Pasal 14 Keppres No. 55 Tahun 1993.
75
Lihat, Pasal 1 butir f Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN No. 1 Tahun 1994 Begitu juga terhadap tanah wakaf ganti
kerugiannya diberikan dalam bentuk tanah, bangunan dan perlengkapan yang diperlukan dan diberikan ganti rugi kepada nadzir sebagai pihak yang
menerima harta benda wakaf. Pasal 16 ayat 1 Perpres No 36 Tahun 2005
Universitas Sumatera Utara
90 jo. Perpres No. 65 Tahun 2006, bahwa ganti rugi diserahkan langsung
kepada : 1
Pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
2 Nadzir bagi tanah wakaf
Sehubungan dengan sifat kekebalan dan keabadian dari wakaf, harta benda wakaf terlembagakan untuk selamanya dan digunakan untuk
kepentingan peribadatan atau kepentingan umum yang akan membawa kemaslahatan bagi masyarakat. Dengan dasar tersebut dalam hal harta
benda wakaf terkena proyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum, maka diberikan penukaran dengan harta benda pengganti sehingga akan
tetap melanjutkan tujuan dari harta benda wakaf itu untuk membawa kemaslahatan dan kepentingan umum. Sejalan dengan hal tersebut adalah
ketentuan yang telah diatur dalam UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf bahwa harta benda wakaf dilarang diubah statys dan dialihkan dalam
bentuk apapun kecuali dengan bentuk penukaran yang ditujukan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang RUTR
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah. Harta benda wakaf tersebut wajib
ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang- kurangnya sama dengan harta benda wakaf pemula.
Universitas Sumatera Utara
91
D. Pelaksanaan Pemberian Ganti Kerugian atas Hak Milik di Kecamatan