3. Rata-rata petani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat telah efisien secara teknik, tetapi belum efisien secara harga dan ekonomi.
Hal ini karena penggunaan input produksi yang berlebihan sehingga kurang efisien. Penggunaan input produksi sesuai rekomendasi akan menyebabkan
kenaikan efisiensi harga dan ekonomis. Nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di lokasi penelitian mencapai 0,837, maka usahatani kedelai di lokasi
penelitian hampir mencapai tingkat efisien secara teknik karena 0,837 yang mendekati nilai 1. Nilai rata-rata efisiensi harga usahatani kedelai dilokasi
penelitian sebesar 0,1509, maka usahatani kedelai di lokasi penelitian tidak mencapai tingkat efisien secara harga karena 0,1509 yang mendekati 0 dan lebih
kecil dari 1. Dari hasil perhitungan antara efisiensi teknis dan efisiensi harga, maka didapati nilai efisensi ekonomi sebesar 0,126. Maka, usahatani kedelai di lokasi
penelitian tidak efisien secara ekonomi karena 0,126 yang mendekati 0 dan lebih kecil dari 1. Maka dapat disimpulkan pengunaan input produksi usahatani di Desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisiens secara teknik, harga dan ekonomi.
6.2 Saran
1. Kepada Petani Kedelai Untuk meningkatkan efisiensi ekonomis disarankan kepada petani untuk lebih
menfokuskan pada peningkatan efesiensi harga yaitu dengan memanfaatkan input secara proporsional sesuai kebutuhan sehingga terjadi penghematan biaya.
Penggunaan input produksi sesuai anjuran Kementerian Pertanian juga di sarankan untuk petani. Dapat kita lihat rata-rata petani dilapangan dapat mencapai produksi
sehingga 2,35 tonha, dan sesuai target Kementerian Pertanian sehingga 2,45 tonha, ini sudah hampir mencapai target yang ditetapkan. Manakala penggunaan
bibit petani dilapangan tidak sesuai anjuran Kementerian Pertanian, penggunaan bibit yang dipakai dilapangan adalah 25-75 kgha, sesuai anjuran sekitar 50-75
kgha, banyak responden terlalu sikit penggunaan bibitnya menyebabkan kurang efisien. Manakala penggunaan pupuk dilapangan juga tidak sesuai anjuran. Seperti
anjuran dari kementerian pertanian pupuk kandang sebanyak 2,5 tonha sedangkan yang digunakan dilapangan berkisar dari 1-2.0 tonha dan ada juga sebagian petani
yang tidak menggunakan pupuk kandang. Sedangakn pupuk NPK seharusnya diberikan 75 kgha namun yang terjadi dilapangan sekitar 66-125 kgha, disini
terjadi kekurangan dan kelebihan penggunaan NPK oleh petani dilapangan. Penggunaan Urea juga begitu, penggunaan oleh petani dilapangan sekitar 25-52
kgha, dan sesuai anjuran penggunaan Urea adalah sekitar 100 kgha.Begitu juga pupuk Sp36, dilapangan sekitar 50-100 kgha dan anjuran 100 kgha. Pupuk KCl
dilapangan sekitar 23-26kgha dan sesuai anjuran 100 kgha. Untuk penggunaan pestisida yang sesuai dengan anjuran oleh Kemenerian Pertanian, untuk itu petani
diharap membaca pada label kemasan pestisida. Efektivitas penggunaan pestisida diperoleh melalui penggunaan dosis yang tepat. Ketidak taatan dalam
menggunakan dosis pestisida dapat menyebabkan resistensi yang semakin merugikan petani. Manakala untuk penggunaan tenaga kerja pula sesuai tenaga
kerja yang ahli dibidangnya. Semakin ahli seseorang itu dalam bekerja semakin banyak pula produksi yang bisa diperoleh.
2. Kepada Pemerintah Pemerintah agar lebih terfokus lagi dalam membantu petani dengan mengeluarkan
kebijakan input-output yang menguntungkan petani. Dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi dan daya saing, pemerintah hendaknya lebih menekankan pada
kebijakan di sektor output dengan memberikan ketetapan harga yang lebih tinggi. 3.
Kepada Peneliti Selanjutnya Untuk dapat mencari titik optimal penggunaan input produksi Luas lahan, Bibit,
Pupuk, Pestisida, dan Tenaga Kerja dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan usahatani kedelai dan dimasukkan dalam model berdasarkan
teori LDR.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai