Agreement On Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

2. Perlindungan Merek Secara Internasional.

Selain peraturan perundang-undangan nasional tentang merek, masyarakat juga terikat dengan peraturan merek yang bersifat Internasional. Perlindungan hukum merek secara internasional diatur melalui pelaksanaan Konvensi-Konvensi Internasional. Adapun beberapa Konvensi Internasional yang akan dibahas dalam penulisan ini yakni:

a. Agreement On Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

Including Trade In Counterfeit Goods TRIPs Dalam penulisan ini ketentuan persetujuan TRIPs hanya membahas pasal- pasal yang berkenaan dengan merek. TRIPs memiliki tujuan umum dan fundamental yakni untuk mengurangi distorsi dan hal-hal yang menyulitkan kemajuan bagi perdagangan internasional to reduce distortions and impediments to international trade. Tujuan TRIPs yang kedua adalah untuk melindungi hak- hak pribadi to protect private property right. Negara anggota sepakat untuk memberdayakan pemegang HAKI untuk menegakkan HAKI-nya dan pemerintah dapat diminta untuk membantu penegakan hukum ini. Namun jika pemegang HAKI gagal menegakkan haknya, maka pemegang HAKI dapat melindungi dirinya sendiri lewat peraturan perundang-undangan dan kelembagaan hukum yang ada. Namun demikian TRIPs juga menyatakan bahwa pemerintah tidak hanya ikut campur dalam kegagalan warga Negara dalam menegakkan hak pribadinya, tetapi juga pemerintah tidak bisa begitu saja mengambil alih HAKI yang mana merupakan hak yang tunduk pada kepemilikan pribadi. Ketentuan ini merupakan Universitas Sumatera Utara jaminan hak pribadi warga negara untuk melindungi diri mereka dan kepentingan mereka dari perbuatan pemerintah yang semena-mena. Dengan kata lain, TRIPs melarang confiscation dari HAKI, kecuali pengurangan perlindungan tersebut sebagai konsekuensi dari konsesi dalam kerangka mekanisme penyelesaian sengketa. 43 Jadi TRIPs memberikan legislative choice yang merupakan peluang bagi Negara berkembang developing country maupun Negara kurang maju least developed country untuk mewujudkan perundang-undangan di bidang HAKI yang sesuai dengan kebutuhannya. Pasal 1 TRIPs mensyaratkan Negara anggota untuk mematuhi TRIPs, namun memberikan kebebasan untuk menentukan cara-cara penerapannya sesuai dengan praktik dan sistem hukum di negara anggota. Adapun isi Pasal 1 TRIPs seperti berikut ini: “Negara anggota wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian ini. Negara anggota dapat, namun tidak wajib, dalam hukum mereka menerapkan perlindungan yang lebih dari yang ditentukan oleh perjanjian ini, asalkan perlindungan yang diterapkan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan perjanjian ini. Negara anggota bebas untuk menentukan metode yang tepat mengenai pelaksanaan ketentuan- ketentuan dari perjanjian ini berdasarkan system dan praktik hukum mereka sendiri.” 44 Pasal 2 TRIPs menetapkan bahwa negara anggota tidak boleh melalaikan kewajiban yang telah ada berdasarkan konvensi HAKI terdahulu, khususnya Paris 43 Rahmi Jened, Hukum Merek Dalam Era Global Integrasi Ekonomi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015, hal. 19 44 Ibid, hal. 20 Universitas Sumatera Utara Convention untuk Hak Kekayaan Indu stri Industrial Property Rights. Ketentuan ini secara implisit mengisyaratkan bahwa konvensi tersebut merupakan basis minimal perlindungan Hak Kekayaan Industri Industrial Property secara luas. Maksud Paris Convention menjadi basis minimal perlindungan Hak Kekayaan Industri adalah karena TRIPs merupakan persetujuan internasional yang paling komprehensif karena TRIPs menjembatani dua batas tradisional dari kategori utama di bidang HAKI yakni Hak Cipta yang diatur dalam Berne Convention dan Hak Kekayaan Industri yang diatur dalam Paris Convention. 45 45 Ibid Pasal 3 TRIPs mewajibkan Negara anggota untuk melakukan prinsip Perlakuan Nasional National Treatment yaitu: “Negara anggota harus memperlakukan warga negara dari negara anggota lainnya tidak boleh kurang dari perlakuannya pada warga negaranya sendiri…” Artinya, Persetujuan TRIPs mewajibkan setiap negara anggota memberikan perlindungan tanpa membedakan di bidang HAKI kepada warga Negara sesama Negara anggota, seperti perlakuan yang diberikan kepada warga negaranya sendiri. Perlindungan juga diberikan kepada warga Negara yang bukan anggota, jika mereka berdomisili atau mempuyai suatu industrial and commercial establishment yang riil dan efektif di suatu Negara anggota konvensi atau dengan kata lain memilih major connection keterkaitan erat dengan Negara anggota. Universitas Sumatera Utara Pasal 4 TRIPs menetapkan adanya prinsip Non-Discriminatory. Prinsip ini merupakan konsep GATT yang dimasukkan kedalam Persetujuan TRIPs. Prinsip ini berarti memberlakukan prinsip non-diskriminasi di antara sesama warga Negara dari Negara-negara asing. Walaupun prinsip ini dibebankan pada Negara anggota bukan individu. 46

b. The Paris Convention For The Protection of Industrial Property Rights

Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 (Studi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara)

2 64 130

Analisis Hukum Perdata Tentang Syarat Sah Kontrak Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

9 219 88

UU NO. 15 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik : Suatu Analisis

1 31 5

Kajian Tentang Pendaftaran Merek Dagang Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Di Kota Medan

0 29 104

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 13

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 36

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 3

BAB II KETENTUAN MEREK MENURUT UU NO. 15 TAHUN 2001 A. Pengertian Merek - Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 (Studi Kantor Wilayah Kementerian Hukum

0 0 27