Latar Belakang Tinjauan Yuridis Ganti Kerugian Atas Hak Milik Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum di Kecamatan Medang Deras

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan salah satu cita cita dari masyarakat indonesia, maka pembangunan tersebut diarahkan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh rakyat. 2 2 Lihat, “Rencana pembangunan Lima Tahun Kelima 19891990-19931994” ,Republik Indonesia, hal 17 Dalam pengertian lain, pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Dimana kemakmuran tersebut dapat dicapai melalui pembangunan baik fisik maupun non fisik, langsung atau tidak langsung, serta memerlukan tanah sebagai wadah dari kegiatan pembangunan tersebut. Kebutuhan akan tanah dalam masa-masa sekarang sangat meningkat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Hal ini terjadi dikarenakan pada umumnya, hampir semua sektor dan bidang pembangunan memerlukan tanah sebagai sarana dan penopang utamanya dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan tersebut dan untuk memenuhi pelaksanaannya tersebut maka pemerintah mengadakan atau menyediakan tanah berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 atau dikenal dengan UUPA , dengan kebijakan-kebijakan seperti pencabutan, pembebasan dan Universitas Sumatera Utara 2 pelepasan hak-hak atas tanah 3 Sebagai wujud nyata dari Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, maka lahirlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria. Dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pokok Agraria ini disebutkan bahwa: “Bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam di dalamnya pada tingkat yang pada mulanya telah dimiliki masyarakat secara pribadi maupun golongan. Dalam hal pemerintah memerlukan tanah untuk kepentingan umum, Pemerintah menghadapi banyak masalah karena disini menyangkut dua kepentingan yaitu kepentingan Pemerintah yang berhadapan dengan kepentingan rakyat. Hal tersebut sering terjadi biasanya disebabkan oleh faktor tarik menarik kepentingan yang ada di dalam masyarakat, untuk menentukan siapa yang paling berhak dalam memanfaatkan fungsi tanah demi kepentingan masing-masing kelompok marjinal, kelompok pengusaha atau pemilik modal dan kelompok struktur pemerintah. Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan landasan sebagaimana dalam Pasal 33 ayat 3 Bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.Dari ketentuan dasar ini dapat diketahui bahwa kemakmuran masyarakatlah yang menjadi tujuan utama dalam pemanfaatan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. 3 Istilah pencabutan dikenal dalam UUPA No.5 Tahun 1960, istilah pembebasan dikenal dalam PMDN No.15 Tahun 1975.Sedangkan istilah pelepasan hak-hak atas tanag dikenal dalam Keppres No. 55 Tahun 1993. Universitas Sumatera Utara 3 yang tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh A.P Parlindungan 4 a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya sebagai berikut : Ayat 1 pasal 2 ini telah memberikan suatu sikap bahwa untuk mencapai tujuan dari Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 tidaklah pada tempatnya bahwa Bangsa Indonesia ataupun negara bertindak sebagai pemilik tanah. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari UUPA tersebut sehingga negara sebagai suatu organisasi kekuasaan seluruh rakyat bangsa bertindak selaku badan penguasa sehingga tepatlah sikap tersebut bahwa bumi, air, ruang, angkasa dan kekayaan alama yang terkandung di dalamnya pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara. Dari penjelasan UUPA mengenai hal ini maka hak menguasai negara yang dimaksud adalah : b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagian dari bumi,air dan ruang angkasa itu. c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antar orang- orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi,air, dan ruang angkasa Melalui hak menguasai dari Negara inilah maka Negara selaku badan penguasa akan dapat senantiasa mengendalikan atau mengarahkan pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di 4 A.P Parlindungan ,Konvensi Hak-hak atas Tanah, Jakarta : Mandar Maju, 1990, hal.43. Universitas Sumatera Utara 4 dalamnya sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada, yaitu dalam lingkup penguasaan secara yuridis yang beraspek publik. 5 Undang-Undang Pokok Agraria sendiri memberikan landasan hukum bagi pengambilan tanah hak, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 yaitu Untuk Kepentingan Umum, termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti rugi yang layak menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang. Peraturan yang berhubungan dengan ganti rugi tanah pada saat ini mengacu kepada Keputusan Presiden Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, yang dalam konsiderannya menyatakan : Namun untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti tersebut di atas, memerlukan tanah sebagai wadahnya.Dalam hal persediaan tanah masih luas, pembangunan fasilitas umum tersebut tidak menemui masalah.Tetapi persoalannya tanah merupakan sumberdaya alam yang sifatnya terbatas, dan tidak pernah bertambah luasnya.Tanah yang tersedia sudah banyak yang dilekati dengan hak tanah hak, dan tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya. Pada masa sekarang ini adalah sangat sulit melakukan pembangunan untuk kepentingan umum di atas tanah Negara, dan sebagai jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengambil tanah- tanah hak.Kegiatan “mengambil” tanah oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. 5 Muhammad Bakri, Hak Menguasai Tanah Oleh Negara Paradigma Baru Untuk Reformasi Agraria, Yogyakarta: Citra Media, 2007, hal. 5. Universitas Sumatera Utara 5 a. Bahwa pembangunan nasional, khususnya pembangunan berbagai fasilitas untuk kepentingan umum, memerlukan bidang tanah untuk itu pengadaannya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya ; b. Bahwa pelaksanaan pengadaan tanah tersebut dilakukan dengan memerhatikan peran tanah dalam kehidupan manusia dan prinsip pernghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah ; c. Bahwa atas dasar pertimbangan tersebut, pengadaan tanah untuk kepentingan umum diusahakan dengan cara yang seimbang dan untuk tingkat petama ditempuh dengan cara musyawarah langsung dengan para pemegang hak atas tanah 6 Sebelum dikeluarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 tersebut peraturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan pembebasan tanah untuk kepentingan swasta sangat beraneka ragam, Untuk mengatasi masalah ganti rugi tanah tersebut, maka pemerintah mengeluarkan “Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1973 yang mengatur tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan dengan Pencabutan Hak-Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya”. Ditinjau dari aspek hukum keberadaan Keppres no. 55 Tahun 1993 adalah untuk memberikan suatu landasan bagi pemerintah dalam mengatasi berbagai kesulitan bidang pertahanan ketika pemerintah melaksanakan berbagai proyek pembangunan khususnya untuk kepentingan umum sesuai dengan program pemerintah. Tanah-tanah yang berada dan dikuasai atau dimiliki oleh orang- 6 Pengadan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan Peraturan yang Terkait, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat BPN, 1994, Halaman 1. Universitas Sumatera Utara 6 perorangan atau masyarakat, belum tentu pemiliknya bersedia menyerahkan tanahnya kepada pemerintah atau swasta untuk pembangunan. Dari segi sosiologis, pemegang tanah sebagai mata pencaharian.Selain itu, relokasi atau perpindahan tempat dari sebuah komunitas yang sudah menyatu dengan pemilik tanah membuat mereka enggan untuk melepaskan hak atas tanah yang mereka miliki.Pemilik tanah mengalami ketercabutan dari kehidupan sosial di tempat mereka tinggal sebelumnya. Memaksa orang untuk menyerahkan hak atas tanah yang menjadi miliknya atau kepunyaannya adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum dan merupakan suatu pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia HAM. Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. 7 Peraturan atau regulasi terkait pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Indonesia menyebutkan bahwa dasar nilai ganti rugi tanah berdasarkan NJOP.Sebuah penaksiran yang berdasakan NJOP berarti mengurangi nilai tanah pada objek-objek tertentu.Karena itu, peran penilai harga tanah sangat menentukan nilai ekonomis tanah yang layak dengan tujuan tidak merugikan rakyat sebagai pemegang hak atas tanah. 8 7 Undang-Undang No. 391999 tentang HAM.Hal.1. 8 Bernhad Limbong, Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Jakarta : Margaretha Pustaka, 2011 hlm. 369 Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian skripsi ini mengambil judul “ Tinjau Yuridis Gangi Kerugian atas Hak Milik dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di Kecamatan Medang Deras. Universitas Sumatera Utara 7

B. PERMASALAHAN