Ransum Rumput Lapang Pakan Kelinci

commit to user 6

B. Pakan Kelinci

1. Ransum

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi kelici. Bahan pakan yang dapat diberikan pada kelinci terdiri dari dua jenis yaitu hijauan dan konsentrat. Sedangkan tingkat protein dalam pakan kelinci dibagi menjadi 2 macam ransum, pertama 16 dan yang kedua 14. Ransum itu masing- masing diberikan kepada kelinci yang kebutuhan gizinya tinggi dan yang kebutuhan gizinya rendah. Ransum yang dianjurkan adalah terdiri dari 40 oat, 25 gandum, 15 burley, 18 bungkil, 1 tepung tulang dan 1 garam. Keseluruhannya merupakan 40 dari total ransum sedangkan selebihnya 60 adalah berupa hijauan dan jerami, Blakely dan david, 1991. Apabila akan menyusun suatu ransum untuk ternak kelinci, maka terlebih dahulu harus diketahui standarisasi zat-zat pakan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Lemak :Pakan produksi harus mengandung lemak 3-6 sedangkan pakan untuk hidup pokok 2-4. 2. BETN :Kandungan karbohidrat didalam pakan produksi harus 44-52 sedangkan pakan untuk hidup pokok 42-50. 3. Protein :Pakan produksi harus mengandung 16-19 protein sedangkan pakan untuk hidup pokok 12-15. 4. Abu :Baik pakan produksi maupun pakan untuk hidup pokok, kandungankadar abunya harus diantara 5-6,5. 5. Serat :Kadar serat pada pakan produksi harus lebih rendah daripada pakan untuk hidup pokok yaitu sebesar 12-16 pada pakan produksi dan 17-22 pada pakan untuk hidup pokok. 6. Energi :Pakan produksi harus mengandung energi sebanyak 2600- 2900Kcalkg atau setara dengan 11-13 MJ DE sedangkan pakan untuk hidup pokok 2000-2200 Kcalkg atau setara dengan 8-10 MJ DE, Kartadisastra,1994. commit to user 7

2. Rumput Lapang

Kuantitas pakan yang tersedia mempengaruhi pola merenggut ternak baik itu ternak besar maupun ternak kecil. Bila jumlah kuantitas makanan hijauan yang tersedia terbatas maka lama waktu merenggut hijauan bertambah, sama halnya bila kualitas pakan hijauan itu rendah ternak menjadi sangat selektif merenggutnya. Sebagian waktu merenggut hijauan harus dijalankan pada malam hari bila stres klimak sangat parah pada siang hari, Reksohadiprodjo, 1995. Dalam ransum ternak ruminansia rumput lebih banyak digunakan karena selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Disamping itu rumput mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi pemotongan dan renggutan. Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak, Departemen Pertanian, 2009. Padang rumput yang hidup sepanjang tahun umumnya tidak cocok bagi daerah kering bila tidak tersedia irigasi pengairan. Bila tersedia pengairan, suatu spesies tanaman pakan mungkin bisa tumbuh. Satu contoh adalah penggunaan medicago spp tumbuh dengan irigasi di daerah yang sangat kering didaerah tropik di Arab barat daya. Beberapa rerumputan yang baik hidup pada padang rumput didaerah tropis yang basah adalah : a Branchiaria spp misalnya Branchiaria mutica dan Branchiaria broczantha, b Panicum spp misalnya guinea, c Digitaria spp misalnya Digitaria decumbens, d Ischaemum spp dan e echinochloa polystachya, Williamson dan payne, 1993. Di Indonesia pada umumnya pakan ternak terdiri atas hijauan, terutama rumput lapangan karena jenis rumput ini tumbuhnya tidak tergantung pada musim dan dapat tumbuh dengan subur baik di pinggir jalan, selokan dan di pinggir kali. Rumput lapangan yang tumbuh pada lahan tersebut umumnya berkualitas rendah dengan kandungan TDN commit to user 8 Total Digestible Nutrient 60,1 dan protein kasar 8,77 . Kualitas rumput lapangan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak ruminansia, Yasin dan Dilaga, 1997.

3. Konsentrat

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN AMPAS BIR DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK KELINCI NEW ZEALAND WHITE JANTAN

2 11 42

PENGARUH SUBSTITUSI JERAMI KACANG TANAH DENGAN SILASE DAUN PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE JANTAN

1 21 37

PENGGUNAAN WHEAT POLLARD FERMENTASI DALAM KONSENTRAT TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM KELINCI KETURUNAN VLAAMSE REUS JANTAN

1 15 43

PENGARUH PENGGUNAAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN ORGANIK PADA KELINCI KETURUNAN VLAAMS REUS JANTAN

0 3 50

Pengaruh Penggunaan Bungkil Biji Kapuk (Ceiba Pentandra) Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Pada Domba Lokal Jantan

0 7 46

Pengaruh penggunaan kulit ari biji mete (anacardium occidentale) dalam ransum Terhadap kecernaan bahan kering Dan bahan organik pada domba Lokal jantan

2 22 38

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN TEPUNG BIJI KARET YANG DISUPLEMENTASI Na2S2O3 DALAM RANSUM KELINCI NEW ZEALAND WHITE JANTAN TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK

0 11 44

PENGARUH PENGGUNAAN KULIT NANAS TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK RANSUM KELINCI NEW ZEALAND WHITE JANTAN

0 7 42

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN TERPROTEKSI DAN L CARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING, KECERNAAN BAHAN ORGANIK DAN KECERNAAN SERAT KASAR DOMBA LOKAL JANTAN

0 10 90

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

0 0 5