BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Produksi Perkebunan Karet Rakyat
Dalam penanaman karet dikenal dua istilah replanting dan newplanting. Replanting merupakan penanaman ulang tanaman karet setelah tanaman yang
lama dianggap tidak ekonomis lagi. Sedangkan newplanting merupakan penanaman bukaan baru yang sebelumnya tidak ditanami karet. Di desa Naman
Jahe, umumnya areal tanaman karet berasal dari areal hutan. Pengolahan tanah dimulai dari pembabatan pohon-pohon yang tumbuh. Pembabatan dilakukan
dengan cara manual dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, parang dan babat. Proses pembukaan lahan diawali dengan membabat semak-semak dan
pohon-pohon kecil serta menebang pohon-pohon besar, kemudian dibakar sehingga lahan bersih yang kemudian dilakukan pengolahan tanah dengan
menggunakan cangkul, lalu dilakukan pembuatan lubang tanam secara tunggal .
Bibit yang akan ditanam adalah bibit yang mempunyai 2-3 payung daun dengan jarak tanam yang bervariasi. Jarak tanam yang digunakan petani sampel dapat
dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jarak Tanam yang Digunakan Petani Sampel di Desa Naman Jahe
Tahun 2013 No.
Jarak tanam m xm Jumlah sampel
1 2.5 x 5
8
2 3 x 5
16
3 3 x 6
24
4
4 x 6 2
TOTAL 50
Sumber : Data Primer
Universitas Sumatera Utara
Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan sistem penanaman yang sesuai. Sistem tanam yang digunakan petani pada umumnya monokultur atau tanaman
karet sebagai tanaman utama dan tidak ada tanaman lain yang dibudidayakan diantara tanaman karet. Hasil produksi tanaman karet tergantung pada jumlah
pokok batang karet, jumlah pokok karet berbeda-beda setiap usahatani yaitu tergantung pada jarak tanam yang digunakan setiap petani. Jarak tanam juga tidak
bagus jika terlalu rapat, karena akan menghalang masuknnya penyinaran matahari.
Pemeliharaan tanaman karet di daerah penelitian sangat jarang dilakukan. Umumnya petani membiarkan saja tanaman karet dan sangat jarang atau pun
sedikit sekali yang memberikan perawatan khusus umumnya dalam pengendalian penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman adalah disebabkan oleh jamur
yang bisa membuat tanaman mati atau ketika penanaman baru tanaman karet mati muda dan menularberjangkit sesama pohon lain dan menyebabkan pohon lain
juga terserang.
Pemeliharaan yang dilakukan petani yaitu penyiangan gulma. Penyiangan yang dilakukan petani yaitu secara manual dan secara kimiawi. Penyiangan secara
manual yaitu pembersihan rumput dan lalang menggunakan parang babat untuk disiangi disekeliling tanaman karet atau disepanjang barisan tanaman dengan cara
dibabat. Sedangkan secara kimiawi yaitu menggunakan obat-obatan. Jenis yang digunkan adalah herbisida Round up dan gramoxone dengan menggunakan
pompa semprot atau sprayer.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan yang diberikan petani berupa pemberian pupuk dengan frekuensi 1-2 kali satahun dan ada juga yang tidak memberikan pupuk sama sekali dengan
membiarkan saja tanamannya. Umumnya petani menggunakan pupuk Urea, SP- 36, Ponska. Perbandingan antara petani yang menggunakan pupuk dan petani
yang tidak menggunakan pupuk dalam budidaya karet dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perlakuan Pupuk Dalam Usahatani Karet di Desa Naman Jahe Tahun 2013
No Pemupukan
Frekuensi Tahun Jumlah sampel
1 Dilakukan
1-2 Kali 36
2 Tidak Dilakukan
- 14
Jumlah 50
Sumber : Data Primer
Kekurangan unsur hara pada tanaman karet pada umumnya berhubungan erat dengan kebutuhan unsur untuk pertumbuhan dan penyadapan. Tanda-tanda
kekurangan unsur hara bisa diperhatikan dari penampakan tanaman.
Pada daerah penelitian perlakuan pemupukan juga terdapat dijumpai, hal ini disebabkan karena harga pupuk yang mahal serta karena umur tanman yang sudah
tua, yang menyebabkan petani merasa tidak perlu lagi dilakukan pemupukan.
Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan karet merupakan mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan
dilaksanakan di kebun produksi dengan menyayat atau mengiris kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah. Kulit
Universitas Sumatera Utara
batang yang disadap adalah modal utama untuk berproduksinya tanaman karet. Kesalahan dalam penyadapan akan membawa akibat yang sangat merugikan baik
bagi pohon itu sendiri maupun bagi produksinya.
Pada tanaman muda, penyadapan umumnya telah dimulai pada umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhannya. Penyadapan yang dilakukan di
daerah penelitian adalah dengan sistem empat hari sadap dan satu hari untuk mengumpulkan hasil. Jadi penyadapan dilkakukan empat hari dalam seminggu
pada hari normalnya. Tetapi ada juga yang tidak sampai dalam empat hari dalam seminggu, bisa saja dua atau tiga hari penyadapan dalam seminggu, ini
disebabkan karena faktor cuaca misalnya musim penghujan atau hari kurang cerah, sehingga petani tidak bisa atau sulit dalam mengadakan penyadapan.
Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet dengan dalam irisan ± 2 mm. Penyadapan dilakukan empat hari dalam seminggu dan biasanya
petani menyadap pada pagi hari dengan waktu penyadapan sekitar 3-4 jam, dan setelah 4 hari melakukan penyadapan dalam ukuran normalnya selanjutnya 1 hari
untuk pengumpulan hasil getah karet cup lump. Pengumpulan hasil dilakukan dengan mangkuk penampung yang biasanya digunakan petani dari tempurung
kelapa dan getah dalam keadaan menggumpal. Biasanya mangkuk penampung getah karet dapat menampung sebanyak 90 gr getah karet. Biasanya petani
mengumpulkan hasil produksi getah karet setiap hari kamis karena hari jumat diadakannya pasar getah yang diadakan pada siang hari. Hasil produksi getah
karet akan dijual kepada pedagang pengumpul ataupun agen yang mana pedagang pengumpul atau agen akan menjualkan getah karet ke pabrik
Universitas Sumatera Utara
pengolahan. Untuk mengetahui produksi perkebunan karet rakyat per hektar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Produksi dan Produktivitas Getah Karet Rakyat di Desa Naman Jahe Tahun 2013
Skala usaha ha
Produksi kgtahun
Produktivitas kghatahun
≤ 1 78.055
90.078 1
22.127 12.173
Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 11
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, produksi setiap tanaman karet yang dimiliki petani berbeda-beda, hal ini dikarenakan jumlah pokok tanaman karet
setiap lahan berbeda yaitu jumlahnya dihitung berdasarkan jarak tanam yang digunakan. Rendahnya hasil produksi pada perkebunan rakyat ini disebabkan
karena rata-rata umur tanaman karet di daerah penelitian tergolong sudah tua yang mengakibatkan sedikitnya jumlah getah karet yang dihasilkan dari pokok batang
tanman karet serta kurangnya perhatian petani akan tanamannya untuk melakukan pemupukan secara rutin.
Skala luas lahan yang lebih kecil lebih efisisen dari skala luas lahan yang lebih besar economic of scale. Hal ini disebabkan karena tanaman pada lahan yang
tidak terlalu luas memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan luas lahan yang luas, yaitu untuk skala usaha lebih kecil sama dengan satu produktivitasnnya
sebesar 90.078 kghatahun, sedangkan untuk skala usaha besar dari satu sebesar 212.173 kghatahun. Luas pertanaman yang luas menuntut perawatan yang
ekstra, yang menjadi masalah adalah petani yang memiliki lahan yang luas tidak
Universitas Sumatera Utara
memiliki cukup waktu, biaya, dan tenaga kerja untuk merawat dan membudidayakan tanaman karet dengan baik.
5.2 Pendapatan Petani Perkebunan Karet Rakyat