7
3.5 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji fast food dengan Kenaikan Berat
Badan Mahasiswa FIK
Makanan cepat saji akan mempengaruhi asupan tingkat total kalori, Orang yang mengkonsumsi fast food akan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas
Anggraini, 2013. Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji fast food terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7 Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
fast food dengan Kenaikan Berat Badan pada mahasiswa FIK
Kenaikan Berat Badan Total
Naik Tidak naik
Frekuensi Konsumsi
Makanan Cepat Saji
Jumlah Jumlah
Jumlah p
Sering 10
100 10
100 Jarang
2 7,1 26 92,9
28 100 0,000
Seluruh mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat badan 100, sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food tidak mengalami
kenaikan berat badan sebesar 92,9. Sampel yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering akan mengalami kenaikan berat badan. Hasil ini dapat dibuktikan dengan
uji korelasi Rank spearman yang didapatkan nilai p= 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji fast food
terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa FIK. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa mahasiswa yang sering
mengkonsumsi fast food mengalami kenaikan berat badan, hal ini sesuai dengan penelitian yang diilakukan Bowman 2004, bahwa konsumsi fast food yang berlebihan akan
meningkatkan resiko kejadian kelebihan berat badan. Fast food berkontribusi terhadap kinerja buruk dan obesitas. Fast food juga mengandung sejumlah besar lemak dan sebagian
lemak akan terakumulasi dalam tubuh. Orang yang mengkonsumsi fast food akan bertambah berat badannya dan menyebabkan obesitas Husein, 2012.
3.6 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji fast food dengan Status Gizi
Mahasiswa FT
8
Perubahan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol ditambah kehidupan yang disertai stress dan
kurangnya aktivitas fisik, terutama di kota besar mulai menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah gizi lebih obesitas Khomsan, 2004. Hasil analisis hubungan pola
konsumsi makanan cepat saji fast food terhadap status gizi pada mahasiswa Fakultas Teknik dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8 Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
fast food dengan Status Gizi pada mahasiswa FT
Status Gizi Total
Gizi lebih Tidak gizi lebih
Frekuensi Konsumsi
Makanan Cepat Saji
Jumlah Jumlah
Jumlah p
Sering 17
60,7 11 39,3 28
100 Jarang
3 30 7
70 10 100
0,100
Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih sebesar 60,7 dan hasil tersebut berasal dari subjek yang sering frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering. Pada subjek
dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji jarang yang mengalami status gizi lebih hanya sebesar 30. Persentase subjek yang memiliki status gizi lebih memiliki jumlah yang
lebih besar dibanding subjek yang memiliki status gizi tidak lebih dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering yaitu sebesar 60,7, sedangkan yang tidak mengalami
gizi lebih sebesar 30. Subjek yang memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji sering belum tentu mengalami status gizi lebih begitu juga sebaliknya. Hasil ini dapat diperkuat
dengan uji korelasi Rank Spearman dengan nilai p sebesar 0,100 0,05 artinya H0 ditolak, hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji
terhadap status gizi mahasiswa FT. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Damopolii dkk, 2013, bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan status
gizi obesitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Myhre 2013, bahwa mengonsumsi makanan di restoran diluar rumah memiliki kandungan gizi yang rendah
terutama serat dan tinggi kalori serta gula karena termasuk makanan cepat saji sehingga menyebabkan konsumen mengalami gizi lebih bahkan obesitas.
Mahasiswa FT umumnya memiliki aktivitas fisik yang padat yaitu jam kuliah, praktikum dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya oleh karena itu mahasiswa FT memiliki
status gizi yang rata-rata tidak mengalami gizi lebih. Menurut Wahlqvist 1997, hal tersebut karena aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang berperan dalam penggunaan
9
energi. Penggunaan energi di setiap aktivitas akan berbeda tergantung tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas seperti olahraga jika dilakukan
remaja secara teratur dan cukup akan memberikan keuntungan, yaitu menjaga kesehatan dan mencegah dari penyakit salah makan eating disorders dan obesitas.
3.7 Hubungan Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji fast food dengan Kenaikan Berat