commit to user 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak kelinci merupakan hewan yang memiliki kelebihan dibandingkan ternak ruminansia. Perkembangbiakan ternak kelinci cepat serta
mudah pemeliharaanya karena tidak membutuhkan lahan yang luas sehingga menjadikan ternak kelinci sebagai ternak alternatif dalam memenuhi
kebutuhan daging. Daging kelinci berwarna putih dan mudah untuk dicerna dalam tubuh manusia, kandungan protein hewani kelinci juga lebih tinggi
dibandingkan dengan ternak ruminansia. Hal ini menjadikan ternak kelinci sebagai bahan pangan sumber protein alternatif bagi masyarakat dalam
memenuhi protein hewani. Sarwono 1998 menyatakan bahwa struktur daging kelinci lebih halus dengan warna daging dan bentuk fisik
yang menyerupai daging ayam. Daging kelinci berwarna putih, kandungan
proteinnya yang tinggi, rendah lemak dan kadar kholesterol daging juga rendah. Kadar protein daging kelinci cukup tinggi yaitu 20 dan setara
dengan daging ayam Farrel dan Raharjo, 1984 cit Lestari et al, 2000, bahkan proteinnya bisa mencapai 25 Ensminger et al., 1990 cit Lestari et al., 2000,
sedangkan kadar lemak 10,2 , energinya 7,3 dan kolesterol rendah dibandingkan daging dari ternak lain yaitu 10,2 Dwiyanto et al., 1985 cit
Lestari et a.l, 2000. Menurut Kartadisastra 1997 kandungan protein pada daging ayam
20; sapi 16,3; domba 15,7 sedangkan kandungan lemak pada ayam 11; sapi 22 dan domba 27,7. Ouhayoun 1998 cit Lestari et al., 2000
menyatakan bahwa daging kelinci mempunyai kadar kolesterol yang rendah yaitu 50 mg100 g dan lemak kelinci relatif kaya asam lemak esensial. Melalui
manipulasi pakan, daging kelinci dapat ditingkatkan kualitasnya. Peningkatan 50 kadar lisin dari ransum kontrol, mampu menurunkan kadar kolesterol
daging sebesar 8 Lestari et al., 2000, sedangkan penambahan sebesar 20 lisin dari ransum kontrol dapat meningkatkan kadar kalsium daging sampai
sekitar 27. Wahyuni et al., 200. 1
commit to user 2
Pakan merupakan faktor terpenting dalam usaha peternakan baik dalam skala besar maupun skala kecil. Pakan merupakan kombinasi antara
bahan yang mudah didapat, modal kecil dan perkembangbiakannya yang cepat, sehingga menjadikan budidaya kelinci masih sangat relevan dan cocok
sebagai alternatif usaha bagi petani miskin yang tidak memiliki lahan yang luas dan tidak mampu memelihara ternak besar. Keberhasilan usaha
pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh pakan yang diberikan disamping faktor pemilihan bibit dan tata laksana pemeliharaan yang baik. Agar kelinci
dapat berproduksi tinggi, maka perlu dipelihara secara intensif dengan pemberian pakan yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Pakan kelinci dapat berupa hijauan, namun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga produksinya tidak akan
maksimum, maka dari itu dibutuhkan pakan konsentrat. Penggunaan konsentrat dirasa memberatkan bagi para peternak karena harganya yang
mahal, dimana biaya pakan dalam usaha 60-70 dari total biaya produksi. Di negara sedang berkembang kelinci dapat diberi pakan hijauan yang
dikombinasikan dengan limbah pertanian dan limbah hasil industri pertanian. Jagung merupakan salah satu bahan pakan untuk ternak yang memiliki
mutrisi cukup tinggi sehingga mampu untuk meningkatkan kecernaan ternak.. Menurut Suarni dan Widowati 2009, kandungan nutrien jagung yaitu kadar
protein 9,97 , serat kasar 2,95 , lemak 5,10, karbohidrat 72,7, abu 1,85 dan kadar airnya 11,03. Kandungan nutrisi jagung tersebut sangat baik untuk
pakan ternak akan tetapi relatif mahal harganya serta menjadi bahan pangan bagi manusia. Oleh karena itu perlu adanya pergantian jagung dengan bahan
lain yang diharapkan mampu menggantikan penggunaan jagung baik dari segi ekonomi maupun nilai nutriennya. Misalnya dengan bahan alternatif dari
limbah pertanian ataupun limbah industri seperti kulit ari testa biji mete. Pakan alternatif kulit ari testa biji mete merupakan limbah dari
produksi olahan mete yang biasanya digunakan sebagai bahan bakar atau dibuang. Kulit ari testa biji mete masih dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Hal ini dikarenakan kandungan nutrien kulit ari testa biji mete masih
commit to user 3
dapat digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Muljohardjo 1990, kandungan nutrien kulit ari testa biji mete yaitu : kadar air 8,1, kadar
mineral 1,8, serat kasar 11, kadar protein 7,0, kadar karbohidrat 59,2, dan kadar lemak 12,3. Akan tetapi dalam kulit ari testa biji mete terdapat
zat anti kualitas yaitu zat tanin yang menyebabkan penurunan kecernaan kelinci, sehingga untuk mengurangi zat tersebut dilakukan proses perendaman
dengan air hangat bersuhu 40 C selama 24 jam.
Atas dasar tersebut maka perlu penelitian tentang pengaruh penggunaan kulit ari testa biji mete terhadap kecernaan kelinci Flemish giant
jantan. Sehingga dapat memberi informasi apakah sampai level 4,5 kulit ari testa biji mete dapat menggantikan jagung.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk penelitian tentang pengaruh substitusi jagung dengan kulit ari testa biji mete terhadap
kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik kelinci Flemish giant jantan.
B. Rumusan Masalah