commit to user
5
2 Apakah dengan penerapan model
Problem Based Learning
dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD
Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 20102011?
C. Tujuan Penelitian 1
Pnelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada
konsep gaya magnet dalam pelajaran IPA melalui model
Problem Based Learning
siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. 2
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet
melalui model
Problem Based Learning
pada siswa kelas V SD Negeri 2
Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 20102011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis.
1. Manfaat Teoretis a.
Secara umum hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar
melalui pembelajaran model
problem based learning
. b.
Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman konsep gaya magnet dan pada pembelajaran IPA.
2. Manfaat Praktis a.
Bagi siswa 1
Dapat digunakan sebagai motivasi belajar agar pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA dapat meningkat
2 Siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung.
3 Siswa menjadi lebih kreatif dan terampil dalam pembelajaran IPA.
b. Bagi Guru
1 Menambah wawasan guru dan pengalaman dalam rangka
meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pelajaran IPA melalui penggunaan model
problem based learning.
commit to user
6
2 Memberi sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran IPA
terutama pada materi gaya magnet. c.
Bagi sekolah 1
Sebagai kontribusi yang bermanfaat untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA
dengan adanya
inovasi dalam
pembelajaran. 2
Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan pembelajaran yang bervariasi.
commit to user
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep Gaya Magnet IPA
a. Pengertian Pemahaman
Menurut Bloom dalam Utami Munandar dalam Puji Purnomo dkk, 2008: 236, pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan
menggunakan informasi tanpa perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Blom juga mengemukakan bahwa pemahaman merupakan
salah satu sasaran dalam kognitif yang berbeda ditingkat kedua setelah pengetahuan. Dalam pemahaman, ketrampilan yang diharapkan adalah
ketrampilan menerjemahkan,
menghubungkan, dan
menafsirkan. Pemahaman menurut Winkel 2000: 246 mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pendapat dari Lukmanul Hakiim 2009: 101 memahami artinya
menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis, dan grafis. Kemampuan memahami terdiri atas hal-hal
berikut: 1
Menginterpretasikan yaitu mengubah dari suatu bentuk representasi misalnya numerik ke dalam bentuk lain misalnya verbal.
2 Memberi contoh yaitu menemukan contoh atau gambaran khusus dari
suatu konsep atau prinsip umum, yang terdiri atas: menggambarkan dan
instantiating
. 3
Mengklasifikasikan yaitu menentukan bahwa sesuatu memiliki kategori.
4 Merangkum yaitu membuat abstraksi dari suatu tema umum.
5 Menyimpulkan yaitu menggambarkan suatu kesimpulan logis dari
informasi yang disajikan. 6
Membandingkan yaitu menemukan hubungan dua ide, objek, dan sebagainya.
commit to user
8
8
7 Menjelaskan yaitu kemampuan untuk menyusun dan menggunakan
suatu model sebab akibat dari suatu sistem. Menurut Nana Sudjana pemahaman 2010, 56 dapat dibedakan
dalam tiga kategori antara lain : 1 tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, 2 tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang
diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan 3 tingkat ketiga merupakan
tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman
comprehension
adalah penguasaan pengetahuan dalam mengingat atau menguasai sesuatu dengan pikiran sehingga kemampuan
pemahaman telah mencakup kemampuan pengetahuan. b.
Konsep 1
Pengertian Konsep Konsep adalah gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok
atau kategori dimana semua anggota sama-sama memiliki beberapa karateristik David A. Jacobsen, 2009: 98. Konsep merupakan buah
pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman.
Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang didefinisikan, konsep konkrit adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek
dalam lingkungan fisik sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung menunjuk
pada realitas dalam lingkungan fisik karena realitas itu tidak berbeda. Winkel, 2005: 113.
Menurut Lukmanul Hakiim 2009: 101 konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang
sama pada hal tersebut, konsep adakalanya berkaitan dengan sesuatu obyek, sesuatu peristiwa, atau berkaitan dengan manusia. Sedangkan
commit to user
9
9
pendapat dari Oemar Hamalik 2003 :162 suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.
Menurut pendapat Woodruff 2011 konsep adalah 1 suatu gagasanide yang relatif sempurna dan bermakna, 2 suatu
pengertian tentang suatu objek, 3 produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-
benda melalui pengalamannya setelah melakukan persepsi terhadap objekbenda. Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu
gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan
sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan penguasaan pengetahuan dalam
menguasai sesuatu dengan pikiran untuk menangkap makna dan arti sebuah rancangan.
2 Ciri-ciri konsep
Ciri-ciri konsep menurut pendapat Oemar Hamalik 2003: 162 adalah sebagai berikut:
a Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara
konsep satu dengan yang lainnya. b
Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut.
c Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan
konsep lainnya. d
Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih domain daripada yang lainnya.
c. Tinjauan Gaya Magnet
1 Gaya magnet
Magnet berasal dari batuan yang mengandung logam besi. Batuan logam tersebut diolah sampai akhirnya menjadi magnet.
commit to user
10
10
Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet disebut gaya magnet.Heri Sulistyanto, 2008: 90
a Benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis
Berdasarkan kemagnetannya, benda dapat digolongkan menjadi dua 2011 yaitu:
1 Benda
magnetik disebut
juga Feromagnetik
Benda magnetik yaitu benda yang dapat ditarik oleh magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, baja, nikel, kobalt.
2 Benda bukan Magnetik non magnetik terbagi menjadi:
Paramagnetik: Paramagnetik yaitu benda yang dapat sedikit ditarik oleh
magnet kuat. Contoh: alumunium, platina, tembaga. Diamagnetik:
Diamagnetik yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet kuat. Contoh: merkuri, emas, bismut, seng.
Magnet keras : adalah benda yang sukar dijadikan magnet, tetapi setelah menjadi magnet, sifat kemagnetannya tersimpan
lama. Contoh: baja, alkomak, kobalt. Magnet lunak adalah benda yang mudah dijadikan magnet
tetapi tidak
menyimpan lama
sifat kemagnetannya.
Contoh: besi. b
Kekuatan gaya magnet Menurut pendapat Choiril Azmiyawati dkk, 2008:
89 magnet memiliki kekuatan untuk menarik benda-benda yang memiliki sifat magnetis. Kekuatan gaya magnet untuk menarik
benda-benda yang bersifat magnetis dipengaruhi oleh garis gaya magnet dan jarak magnet dengan benda tersebut. Perhatikan garis
magnet dan pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi seperti tampak pada gambar berikut:
commit to user
11
11
Gambar 1. Garis gaya magnet
Gambar 2. Pola garis yang di bentuk serbuk besi Daerah yang dilingkupi oleh garis gaya magnet merupakan
medan magnet. Pada gambar tampak serbuk besi banyak berkumpul di ujung-ujung magnet. Ujung-ujung magnet disebut
kutub magnet. Pada bagian inilah magnet memiliki kekuatan terbesar dibandingkan bagian magnet lainnya.
c Kutub senama dan tidak senama pada magnet
Di dalam buku S. Rositawaty, 2008: 92 kekuatan magnet terbesar terletak pada bagian ujung-ujung magnet atau kutub
magnet. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet memiliki sifat-sifat yang istimewa.
Jika kutub-kutub magnet yang senama didekatkan utara dan utara atau selatan dan selatan maka keduanya akan tolak menolak.
Apabila kutub-kutub magnet tidak senama didekatkan utara dan selatan maka keduanya akan saling tarik menarik.
2 Cara membuat magnet
Menurut pendapat Heri Sulistyo, 2008: 96 terdapat beberapa cara dalam pembuatan magnet diantaranya adalah cara
induksi, menggosok, dan mengalirkan arus listrik.
commit to user
12
12
a Cara induksi
Magnet dapat dibuat dengan cara induksi yaitu
mendekatkan atau menempelkan magnet pada benda yang akan dijadikan sebagai magnet, contohnya paku. Benda magnetis yang
menempel pada magnet dapat menarik benda-benda magnetis lainnya, contohnya jarum atau paku payung.
Gambar 3.Pembuatan magnet secara induksi b
Cara menggosok Magnet dapat dibuat dengan cara menggosok benda yang
akan dijadikan magnet dengan magnet batang yang kita miliki atau terdapat di sekolah. Untuk mendapatkan magnet dengan cara
menggosok, lakukanlah langkah-langkah berikut ini: 1
Letakkan sebatang besi atau baja yang akan dijadikan magnet di atas meja.
2 Gosoklah salah satu kutub magnet pada besi atau baja
tersebut dengan kuat dan searah. 3
Lakukan gosokan tersebut berulang-ulang. Semakin lama menggosok maka semakin kuat kemagnetannya.
Gambar 4. Pembuatan magnet secara menggosok
commit to user
13
13
c Mengalirkan arus listrik
Untuk membuat magnet dengan cara mengalirkan arus listrik kita membutuhkan paku yang cukup besar, kawat
kumparan, dan batu baterai sebagai sumber arus listriknya. Perhatikan cara pembuatan magnet dengan mengalirkan arus
listrik berikut. 1
Lilitkan paku dengan kawat kumparan. Semakin banyak kumparan maka kemagnetannya akan semakin kuat.
2 Sambungkan kedua kawat kumparan pada batu baterai.
3 Dekatkan paku tersebut dengan jarum atau paku payung
maka jarum dan paku payung akan menempel pada paku.
Gambar 5. Pembuatan magnet dengan cara dialiri listrik d.
Ilmu Pengetahuan Alam IPA 1
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam IPA Pendapat dari Sri M. Iskandar, 2001: 2 k
ata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu
Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Ingris “Natural Science” secara singkat sering disebut „Science”.
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu
Pengetahuan Alam IPA atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam Salah satu definisi Ilmu Pengetahuan Alam ialah: Ilmu
Pengetahuan Alam muncul dari lain-lain aktivitas progesif manusia
commit to user
14
14
sedemikian hingga muncul konsep-konsep baru dari berbagai eksperimen dan observasi, dan konsep-konsep baru itu kemudian akan
mendorong dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasi- observasi lebih lanjut. Subiyanto, 1988: 3
Ilmu pengetahuan
alam adalah
suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala-gejala alam. Dalam perkembangannya IPA tidak hanaya ditunjukkan oleh
kumpulan fakta saja, namun juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pengertian
IPA meliputi 3 hal yaitu produk, proses, dan nilaisikap ilmiah. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Proses
Ipa atau metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA. Nilai dan sikap ilmiah
ialah semua tingkah laku yang diperlukan selama proses IPA sehingga memperoleh produk IPA.Team IAD UNS, 2003: 10
Menurut pendapat Carin 2011 Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta
saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah Ilmu
Pengetahuan Alam
IPA untuk
anak-anak didefinisikan Paolo dan Marten dalam Srini M. Iskandar, 2001 :16
sebagai berikut: a
Mengamati apa yang terjadi. b
Mencoba memahami apa yang diamati. c
Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
d Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat
apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa
dalam IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal
commit to user
15
15
dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan.
Ada dua hal yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam IPA yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA
sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. IPA sebagai proses
yaitu kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian IPA. Dengan belajar IPA, belajar produk dan bagaimana proses
IPA dapat kita peroleh. Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa IPA sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi dan kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan
dikembangkan baik secara induktif atau deduktif. IPA sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
2 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Sains
Tujuan pembelajaran IPA menurut Permendiknas ,2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya.
b Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap posesif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
commit to user
16
16
f Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs.
3 Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau
Sains. Ruang lingkup bahan kajian IPA menurut Permendiknas
,2006 meliputi aspek-aspek berikut: a
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatannya.
b Bendamateri, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan
gas. c
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya. IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak
kelas III sedang kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara sistematis. Karena di
dalam penelitian ini yang dikaji bahan mata pelajaran kelas V maka di bawah ini konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains
di kelas V semester II antara lain: a
Gaya gravitasi, gaya magnet, gaya gesek, dan pesawat sederhana. b
Cahaya dan sifat-sifatnya. c
Proses pembentukan tanah. d
Struktur bumi. 4
Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA atau Sains SD Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas
V semester II adalah: a
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya.
commit to user
17
17
b Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya atau model. c
Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai “ gaya magnet yang meliputi benda-benda yang bersifat
magnetis dan tidak magnetis, kekuatan gaya magnet, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, dan cara membuat magnet.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan
apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui
serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
2. Tinjauan Tentang Model
Problem Based Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam Trianto, 2007: 5. Menurut Arend dalam Agus Suprijono, 2009: 46 model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa,
commit to user
18
18
mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal dalam Isjoni, 2008: 146
Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra dalam Anton Sukarno, 2006: 144 model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang
melukiskan prosedur
yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar.
Pengertian model pembelajaran mengandung unsur 1 pedoman, 2 pengelolaan pembelajaran, 3 kerangka konseptual.
Menurut pendapat Joyce Weil dalam Rusman, 2010: 133 model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas
ataupun yang lain Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. b.
Pengertian Model
Problem Based Learning
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis,
teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan
tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta tilikan akal sangat diperlukan.
Dalam hal ini hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini guru khususnya yang mengajar
eksata, seperti matematika dan IPA sanngat dianjurkan menggunakan model yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.Muhibbin Syah,
2009: 127
commit to user
19
19
Menurut pendapat Tan dalam Rusman, 2010: 229 pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikam melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis
sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pendapat dari Barrows 2011
Problem based learning is particularly true of efforts to relate constructivism as a theory of learning
to the practice of instruction. Our goal in this paper is to provide a clear link between the theoretical principles of constructivism, the practice of
instructional design, and the practice of teaching. We will begin with a basic characterization of constructivism identifying what we believe to be
the central principles in learning and understanding.
Pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey yang
sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melaksanakan penyelidikan. Trianto, 2007: 67
Menurut pendapat Jerome Bruner dalam Agus Suprijono, 2009: 71 pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan peserta
didik memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada cara- cara orang menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan lambang-lambang verbal dan non verbal. Model
pembelajaran berbasis masalah menekankan konsep-konsep dan informasi yang dijabarkan dari disiplin-disiplin akademik.
commit to user
20
20
PBL
problem based learning
mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang
sedang dikerjakan siswa perilaku mereka, tetapi pada apa yang siswa pikirkan kognisi mereka selama mereka mengerjakannya. Meskipun
peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah, kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa
tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri. Sugiyanto, 2009: 152 Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang
filsuf pendidikan John Dewey yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman belajar dari pengalaman. Pada dasarnya Dewey
percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah
seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas dengan membuatnya tersedia
dan dapat diakses untuk keperluan studi. David A. Jacobsen dkk, 2009: 242
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia
nyata sebagai suatu stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa. c.
Ciri-ciri Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Arends dalam Trianto, 2007: 68
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1 Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di
sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran
problem based learning
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial
commit to user
21
21
penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran
berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial, masalah yang akan diselidiki
telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, sebagai contoh
masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata
pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan.
3 Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik umtuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi,
melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu metode penyelidikan yang digunakan
bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4
Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilakan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip debat seperti pada pelajaran “Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh
siswa umtuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain
commit to user
22
22
tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional.
5 Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dam memperbanyak peluang umtuk berbagi inkuiri dan
dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.
d. Manfaat Model
Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah
Problem Based Learning
tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual;
belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom
dan mandiri. Menurut Sudjana dalam Trianto, 2007: 71 manfaat khusus yang
diperoleh dari model Dewey adalah Model pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.
e. Langkah-langkah Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning
terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel I.
commit to user
23
23
Tabel I Langkah-langkah
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Tahap Laku Guru
Fase-1 Orientasi siswa pada
masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih. Fase-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut. Fase-3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah. Fase-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase-5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber : Agus Suprijono 2009: 74 f.
Pelaksanaan Model
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah
1 Tugas-tugas perencanaan
commit to user
24
24
Model
Problem Based Learning
membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat
pada siswa lainnya. a
Penetapan tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelididki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran
berbasis masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan
diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-
teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan
kurikulum. c
Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Dalam
Problem Based Learning
siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan di dalam
pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.
Oleh karen itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah
menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menetapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
2 Tugas Interaktif
a Orientasi siswa pada maslah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan
Problem Based Learning
adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam
commit to user
25
25
jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pelajar yang mandir.
b Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada PBL dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki
masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan
tugas-tugas pelaporan. c
Membantu penyelididkan mandiri dan kelompok Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-
gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Puncak
proyek-proyek PBL adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Tugas guru pada tahap akhir PBL adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan
keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 3
Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu
memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku
siswa yang menyimpang secara tepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok Salah satu
masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model
Problem Based Learning
adalah bagaimana
commit to user
26
26
menangani siswa baik individual maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat.
Dalam
Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan dan
hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan
prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru
harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.
4 Assesmen dan Evaluasi
Model
Problem Based Learning
fokus terhadap perhatian, pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh
karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model PBL terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang
akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat berupa
assesmen melakukan pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya.
g. Kelebihan Model
Problem Based Learning
PBL 1
Penerapan model
problem based learning
semata-mata tidak hanya menyajikan informasi untuk diingat siswa. Model PBL menyajiakn
informasi, maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan informasi.
commit to user
27
27
2 Penerapan model problem based
learning
membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses belajar mengajar.
3 Siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam
memecahkan masalah. 4
Penerapan model
problem based learning
membiasakan siswa untuk lebih aktif mandiri.
h. Kelemahan Model
Problem Based Learning
PBL 1
Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih banyak.
2 Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan
mengakibatkan model problem based learning tidak berjalan baik. i.
Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran Menurut pendapat Yusuf Yudi Prayudi 2011 Kualitas proses
pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif:
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum- praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek
kognitif difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan
lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat
dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill
problem solving yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa yaitu diantaranya aktif bertanya, dapat kerjasama dengan baik, mampu
menyelesaikan masalah dengan baik. Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka
paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu : 1
Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk
berbagi dan mengolah informasi.
commit to user
28
28
2 Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi,
tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi. 3
Mekanisme balikan, kuis, ulanganujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.
4 Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa
test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey
terbatas.
B. Penelitian yang Relevan
1. Skripsi Ni Made Suci dengan judul “Penerapan Model
Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha” Tahun 2007. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan teori akuntansi mahasiswa jurusan ekonomi Undiksha dapat
meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar. Hal ini terbukti pada nilai rata-rata pre tes sebesar 56 meningkat setelah selesainya pelaksanaan tindakan
menjadi rata-rata 82,04. Pada penerapan model pemecahan masalah dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa akuntansi
KBM mata kuliah teori akuntansi. 2.
Skripsi Fitri Yuni Astiti dengan judul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi
Datar Tahun Pelajaran 20062007” Tahun 2007. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari nilai rata-rata nilai yang terjadi pada kondisi awal sebesar 55,5, siklus 1 meningkat menjadi 67,8, siklus 2 mengalami peningkatan 83,6.
3. Skripsi Rika Widyastuti dengan judul “Penggunaan Model
Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendiskripsikan Proses
commit to user
29
29
Pembentukan Tanah Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Begajah 4 Sukoharjo” Tahun 2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model
problem based learning
dapat meningkatkan kemampuan mendiskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas 5 SD Negeri Begajah 4 sukoharjo. Hal ini
ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata dan nilai tes akhir yang mengalami peningkatan. Hal ini tampak dari nilai rata-rata hasil tes siklus 1 69,58 dan
prosentasi ketuntasan belajar sebesar 71,73, nilai rata-rata hasiltes siklus II 84,93 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,39 dan nilai rata-rata hasil
tes akhir 91,41 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 95,65.
C. Kerangka Berpikir