15
objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam setiap
penelitian harus
disertai dengan
pemikiran-pemikiran teoritis,dengan tujuan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk
proses tertentu terjadi.
12
Teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan
perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.
13
Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka logis artinya menempatkan permasalahan dalam suatu penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka
teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah untuk mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian,
membuat ramalan atau prediksi atas dasar penenmuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu
penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris yang dapat dinyatakan benar.
14
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum yang dikemukakan oleh Philipus M Hadjon Perlindungan hukum artinya suatu
perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif
12
Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Jakarta : Universitas Pers, 1986, hal 122
13
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Madju, 1994, hal 80
14
Ibid, hal 17
Universitas Sumatera Utara
16
maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa
aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.
15
Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan. Tujuannya adalah meminimalisasi
peluang terjadinya pelanggaran merek dagang. Langkah ini difokuskan pada pengawasan pemakaian merek, perlindungan terhadap hak eksklusif pemegang hak
atas merek dagang terkenal asing, dan anjuran-anjuran kepada pemilik merek untuk mendaftarkan mereknya agar haknya terlindungi. Perlindungan hukum represif yang
dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak atas merek. Tentunya dengan
demikian peranan lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya.
16
Perlindungan hukum menunjukkan arti bahwa hukum itu melindungi sesuatu. Sesuatu yang dilindungi oleh hukum adalah kepentingan manusia, karena memang
hukum itu dibuat oleh dan untuk manusia atau masyarakat. Kepentingan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam
melaksanakannya. Perlindungan hukum diperlukan untuk mewujudkan fungsi hukum dan tujuan
hukum. Pada umunnya ahli ahli hukum sudah sepakat mengatakan bahwa fungsi
15
Otje Salman, Teori Hukum Suatu PencarianPenelaahan, Jakarta :Granada Media,2007, hal 19
16
Y Sri Pudyatmoko, Penegakan dan perlindungan Hukum, Jakarta : Salemba Empat, 2007,hal 155-160
Universitas Sumatera Utara
17
hukum merupakan perlindungan kepentingan manusia, sementara tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang terbit, menciptakan ketertiban
dan keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia terlindungi.
Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki oleh manusia. Sanusi Bintang dalam bukunya yang berjudul “Hak Cipta” memgartikan
hak sebagai Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk dipergunakan secara bebas.
17
Menurut Satjipto Raharjo Hak tidak saja berarti kewenangan yang dilindungi oleh hukum namun juga menekankan pada pengakuan atas wewenang dari
hak tersebut.
18
Diantara hak-hak yang diakui oleh masyarakat global harus mendapat perlindungan adalah Intelectual Property Rights atau di sebut juga hak kekayaan
intelektual, hak yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan hasil karya atau pikiran manusia. Beberapa penulis hukum ada pula yang nmenggunakan istilah Hak
Milik Intelektual. Hak Milik Intelektual tersebut meliputi: a. Hak milik hasil pemikiran intelektual, melekat pada pemiliknya, bersifat
tetap dan eksklusif; b. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.
19
Dalam Hak Kekayaan Intelektual, salah satunya mencakup merek. Merek tersebut harus memiliki daya pembeda yang cukup,artinya memiliki kekuatan untuk
17
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, Bandung :Citra Aditya, 1998, hal 1
18
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya, 1996, hal 54
19
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 1
Universitas Sumatera Utara
18
membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan dari perusahaan lainnya. Agar memiliki daya pembeda, merek itu harus dapat memberikan ciri khas pembeda pada
barang atau jasa yang bersangkutan yang pada umumnya dilekatkan pada barang atau pada bungkusan barang, atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang
bersangkutan dengan jasa.
20
Ciri khas pembeda demikian diharapkan dapat memberikan citra sekaligus menunjukkan goodwill itikad baik perusahaan tersebut.
Demikian pentingnya peranan Merek sehingga terhadapnya terkait hak-hak perseorangan atau badan hukum, sehingga pada dasarnya Merek dimata hukum
adalah benda tidak berwujud.
21
Pengertian Merek yang diberikan oleh Undang- Undang Merek pun tidak jauh berbeda dengan yang terdapat dalam Black Law
Dictionary, yang pada prinsipnya terkandung penegasan bahwa: 1. Merek setiap tanda barang dagang atau jasa.
2. Untuk membedakan barang atau jasa dari barang atau jasa orang lain.
22
Perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum pemilik merek yang telah terdaftarkan di Direktorat Jendaral Hak Kekayaan Intelektual. Perlindungan
hukum yang diberikan oleh Undang-Undang merek di Indonesia hanya pada merek terdaftar. Pada Merek yang telah terdaftar di Departemen Kehakiman Bidang Hak
Kekayaan Intelektual selanjutnya akan mendapatkan Hak Atas Merek. Pada Undang- Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 disebutkan bahwa:
20
Endang Purwaningsih, Op.Cit, hal 49
21
OK. Saidin, Op. Cit, hal 331
22
M. Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No.19 Tahun 1992, Bandung : Citra Aditya Bakti, , 2002, hal 181
Universitas Sumatera Utara
19
“Hak Atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu
dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.
Hak atas merek dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 menggunakan “Sistem Deklaratif”, yaitu memberikan Hak Atas Merek kepada pemakai pertama di
Indonesia walaupun tidak didaftarkan, dengan didaftarkan maka pemiliknya dianggap sebagai pemakai pertama kecuali terbukti sebaliknya, maka dapat dibatalkan
berdasarkan Pasal 10.
23
Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 ini sudah memakai “Sistem Konstitutif”. Sistem Konstitutif ini memberikan Hak Atas Merek
yang terdaftar, dengan demikian pihak yang mereknya terdaftar dalam Daftar Umum Kantor Merek sajalah yang berhak terhadap merek tersebut. Sistem ini lebih
menjamin adanya kepastian hukum, yaitu kepada pihak yang mempunyai bukti pendaftaran dan diterima sebagai merek dalam bentuk sertifikat sebagai bukti sah
kepemilikan merek, dianggap sekaligus sebagai pemakai pertama merek tersebut, dan jika terjadi sengketa maka merek terdaftar tersebut lebih mudah memberikan
pembuktian daripada merek yang tidak terdaftar, dimana dalam kasus-kasus sidang perdata dalam pemeriksaannya lebih menggunakan bukti otentik atau tulisan
dibandingkan dengan bukti keterangan saksi-saksi. Pada sistem konstitutif ini perlindungan diberikan kepada pendaftar pertama yang beritikad baik.
24
23
Erma Wahyuni, T. Syamsul Bahri, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia,2002, hal. 143.
24
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung :PT.Alumni, 2003, hal 320
Universitas Sumatera Utara
20
Jadi dalam Undang-Undang merek No. 15 tahun 2001, Hak Atas Merek hanya dapat dimiliki oleh Pemilik Merek Terdaftar, merek tersebut hanya dapat digunakan
oleh yang bersangkutan. Namun dapat juga digunakan oleh pihak ketiga, hal inilah yang disebut dengan Sistem Konstitutif, yaitu setiap merek, baru dapat dilindungi
apabila merek tersebut telah didaftarkan. Tapi dalam hal terdapat unsur itikad tidak baik dari pemohon pendaftaran merek tersebut maka pendaftaran hak atas merek
tersebut dapat di tolak, hal ini sebagaimana tercantum di dalam Pasal 4 Undang- Undang nomor 15 tahun 2001 yang mengatur tentang merek.
Sedangkan merek yang tidak terdaftar, yang tergolong merek terkenal juga di berikan perlindungan. Definisi Merek Terkenal didalam Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 Tentang Merek hanya tersirat diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b, didalamnya pengertian dan pengaturan tentang merek terkenal tidak terlalu jelas.
Pengertian terhadap merek terkenal lebih kita dapati dalam Konvensi-Konvensi Internasional dan Pendapat Para Sarjana. Oleh karena pada merek terkenal tidak
didaftarkan akan tetapi tetap mendapat perlindungan hukum, maka hal ini menunjukkan pada prinsipnya perlindungan terhadap merek terkenal adalah
merupakan pengecualian dari Sistem Konstitutif dalam perlindungan merek secara umum.
2. Konsepsi
Konsep adalah
salah satu
bagain terpenting
dari teori.
Konsepsi diterjenmahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
21
khusus, yang disebut dengan operational definition.
25
Suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari
jumlah karakteristik kejadian, keadan, kelompok atau individu.
26
Dalam penelitian tesis ini, perlu kiranya didefinisikan beberapa pengertian konsep-konsep yang saling terhubung guna menghindari kesalahpahaman atas
berbagai istilah yang dipergunakan dalam penulisan tesis ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep sebagai
berikut: 1. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
2. Merek asing adalah suatu merek yang dimiliki oleh badan hukum asing yang belum terdaftar menurut hukum merek di Indonesia
3. Pendaftaran secara itikad tidak baik adalah pendaftaran suatu merek yang memiliki persamaan pada pokoknya ataupun persamaan pada keseluruhan
dengan merek terdaftar maupun merek terkenal, yang bertujuan untuk membonceng ketenaran suatu merek
G. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian pada dasarnya ada menggunakan metode penelitian dan metode penelitian tersebut ditentukan berdasarkan pada tujuan penelitian.
27
Sebelum menjelaskan lebih lanjut metode yang digunakan dalam penelitian ini,
25
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998, hal 31
26
Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal 19
27
Jujun S.Suria Sumantri, Filsafat Hukum suatu Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan, hal 328
Universitas Sumatera Utara
22
terlebih dahulu perlu dipahami arti tentang metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana cara atau prosedur,
maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
28
Metode penelitian adalah metodologi yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian.
29
1. Sifat dan pendekatan penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini yaitu bersifat deskriptif analistis. Deskriptif maksudnya untuk mengetahui gambaran secara
menyeluruh dan sistematis mengenai peraturan yang dipergunakan yang berkaitan dengan masalah yang di kaji. Analitis adalah mengungkapkan karakteristik objek
dengan cara menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang pokok persoalan yang diteliti. Jadi penelitian ini mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan objek penelitian.
30
Penelitian ini akan menguraikan secara utuh, menyeluruh dan sistematis kaidah-kaidah hukum yang terdapat didalam perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap merek asing di Indonesia.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis normatif normative legal research ataupun disebut juga penelitian hukum
doktrinal, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional, Magelang : Penerbit Akmil, 1987, hal 8
29
Taliziduhu Ndraha, Metodologi Ilmu Pemerintahan, Jakarta : Rineka Cipta, 1997, hal 24
30
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 105
Universitas Sumatera Utara
23
pada peraturan perundang-undangan,
asas-asas hukum, kaedah
hukum dan
sistematika hukum
serta mengkaji
ketentuan perundang-undangan,
putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya.
31
Penelitian normatif merupakan penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya.
32
Penelitian normatif sering kali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang objek kajiannya adalah dokumen peraturan perundang-
undangan dan bahan kepustakaan.
33
Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum dan putusan
pengadilan yang menjadi fokus dan tema penelitian ini.
34
2. Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data adalah bagain penting dalam suatu penelitian, karena dengan pengumpulan data akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya
dianalisis sesuai kehendak yang diharapkan. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kepustakaan.
35
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.
36
31
Ibrahim Johni, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, malang : Bayu Media Publishing, 2005, hal 336
32
Ibid, hal 57
33
Soejono H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Bina Cipta, 2003, hal 56
34
Ibid, hal 302
35
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Suatu Pengantar,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal 10
36
Soerjono Soekanto dan Sri Manudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tingkatan Singkat,Jakarta : Raja Grafindo Indonesia, 1995, hal 38
Universitas Sumatera Utara
24
a Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berhubungan dan mengikat, seperti peraturan perundang-undangan dan literatur dari para ahli hukum,
yakni Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang hak merek. b Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum dari buku teks yang berisi
mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan kalsik para sarjana yang memiliki kalsifikasi tinggi.
37
Bahan hukum sekunder terdiri dari semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi
yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer sebagaimana yang terdapat dalam kumpulan pustaka yang bersifat sebagai penunjang dari
bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder ini bisa berasal dari buku-buku, hasil-hasil penelitian dan hasil karya ilmiah dari kalangan hukum.
c Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus, ensiklopedia dan majalah yang berkaitan dengan tema yang diteliti.
38
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian kepustakaan library research. Studi kepustakaan
dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajuan terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku teks, teori-teori literatur-literatur, tulisan-
tulisan para pakar hukum, dan bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.
39
37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,Jakarta : Praditya Paramitha, 2005, Hal 141
38
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta : Raja Grafindo Persada,2006, hal 31
39
Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Bina Cipta, 2004, hal 97.
Universitas Sumatera Utara
25
Pengumpulan data adalah merupakan suatu bagain yang penting dalam suatu penelitian dan dalam pengumpulan data harus selalu berpedoman pada ruang lingkup
penelitian dan tujuan penelitian. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu studi dokumen Documentary study.
4. Analisa Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang tepat guna memberikan jawaban terhadap permasalahn
yang akan diteliti. Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data kedalam pola, kategori
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.
40
Analisa data yang digunakan dalam tesis ini adalah analisa data kualitatif yang artinya menggunakan data secara bermutu dalam kalimat yang teratur, logis, tidak
tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan dalam interprestasi data dan pemahaman hasil analisa. Data sekunder yang diperoleh kemudian disusun secara
sistematis, untuk selanjutnya dianalisis menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Kemudian data
dikelompokkan atas data yang sejenis, untuk kepentingan analisis, sedangkan evaluasi dan penafsiran dilakukan secara kualitatif yang dicatat satu persatu untuk
dinilai kemungkinan persamaan jawaban. Oleh karena itu data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah dan diterjemahkan secara logis sistematis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode pendekatan dedukatif.
40
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, hal 103.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM YANG DIBERIKAN UNDANG-UNDANG