commit to user
17
17
b Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya atau model. c
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai “ gaya magnet yang meliputi benda-benda yang bersifat
magnetis dan tidak magnetis, kekuatan gaya magnet, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, dan cara membuat magnet.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan
apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
2. Tinjauan Tentang Model
Problem Based Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam Trianto, 2007: 5. Menurut Arend dalam Agus Suprijono, 2009: 46 model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa,
commit to user
18
18
mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal dalam Isjoni, 2008: 146
Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra dalam Anton Sukarno, 2006: 144 model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang
melukiskan prosedur
yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar.
Pengertian model pembelajaran mengandung unsur 1 pedoman, 2 pengelolaan pembelajaran, 3 kerangka konseptual.
Menurut pendapat Joyce Weil dalam Rusman, 2010: 133 model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas
ataupun yang lain Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. b.
Pengertian Model
Problem Based Learning
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan
tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta tilikan akal sangat diperlukan.
Dalam hal ini hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini guru khususnya yang mengajar
eksata, seperti matematika dan IPA sanngat dianjurkan menggunakan model yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.Muhibbin Syah,
2009: 127
commit to user
19
19
Menurut pendapat Tan dalam Rusman, 2010: 229 pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikam melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pendapat dari Barrows 2011
Problem based learning is particularly true of efforts to relate constructivism as a theory of learning
to the practice of instruction. Our goal in this paper is to provide a clear link between the theoretical principles of constructivism, the practice of
instructional design, and the practice of teaching. We will begin with a basic characterization of constructivism identifying what we believe to be
the central principles in learning and understanding.
Pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey yang
sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melaksanakan penyelidikan. Trianto, 2007: 67
Menurut pendapat Jerome Bruner dalam Agus Suprijono, 2009: 71 pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan peserta
didik memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada cara- cara orang menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan lambang-lambang verbal dan non verbal. Model
pembelajaran berbasis masalah menekankan konsep-konsep dan informasi yang dijabarkan dari disiplin-disiplin akademik.
commit to user
20
20
PBL
problem based learning
mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang
sedang dikerjakan siswa perilaku mereka, tetapi pada apa yang siswa pikirkan kognisi mereka selama mereka mengerjakannya. Meskipun
peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah, kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa
tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri. Sugiyanto, 2009: 152 Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang
filsuf pendidikan John Dewey yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman belajar dari pengalaman. Pada dasarnya Dewey
percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah
seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas dengan membuatnya tersedia
dan dapat diakses untuk keperluan studi. David A. Jacobsen dkk, 2009: 242
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia
nyata sebagai suatu stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa. c.
Ciri-ciri Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends dalam Trianto, 2007: 68
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1 Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di
sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran
problem based learning
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial
commit to user
21
21
penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran
berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial, masalah yang akan diselidiki
telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, sebagai contoh
masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata
pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.
3 Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik umtuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu metode penyelidikan yang digunakan
bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4
Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilakan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip debat seperti pada pelajaran “Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh
siswa umtuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain
commit to user
22
22
tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional.
5 Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dam memperbanyak peluang umtuk berbagi inkuiri dan
dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.
d. Manfaat Model
Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual;
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom
dan mandiri. Menurut Sudjana dalam Trianto, 2007: 71 manfaat khusus yang
diperoleh dari model Dewey adalah Model pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.
e. Langkah-langkah Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning
terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel I.
commit to user
23
23
Tabel I Langkah-langkah
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Tahap Laku Guru
Fase-1 Orientasi siswa pada
masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih. Fase-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut. Fase-3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah. Fase-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase-5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber : Agus Suprijono 2009: 74 f.
Pelaksanaan Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
1 Tugas-tugas perencanaan
commit to user
24
24
Model
Problem Based Learning
membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat
pada siswa lainnya. a
Penetapan tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelididki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran
berbasis masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan
diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-
teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum. c
Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Dalam
Problem Based Learning
siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan di dalam
pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.
Oleh karen itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah
menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menetapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
2 Tugas Interaktif
a Orientasi siswa pada maslah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan
Problem Based Learning
adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam
commit to user
25
25
jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pelajar yang mandir.
b Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada PBL dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki
masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan
tugas-tugas pelaporan. c
Membantu penyelididkan mandiri dan kelompok Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-
gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Puncak
proyek-proyek PBL adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir PBL adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan
keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 3
Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu
memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku
siswa yang menyimpang secara tepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok Salah satu
masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model
Problem Based Learning
adalah bagaimana
commit to user
26
26
menangani siswa baik individual maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat.
Dalam
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan dan
hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan
prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru
harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.
4 Assesmen dan Evaluasi
Model
Problem Based Learning
fokus terhadap perhatian, pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh
karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model PBL terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang
akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat berupa
assesmen melakukan pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya.
g. Kelebihan Model
Problem Based Learning
PBL 1
Penerapan model
problem based learning
semata-mata tidak hanya menyajikan informasi untuk diingat siswa. Model PBL menyajiakn
informasi, maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan informasi.
commit to user
27
27
2 Penerapan model problem based
learning
membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses belajar mengajar.
3 Siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam
memecahkan masalah. 4
Penerapan model
problem based learning
membiasakan siswa untuk lebih aktif mandiri.
h. Kelemahan Model
Problem Based Learning
PBL 1
Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih banyak.
2 Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan
mengakibatkan model problem based learning tidak berjalan baik. i.
Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran Menurut pendapat Yusuf Yudi Prayudi 2011 Kualitas proses
pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif:
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum- praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek
kognitif difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan
lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat
dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill
problem solving yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa yaitu diantaranya aktif bertanya, dapat kerjasama dengan baik, mampu
menyelesaikan masalah dengan baik. Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka
paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu : 1
Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk
berbagi dan mengolah informasi.
commit to user
28
28
2 Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi,
tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi. 3
Mekanisme balikan, kuis, ulanganujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.
4 Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa
test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey
terbatas.
B. Penelitian yang Relevan