LOKASI PENELITIAN BAHAN DAN PERALATAN PENGARUH VOLUME STARTER DAN AGITASI TERHADAP KADAR BIOETANOL

11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Industri, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jalan Almamater Kampus USU, Medan, Indonesia.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain : 1. Nira aren 2. Biokatalis S.cerevisiae 3. NPK

3.2.2 Peralatan

Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain : 1. Autoclave 2. Beaker glass 3. Corong gelas 4. Erlenmeyer 5. Gelas ukur 6. Hemositometer 7. Kondensor refluks 8. Labu leher tiga 9. Neraca digital 10. Piknometer 11. Refraktometer 12. Rotary shaker 13. Stopwatch 14. Termometer Universitas Sumatera Utara 12

3.3 PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1 Prosedur Pembuatan Starter

1. Semua peralatan disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C. 2. Nira aren dipasteurisasi pada suhu 80 o C. 3. Dicampurkan satu oase S.cerevisiae dengan 850 ml nira aren kemudian diaduk di rotary shaker hingga merata. 4. Starter didiamkan selama 48 jam pada suhu ruangan. 5. Dilakukan perhitungan jumlah sel hingga diperoleh konsentrasi larutan starter diatas 1.10 6 selml dengan hemositometer.

3.3.2 Prosedur Fermentasi

1. Semua peralatan disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C. 2. Nira aren dipasteurisasi pada suhu 80 o C. 3. Kadar gula nira aren diukur dengan refraktometer. 4. Dicampurkan nira aren dengan larutan starter sebanyak 15 vv dari total volume campuran 850 ml. 5. Ditambahkan NPK 0,4 mm ke dalam larutan. 6. Campuran diaduk di rotary shaker dengan kecepatan agitasi 75 rpm selama 24 jam pada suhu ruangan. 7. Dimasukkan hasil fermentasi ke dalam peralatan distilasi, kondisi operasi diatur pada suhu 88 o C. 8. Distilat di tampung dengan erlenmeyer dan diukur volumenya. 9. Diambil sampel distilat untuk dianalisis. 10. Prosedur di atas diulangi dengan volume starter 25, 35, 45, dan 55 serta variasi kecepatan agitasi 100 rpm dan 125 rpm. Universitas Sumatera Utara 13

3.3.3 Prosedur Analisis

3.3.3.1 Prosedur Analisis Gula 1. Dilakukan kalibrasi dengan cara dibuka penutup prisma dan diteteskan 2-3 aquades. Ditutup penutup prisma sehingga aquades membasahi seluruh permukaan prisma tanpa adanya gelembung udara. Dibiarkan selama 30 detik sebelum lanjut ke langkah selanjutnya. 2. Diarahkan prisma ke arah sumber cahaya kemudian diamati di bagian lensa pengamat. 3. Dikalibrasi refraktometer dengan cara memutar sekrup sehingga bagian atas yang berwarna biru dan bagian bawah yang berwarna putih tepat berada di skala nol. 4. Diulang langkah satu dengan mengganti auades dengan sampel. Dilakukan langkah dua dan tiga. Pada langkah ketiga konsentrasi larutan gula dapat langsung dibaca pada alat. [45] 3.3.3.2 Prosedur Analisis Oksidasi Bioetanol dengan Kalium Dikromat K 2 Cr 2 O 7 1. Disiapkan sebuah tabung reaksi. 2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 ml K 2 Cr 2 O 7 2 dan ditambahkan 5 tetes H 2 SO 4 pekat kemudian dihomogenkan. 3. Ditambahkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi. 4. Diamati perubahan yang terjadi. 5. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari jingga ke hijau kebiruan. [46] 3.3.3.3 Prosedur Analisis Densitas 1. Alat piknometer yang digunakan untuk mengukur densitas bioetanol dikeringkan ke dalam oven pada temperatur 100 o C selama 10 menit kemudian didinginkan sampai suhu kamar. 2. Ditimbang piknometer kosong dengan menggunakan neraca analitis kemudian dicatat massanya. Universitas Sumatera Utara 14 3. Diisi piknometer dengan aquades kemudian ditimbang dengan neraca analitis dan dicatat massanya. Dicatat suhu aquades pada saat pengukuran. 4. Piknometer dikeringkan di dalam oven pada temperatur 100 o C selama 10 menit lalu didinginkan sampai suhu kamar. 5. Dimasukkan sampel distilat ke dalam. 6. Ditimbang piknometer yang berisi sampel distilat dengan menggunakan neraca analitis dan dicatat massanya. 7. Dihitung densitas distilat dengan rumus : ρ 1 m 1 = ρ 2 m 2 Dimana: ρ 1 = densitas air m 1 = massa piknometer berisi air – piknometer kosong ρ 2 = densitas distilat m 2 = massa piknometer berisi distilat – piknometer kosong [47] 3.3.3.4 Prosedur Analisis Spesific Gravity dan Api Gravity Specific gravity dan API gravity adalah suatu pernyataan yang menyatakan densitas kerapatan atau berat per satuan volume dari suatu bahan. Hubungan antara specific gravity sg dan API gravity G adalah sebagai berikut: Besarnya harga dari API gravity berkisar dari 0-100, sedangkan specific gravity merupakan harga relatif dari densitas suatu bahan terhadap air. Hubungan antara densitas dan specific gravity adalah sebagai berikut: [47] Universitas Sumatera Utara 15 3.3.3.5 Prosedur Analisis Nilai Kalor Nilai densitas, spesific gravity dan API gravity kemudian digunakan untuk menghitung nilai kalor dengan persamaan: [47] 3.3.3.6 Analisis Kadar Bioetanol dengan Metode Densitas Analisis kadar bioetanol dilakukan dengan metode densitas dengan cara berikut: 1. Nilai densitas yang diperoleh sebelumnya dicocokkan pada tabel 3.1. 2. Kadar etanol dihitung dengan menginterpolasi data densitas berat jenis dan kadar etanol pada suhu 32 o C pada tabel 3.1. [48] Tabel 3.1 Konversi Berat Jenis - Kadar Etanol Kadar Larutan Etanol Berat Jenis Larutan Etanol grml Kadar Larutan Etanol Berat Jenis Larutan Etanol grml 0,99503 25 0,95487 1 0,99314 26 0,95318 2 0,99129 27 0,95145 3 0,98948 28 0,94968 4 0,98772 29 0,94789 5 0,98602 30 0,94606 6 0,98438 31 0,94420 7 0,98277 32 0,94306 8 0,98117 33 0,94038 9 0,97957 34 0,93842 10 0,97799 35 0,93644 11 0,97645 36 0,93443 12 0,97492 37 0,93298 13 0,97341 38 0,93035 14 0,97192 39 0,92826 15 0,97044 40 0,92616 16 0,96898 41 0,92403 17 0,97044 42 0,92187 18 0,96599 43 0,91970 19 0,96446 44 0,91751 20 0,96291 45 0,91532 21 0,96134 46 0,91559 22 0,95976 47 0,91088 23 0,95815 48 0,90865 Universitas Sumatera Utara 16 Ya

3.4 FLOWCHART PENELITIAN

3.4.1 Flowchart Pembuatan Starter

Gambar 3.1 Flowchart Pembuatan Starter Ya Tidak Dilakukan perhitungan jumlah sel dengan hemositometer Nira aren dipasteurisasi pada suhu 80 o C Mulai Selesai Disterilisasi semua peralatan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C Dicampurkan satu oase S.cerevisiae dengan 850 ml nira aren kemudian diaduk dengan rotary shaker hingga merata Apakah konsentrasi starter sudah lebih dari 1.10 6 selml? Starter didiamkan selama 48 jam pada suhu ruangan Universitas Sumatera Utara 17 Ya Tidak

3.4.2 Flowchart Fermentasi

Gambar 3.2 Flowchart Proses Fermentasi Mulai Disterilisasi semua peralatan di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C Kadar gula nira aren diukur dengan refraktometer Dicampurkan nira aren dengan larutan starter sebanyak 15 vv dari total volume campuran 850 ml Selesai Ditambahkan NPK 0,4 mm ke dalam larutan Dimasukkan hasil fermentasi ke dalam peralatan distilasi, kondisi operasi diatur pada suhu 88 o C Campuran diaduk di rotary shaker dengan kecepatan agitasi 75 rpm selama 24 jam pada suhu ruangan Distilat di tampung dengan erlenmeyer dan diukur volumenya Diambil sampel distilat untuk dianalisis Apakah masih ada variasi lain? Nira aren dipasteurisasi pada suhu 80 o C Universitas Sumatera Utara 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL ANALISIS BAHAN BAKU DAN BIOETANOL 4.1.1 Hasil Analisis Kadar Gula Nira Aren Analisis kadar gula dilakukan dengan menggunakan alat hand-held refraktometer. Refraktometer tipe hand-held merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kadar gula pada bahan makanan. Kandungan gula dinyatakan dalam satuan Brix, yang artinya berat gram gula dari 100 gram larutan gula [49]. Dari hasil analisis diperoleh kadar gula untuk nira segar yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 Brix. Artinya terdapat 11 gram gula untuk setiap 100 gram nira segar.

4.1.2 Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra Red Etanol

Karakterisasi FTIR Fourier Transform Infra Red etanol dari nira aren dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari senyawa etanol. Karakteristik FTIR etanol dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Spektrum FTIR Fourier Transform Infra Red Etanol Dari Nira Aren Keterangan analisis gugus fungsi : - 3338,64 cm -1 : ikatan pada -OH - 2978,46 cm -1 : ikatan pada alkana C-H - 1642,94 cm -1 : ikatan C=O - 1085,45 cm -1 : ikatan C-O-H - 1043,87 cm -1 : ikatan dari C-OH Universitas Sumatera Utara 19 Data spektrum etanol dengan mencermati puncak serapan gelombang yang diperlihatkan dapat dianalisis bahwa pada serapan 3338,64 cm -1 terdapat serapan yang kuat dan melebar, hal ini menunjukkan adanya interaksi antara molekul elektronegatif O dengan positif H yang membentuk ikatan hidrogen. Artinya terdapat gugus –OH dalam sampel. Serapan kecil pada 2978,46 cm -1 menunjukkan adanya ikatan alkana C-H yang kuat. Bilangan gelombang 1642,94 cm -1 menunjukkan adanya ikatan C=O yang menyatakan bahwa terdapat gugus keton pada sampel. Keton mungkin terbentuk dari oksidasi sampel yang mengandung etanol. Bilangan gelombang 1085,45 cm -1 menunjukkan adanya ikatan C-O-H yang terdapat pada alkohol primer dan sekunder. Serta pada serapan 1043,87 cm -1 terdapat ikatan C-OH Maka dari hasil analisa FTIR ini dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung etanol.

4.1.3 Hasil Analisis Oksidasi Bioetanol dengan Kalium Dikromat K

2 Cr 2 O 7 Analisis ini dilakukan untuk menentukan adanya etanol dalam sampel. Adanya etanol dalam sampel diuji dengan menggunakan larutan kalium dikromat. Prinsip yang digunakan adalah reaksi redoks antara etanol dengan kalium dikromat dalam suasana asam. Reaksi yang terjadi adalah : 3C 2 H 5 OH+2K 2 Cr 2 O 7 +8H 2 SO 4 3CH 3 CHO+2Cr 2 SO 4 3 +11H 2 O +2K 2 SO 4 [50]. Reaksi ini ditandai dengan perubahan larutan yang mula-mula berwarna jingga menjadi biru. Gambar 4.2 menunjukkan perubahan warna larutan kalium dikromat sebelum dan sesudah penambahan bioetanol. a. Sebelum penambahan bioetanol b. Setelah penambahan bioetanol Gambar 4.2 Hasil Analisis Oksidasi Bioetanol dengan Kalium Dikromat Universitas Sumatera Utara 20

4.2 PENGARUH VOLUME STARTER DAN AGITASI TERHADAP KADAR BIOETANOL

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh volume starter dan agitasi pada proses fermentasi nira aren. Salah satu indikator keberhasilan dari proses fermentasi adalah kadar bioetanol yang dihasilkan. Produk hasil fermentasi selanjutnya didistilasi. Distilat kemudian dianalisis kadar bioetanolnya dengan melakukan perhitungan densitas yang selanjutnya diinterpolasi dalam hubungan konversi densitas dan kadar etanol [48]. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengaruh volume starter dan agitasi terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.3 Gambar 4.3 Pengaruh Volume Starter dan Agitasi Terhadap Kadar Bioetanol Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kadar bioetanol yang diperoleh mengalami peningkatan di awal perlakuan fermentasi kemudian mengalami penurunan setelah mencapai titik tertentu. Hal ini menandakan bahwa variasi volume starter dan agitasi yang dilakukan selama proses fermentasi mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan. Dari hasil penelitian ini diperoleh kadar bioetanol tertinggi yaitu 47,6182 diperoleh pada kondisi penambahan volume starter 35 dengan agitasi 100 rpm Penambahan volume starter dan kecepatan agitasi selanjutnya menghasilkan kadar bioetanol yang lebih rendah. Sedangkan kadar bioetanol terendah yaitu 20,1255 diperoleh pada kondisi penambahan volume starter 15 dengan agitasi 75 rpm. Universitas Sumatera Utara 21 Kismurtono [15] meneliti bahwa volume starter yang semakin tinggi akan menghasilkan kadar bioetanol yang semakin tinggi juga untuk waktu fermentasi 24 jam dengan menggunakan bahan baku nira aren dan S.cerevisiae sebagai biokatalisnya. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Eka dan Halim [51], yang menyatakan bahwa semakin banyak persen starter yang dicampurkan ke dalam substrat maka jumlah S.cerevisiae juga akan semakin banyak sehingga glukosa yang dikonversi menjadi etanol juga akan semakin meningkat. Namun dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa penambahan volume starter melebihi titik tertentu tidak meningkatkan kadar bioetanol yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh populasi sel yang tinggi. Kondisi pertumbuhan dan metabolisme pada populasi sel yang tinggi tidak diharapkan karena akan terjadi gangguan terhadap akses nutrisi yang diakibatkan keterbatasan ruang gerak sel [52]. Tingginya populasi sel juga akan meningkatkan jumlah karbondioksida sebagai produk sampingan dan etanol sebagai produk utama. Dalam proses fermentasi batch baik produk utama dan produk samping akan terakumulasi sehingga menjadi inhibisi bagi pertumbuhan mikroba [29]. Jumlah sel dalam media fermentasi sangat mempengaruhi kadar bioetanol yang dihasilkan, selain itu variasi agitasi yang dilakukan juga menunjukkan pengaruh yang cukup signifikan . Oktaviani, dkk [53] melakukan penelitian mengenai pengaruh laju pengadukan terhadap biokonversi bioetanol, dimana dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa tujuan dari pengadukan adalah untuk mencegah sel mikroorganisme membentuk gumpalan yang selanjutnya akan mengganggu perkembangbiakan sel akibat tidak mendapatkan makanan yang cukup dari substrat. Selain itu hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kecepatan pengadukan berbanding lurus dengan kadar bioetanol hingga mencapai titik maksimum, dimana setelah melewati titik tersebut penambahan kecepatan pengadukan akan menurunkan kadar bioetanol yang dihasilkan. Jeckson, dkk [54] meneliti bahwa hal itu disebabkan oleh pengadukan yang terlalu cepat sehingga mengganggu metabolisme yeast . Universitas Sumatera Utara 22

4.3 PENGARUH VOLUME STARTER DAN AGITASI TERHADAP YIELD BIOETANOL