22
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi sampel sebenarnya,dilakukan pada Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dari bulan Juni sampai Agustus 2015.
3.1 Alat − alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer ultraviolet UV Spectrophotometer Shimadzu 1800, neraca analitik Mettler
Toledo, dan alat-alat gelas.
3.2 Bahan − bahan
Bahan − bahan yang digunakan adalah metanol,asam klorida, piroksikam
Sigma-Aldrich, kapsul piroxicam PT Indofarma, kapsul pirofel PT Sanbe Farma, kapsul mecodene PT. Mecosin Indonesia, kapsul omeretik PT. Mutifa
Pharma, kapsul infeld PT. Interbat, kapsul pirocam PT. Dexamedica.
3.3 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposifSudjana,2002, yaitu tanpamembandingkan satu tempat dengan tempat yang lain, karena semua sampel
dianggap homogen. Piroksikam dalam sediaan kapsul yang beredar dipasaran terdapat 21 sediaan yang diproduksi.Rumus yang digunakan untuk penentuan
Universitas Sumatera Utara
23
jumlah sampel yaitu
1 +
N
Torbeck, 2009.Masing-masing dari nama obat piroksikam dalam sediaan kapsul tersebut kemudian ditulis dikertas dan
dimasukkan kedalam wadah. Selanjutnya diambil 6 sampel secara acak dan diperoleh masing-masing 5 sediaan piroksikam dengan nama dagang dan 1
sediaan piroksikam dengan nama generik contoh perhitungan pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1, Halaman 37.
3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan Pereaksi
3.4.1.1 Pembuatan Metanol–HCl 0.1M
Asam klorida pekat sebanyak 8.5 ml diencerkan dengan metanol sampai 1000 ml Ditjen.POM.,1995.
3.4.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Piroksikam dalam Metanol–HCl 0.1M
3.4.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I Piroksikam Sigma – Aldrich
Piroksikam ditimbang sebanyak 50 mg dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50.0 ml, ditambahkan metanol
−HCl 0.1M, dikocok lebih kurang 5 menit, kemudian dicukupkan dengan metanol
−HCl 0.1M sampai garis tanda.Konsentrasi piroksikam Larutan Induk Baku LIB I adalah 1000 µgml.
3.4.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II Piroksikam Sigma – Aldrich
Dipipet 5.0 ml Larutan Induk Baku I kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 50.0 ml dan dicukupkan dengan metanol
−HCl 0.1M sampai garis tanda.Konsentrasi piroksikam Larutan Induk Baku LIB II adalah 100.0 µ gml.
Universitas Sumatera Utara
24
3.4.2.3 Pembuatan Blanko dan Penentuan Baseline
Pelarut Metanol −HCl 0.1M dimasukkan kedalam kedua kuvet sebagai
blanko, kemudian diukur absorbansinya sehingga didapat baseline untuk
pengukuran sampel. 3.4.2.4 Pembuatan Kurva Serapan Piroksikam Sigma – Aldrich
Dari Larutan Induk Baku II dipipet sebanyak 1.0 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25.0 ml dicukupkan dengan metanol–HCl 0.1M sampai garis tanda.
Konsentrasi piroksikam adalah 4.0 µ gml. Lalu diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200
− 400 nm.
3.4.2.5 Pembuatan danPenentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Piroksikam Sigma – Aldrich dalam Larutan Metanol–HCl 0.1 M
Dari Larutan Induk Baku II dibuat larutan piroksikam dengan berbagai konsentrasi yaitu : 2.0; 3.0; 4.0; 5.0; 6.0 µgml dengan memipet Larutan Induk
Baku II masing – masing : 1.0; 1.5; 2.0; 2.5; 3.0 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml kemudian dicukupkan dengan metanol–HCl 0.1M sampai garis
tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan Spektrometer UV pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan menggunakan
metanol–HCl 0.1M. 3.4.2.6 Penentuan Kadar Piroksikam dalam Sediaan Kapsul
Ditimbang piroksikam sebanyak 20 kapsul, dicatat beratnya, isi piroksikam dalam kapsul dikeluarkan kemudian digerus homogen, cangkang
kapsul ditimbang. Serbuk piroksikam ditimbang setara dengan 20 mg sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, kemudian
dilarutkan dengan metanol −HCl 0.1M, dikocok lebih kurang 5 menit, dicukupkan
Universitas Sumatera Utara
25
dengan metanol −HCl 0.1M sampai garis tanda, konsentrasi piroksikam adalah
400.0 µgml. Disaring dan lebih kurang 5.0 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat
selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 0.25 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 25.0 ml, dicukupkan dengan metanol–HCl 0.1M sampai garis tanda,
konsentrasi piroksikam adalah 4.0 µgml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang dengan menggunakan metanol–HCl 0.1M sebagai blanko.
3.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi.
3.5.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali Recovery
Menurut Harmita 2004, uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku Standard Addition Method yaitu dengan membuat 3
konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80, 100, 120, dihitung dari jumlah piroksikam yang terdapat pada etiket, dimana masing masing
dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70 analit dan 30 baku pembanding, kemudiaan dianalisis dengan perlakuan yang
sama seperti pada penetapan kadar sampel hasil dapat dilihat pada Tabel 4, Halaman 30.
Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali Recovery dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Recovery =
C B
A −
x 100 Keterangan : A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku
B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku
Universitas Sumatera Utara
26
C = konsentrasi baku yang ditambahkan.
3.5.2 Uji Presisi
Menurut Harmita2004, uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter RSD Relative Standard Deviation dengan rumus:
RSD =
100 x
X SD
Keterangan : RSD = Relative Standard Deviation
SD = Standard Deviation
X
= Kadar rata-rata piroksikam dalam sampel
3.5.3 Penentuan Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ
Menurut Watson 2005, nilai batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dihitung dari persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Batas
Deteksi Limit Of Detection LOD dan Batas Kuantitasi Limit Of Quantitation
LOQdapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
2
− −
=
∑
n Yi
Y x
Sy
Slope x
Sy x
LOD 3
=
Slope x
Sy x
LOQ 10
=
Keterangan: Syx
= Standar Deviasi Slope = Derajat Kemiringan
LOD = Batas Deteksi Limit Of Detection LOQ = Batas Kuantitasi Limit Of Quantitation
Universitas Sumatera Utara
27
3.5.4Analisis Data Statistik
Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t. Menurut Harmita 2004, rumus yang digunakan untuk menghitung Standar
Deviasi SD adalah :
1
2
− −
=
∑
n X
X SD
Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:
t hitung
n SD
X X
− =
Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel , pada taraf kepercayaan
99 dengan nilai α = 0.01, dk = n – 1.
Keterangan: SD
= Standar deviasi X
= Kadar dalam satu perlakuan
X
= Kadar rata-rata dalam satu sampel n
= Jumlah perlakuan Menurut Harmita 2004, untuk mencari kadar sebenarnya dapat
digunakan rumus:
n SD
x t
X
dk 2
1 1
α
µ
−
± =
Keterangan: μ
= Kadar sebenarnya dk
= Derajat kebebasan
Universitas Sumatera Utara
28
X = Kadar sampel
n = Jumlah perlakuan
t = Harga t
tabel
sesuai dengan derajat kepercay
Universitas Sumatera Utara
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV 1995, sepektrum serapan ultraviolet menggunakan pelarut asam klorida
−metanol 0,01 N. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya dari Yakin 2011, yaitu
Pembuatan Tablet Piroksikam Dengan Metode Cetak Langsung Menggunakan Superdisintegran Ac-Di-sol dan Krospovidon, bahwa pelarut yang digunakan
pada penetapan kadar dari obat piroksikam tablet yang telah dimodifikasi adalah metanol-HCl 0,1 M dengan panjang gelombang 333,0 nm.
Dari hasil orientasi ternyata piroksikam sukar larut dalam metanol dan demikian juga dalam HCl 0.01M. Menurut Chinese Pharmacopeia Commision
tahun 2005, piroksikam memberikan serapan maksimum dalam pelarut metanol −
HCl 0.1M pada panjang gelombang 334,0 nm, berdasarkan hal tersebut peneliti menggunakan metanol
− HCl 0.1M sebagai pelarut dari piroksikam.
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Piroksikam
Sebelum dilakukan penetapan kadar kapsul piroksikam, terlebih dahulu dilakukan penetapan panjang gelombang maksimum oleh karena panjang
gelombang maksimum suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan dengan kondisi dan alat yang berbeda.
Penentuan panjang gelombang ini dilakukan dalam pelarut metanol − HCl
0.1M pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil, yaitu ± 0.4343. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut dilakukan
Universitas Sumatera Utara