10 Kismurtono didapat volume starter optimum untuk proses fermentasi nira aren
adalah 25 dengan kondisi standar [15].
Proses pemurnian bioetanol setelah proses fermentasi dilakukan dengan proses distilasi [43]. Pada tahap ini
dihasilkan distilat dengan kadar alkohol 45-50, untuk meningkatkan kadar bioetanol hingga 95 dilakukan proses disitilasi
bertingkat. Selanjutnya untuk mengeluarkan sisa air 4-5 dapat dilakukan dengan cara penambahan senyawa anhidrus, distilasi azeotrop atau dengan cara
filterisasi molecular sieve [17].
2.4 SACCHAROMYCES CEREVISIAE
Mikroorganisme yang paling banyak digunakan untuk memproduksi bioetanol adalah ragi, khususnya Saccharomyces cerevisiae. S.cerevisiae sering
dipilih untuk produksi etanol karena sangat baik dalam melakukan fermentasi dan kemampuannya untuk tumbuh dengan cepat dibawah kondisi anaerobik dan
toleransi yang tinggi terhadap etanol [41] S.cerevisiae banyak diaplikasikan pada bioteknologi karena memiliki fitur
penting yaitu genomik DNA nya tidak mengandung intron, urutan genom yang telah ditentukan dan teknologi fermentasi cukup berbeda [44].
Salah satu media untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah nira. Nira aren dapat mengalami fermentasi secara alami karena dari asalnya nira aren telah
membawa sel ragi yaitu Saccharomyces tuac, Dengan itu Saccharomyces sangat aktif dalam mensintesis gula sehingga menghasilkan alkohol [33].
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Energi adalah kebutuhan fundamental bagi kelangsungan hidup suatu Negara [1] sementara itu ketersediaan sumber energi minyak bumi dan gas alam di Indonesia
diperkirakan hanya akan bertahan hingga 53 tahun mendatang [2]. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang cepat, industrialisasi, keterbatasan minyak bumi dan
dampak negatif yang ditimbulkan dari hasil pembakaran fosil, mendorong pencarian alternatif baru yakni energi terbarukan [3].
Salah satu jenis energi terbarukan adalah energi yang berasal dari makhluk hidup energi biomassa. Hal ini sangat tepat diterapkan di Indonesia yang memiliki hasil
perkebunan dan pertanian biomassa yang melimpah, baik produk maupun limbahnya [4]. Penggunaan biomassa secara langsung dibakar tidak lah efisien dan
dapat mencemari lingkungan. Sehingga konversi biomassa ke sumber energi yang lebih efisien [5] seperti etanol [3] [6] sangat diperlukan.
Bioetanol atau etil alkohol C
2
H
5
OH [7] sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan juga terbarukan menjadi perhatian dunia dewasa ini [8] hal ini
dibuktikan dengan semakin meningkatnya produksi bioetanol dari tahun ke tahun yakni 17,3 juta liter pada tahun 2000, meningkat menjadi 46 juta liter di tahun 2007,
dan diestimasi akan meningkat secara drastis pada tahun 2020 yakni sebanyak 125 juta liter [9].
Bahan baku utama pembuatan bioetanol dengan proses fermentasi pada dasarnya berasal dari glukosa, pati [6] dan lignoselulosa [10]. Bioetanol dapat diproduksi dari
berbagai jenis biomassa seperti jagung, gandum, selulosa, alga [8] dan ampas tebu [11] yang mana bahan baku ini berwujud padatan. Adapun bahan baku cair yang
pernah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol adalah nira kelapa [12], nira nipah Nypa fructicans [13] [14], dan nira aren Arenga pinnata [15] [16].
Kelebihan bahan baku cairan nira adalah karena nira merupakan larutan gula yang dapat langsung memulai proses fermentasi sehingga dapat mempersingkat tahapan
produksi etanol [17]. Hal ini berbeda jika bahan baku berasal dari pati dan selulosa, dimana pati harus melalui proses hidrolisis untuk masuk ke tahapan fermentasi gula
Universitas Sumatera Utara
2 sedangkan selulosa harus dikonversi terlebih dahulu untuk mendapatkan gula dengan
bantuan mineral asam [18]. Produk terpenting dari aren Arenga pinnata adalah nira [19]. Nira adalah cairan
manis yang diperoleh dari air perasan batang atau getah tandan bunga tanaman [20]. Nira biasanya dijadikan gula aren [21] namun saat ini para peneliti fokus terhadap
produksi bioetanol dari nira aren melalui proses fermentasi [22] karena kadar gulanya yang tinggi 13,9-14,9 [23].
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pembuatan bietanol dari berbagai bahan baku cair dan penggunaan mikroorganisme Saccharomyces
cerevisiae dapat dilihat pada tabel 1.1. Pembuatan bioetanol berbahan baku gula dan pati melalui proses fermentasi
dengan bantuan mikroba S.cerevisiae adalah metode yang paling umum dan sering digunakan di industri [6]. S.cerevisiae digunakan untuk memecah glukosa dalam
proses fermentasi [24] untuk menghasilkan kadar etanol yang tinggi [25]. Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan nira aren Arenga pinnata dengan
bantuan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae sangat berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol.
Universitas Sumatera Utara
3 Tabel 1.1 Penelitian yang Telah Dilakukan Tentang Pembuatan Bioetanol dari Berbagai Bahan Baku dan Penggunaan Mikroorganisme
Saccharomyces cerevisiae
No Nama
Tahun Judul Penelitian
Katalis Variabel
Hasil
1 Fahrizal et al
2013 The Effect of Temperature and
Length of Fermentation on Bioethanol Production from Arenga
Plant Arenga pinnata MERR -
Variabel tetap : Tanpa penambahan nutrisi
Variabel berubah : waktu fermentasi 72,96,120,144,168 jam, temperatur
27
o
C dan 32
o
C Kondisi optimal
dengan waktu fermentasi 120 jam
dengan temperatur 32
o
C
2 Betiku
Taiwa 2014
Modeling and Optimization of Bioethanol Production From
Breadfruit Starch Hydrolizate vis-à- vis Response Surface Methodology
and Artificial Neural Network Dry Yeast
Variabel tetap : Suhu 30
o
C Variabel berubah : waktu fermentasi
6,12,18,24,30,36 jam, nutrisi dengan dan tanpa penambahan nutrisi, metode
optimasi RSM ANN Yield bioetanol:
RSM= 4,10, 21,33 jam
ANN= 4,22, 24 jam dengan
penambahan nutrisi
3 Hadi dkk
2013 Karateristik dan Potensi Bioetanol
dari Nira Nipah Nypa fructicans untuk Penerapan Skala Teknologi
Tepat Guna Saccharomyces
cerevisiae Variabel tetap : suhu reaksi 25
o
C - 30
o
C, Variabel berubah : keadaan fermentasi
terbuka, tidak sirkulasi dan tertutup, sirkulasi dan tertutup
Rendemen bioetanol tertinggi
8,1 dengan kadar 4,3 pada tahap
fermentasi sirkulasi dan tertutup
Universitas Sumatera Utara
4 Tabel 1.1 Penelitian yang Telah Dilakukan Tentang Pembuatan Bioetanol dari Berbagai Bahan Baku dan Penggunaan Mikroorganisme
Saccharomyces cerevisiae
No Nama
Tahun Judul Penelitian
Katalis Variabel
Hasil
4 Kismurtono
2012 Fed Batch Alcoholic
Fermentation of Palm Juice Arenga pinnata Merr :
Influence of The Feeding Rate on Yeast, Yield and
Productivity Saccharomyces
cerevisiae Variabel tetap : waktu fermentasi 24 jam
Variabel berubah : proses treatment p1,p2,p3,p4
Yield bioetanol: 99,5 25 volume
starter, 0,4 NPK, 5 bread yeast
5 Shahirah et al 2014
Influence of Nutrient Addition on The Bioethanol Yield From
Oil Palm Trunk Sap Fermented by Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae
Variabel tetap : suhu reaksi 32
o
C, kecepatan pengadukan 170 rpm, pH 6,
jumlah penambahan nutrisi 0,2 berat Variabel berubah : jenis nutrisi Na
2
HPO
4
, MgSO
4
, NH4
2
SO
4
, C
3
H
7
NO
2
, nutrisi dengan dan tanpa penambahan nutrisi
Yield bioetanol: Tanpa nutrisi:
55,39, Terbaik dengan
penambahan nutrisi MgSO
4
81,89
6 Chairul dan
Yenti 2013
Pembuatan Bioetanol dari Nira Nipah Menggunakan
Sacharomyces cerevisiae Saccharomyces
cerevisiae Variabel tetap : suhu kamar, volume starter
10, kecepatan pengadukan 200 rpm, Urea 46 N 0,4 grl dan NPK 16 P
0,5 grl Variabel berubah : volume ragi 15 dan 20
grl, waktu pengambilan sampel 24, 36, 48, 60, dan 72 jam, pH awal fermentasi
4,5 ; 5,0, ; dan 5,5 Volume etanol yang
dihasilkan 14 vv pada kondisi
optimum pH 4,5 ; waktu fermentasi 36
jam ; dan massa ragi 15 grl
Universitas Sumatera Utara
5
1.2 PERUMUSAN MASALAH