Tingkat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai

5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai

5.3.1 Analisis Cobb-Douglas Regresi Berganda

Sebelum menguji tingkat efisiensi, uji statistik dilakukan terlebih dahulu dengan metode Regresi Berganda untuk melihat pengaruh luas lahan X 1 , bibit X 2 , pupuk X 3 , pestisida X 4 dan tenaga kerja X 5 terhadap produksi kedelai Y. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Sebelum data digunakan dalam analisis regresi, maka terhadap data sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik yang mencakup uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedisitas, dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi ini diperlihatkan dalam lampiran 14. Hasil uji asumsi ini menyatakan data-data memenuhi kriteria dan syarat untuk digunakan dalam analisis regresi. Untuk selanjutnya dilakukan uji kesesuaian model Goodness of Fit Test. Maka dilakukan interpretasi hasil sebagai berikut. Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Berganda No Input Produksi Xi Unstandardized Coefficients B t-hitung Signifikansi 1 2 3 4 5 Constant Luas Lahan X 1 Bibit X 2 Pupuk X 3 Pestisida X 4 Tenaga Kerja X 5 -177,411 1252,877 -5,556 0,608 140,299 4,940 -1,287 6,029 -1,197 4,998 4,915 0,890 0,210 0,000 0,243 0,000 0,000 0,382 R-Squared= 0,986 Adj-R_Squared= 0,983 α = 0,05 Sig= 0,000 Sumber: Lampiran 12 Analisis input produksi yang mempengaruhi produksi dimasukkan ke dalam persamaan fungsi linier Cobb Douglas sebagai berikut : LnY = - 177,411 + 1252,877LnX 1 – 5,556LnX 2 + 0,608LnX 3 + 140,299LnX 4 + 4,940LnX 5 + u Y = - 177,411X 1 1252,877. X 2 -5,556. X 3 0,608. X 4 140,299. X 5 4,940 Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan: Nilai konstanta sebesar -177,411, secara teoritis nilai ini menunjukkan bahwa luas produksi kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah sebesar 177,411 apabila tidak dipengaruhi oleh input produksi kedelai. Nilai konstanta merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu tegak Y. Konstanta negatif umumnya terjadi jika ada rentang yang cukup jauh antara Xi variabel independen dan Y Variabel dependen. Nilai tersebut bertanda negatif bisa diabaikan jika model regresi yang diuji sudah memenuhi asumsi klasik Lampiran 12. Adapun interpretasi secara parsial adalah sebagai berikut : 1. Koefisien regresi sebesar 1252,877 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan luas lahan X 1 seluas 1, akan menambah produksi sebesar 1252,877 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan lahan seluas 1 akan mengurangi produksi sebesar 1252,877 kg. 2. Koefisien regresi sebesar -5,556 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan bibit X 2 sebanyak 1, akan mengurangi produksi sebesar 5,556 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan bibit sebanyak 1 akan menambah produksi sebesar 5,556 kg. Yang menyebabkan produksi menurun bukanlah penambahan bibit melainkan faktor jenis bibit bersertifikat atau tidak yang digunakan, jarak tanam dan jumlah bibit perlobangnya yang digunakan dilapangan. Rekomendasi dari Kementerian Pertanian bahwa setiap bibit yang seharusnya digunakan dilapangan adalah bibit yang bersertifikat BS, FS, SS, dan ES yang seharga Rp15.000kg, dengan jarak tanam 40x15 cm, dan perlobangnya diisi dua biji bibit. Namun yang terjadi dilapangan berbeda dari anjuran yang diberikan Kementerian Pertanian yaitu bibit yang digunakan banyak yang seharga Rp.8.000 – Rp.12.000, dengan jarak tanam yang terlalu rapat dan terlalu jarak, dan terkadang diisi perlobangnya hanya satu biji bibit dan ada yang berlebihan sehingga tiga empat biji bibit perlobangnya. Penggunaan bibit yang masih kurang optimal diduga karena keterbatasan modal oleh petani kedelai dilapangan dan pengaplikasikannya asal- asalan tanpa mengikut aturan yang ditetapkan. 3. Koefisien regresi sebesar 0,608 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pupuk X 3 sebesar 1, akan menambah produksi sebesar 0,608 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pupuk sebesar 1 akan mengurangi produksi sebesar 0,608 kg. 4. Koefisien regresi sebesar 140,299 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan pestisida X 4 sebesar 1, akan menambah produksi sebesar 140,299 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan pestisida sebesar 1 akan mengurangi produksi sebesar 140,299 kg. Penambahan pestisida ini disebabkan oleh hama yang terdapat pada lahan adalah hama yang datang dari kelapa sawit. Ini dikarenakan, lahan kedelai di daerah penelitian tumpang sari dengan lahan kelapa sawit. Oleh disebabkan itu, penambahan pestisida sangatlah diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai. 5. Koefisien regresi sebesar 4,940 menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan tenaga kerja X 5 sebesar 1, akan menambah produksi 4,940 kg. Sebaliknya, setiap adanya pengurangan tenaga kerja sebesar 1 akan mengurangi produksi sebesar 4,940 kg. Dari persamaan tersebut dapat diketahui masing-masing koefisien tiap faktor produksi, apabila tiap koefisien dijumlahkan akan menunjukkan nilai Return to Scale Skala Pengembalian, apabila nilai RTS 1 maka terjadi Increasing Return to Scale, jika RTS = 1 maka terjadi Constant Return to Scale dan RTS 1 maka terjadi Decreasing Return to Scale. Sehingga dapat diperoleh : RTS = 1252,877 – 5,556 + 0,608 + 140,299 + 4,940 = 1393,168 kg = 1,394 ton Dari hasil perhitungan diatas maka didapat 1,394 1 menunjukkan terjadi Increasing Return to Scale, yang artinya ketika semua input produksi luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dinaikkandigandakan sebesar 2 kali maka penambahan produksi sebesar 2 1,394 . Ini artinya bahwa proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

1. Uji Determinan R

2 Berdasarkan hasil regresi tersebut Tabel 12 diperoleh nilai R 2 = 0,986 Artinya, bahwa produksi kedelai pada model dijelaskan oleh luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama sebesar 98,6 dan sisanya sebesar 1,4 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model estimasi.

2. Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial

Kriteria uji : Berdasarkan Nilai Signifikansi α =0,05 - Jika nilai signifikansi α maka H diterima H 1 ditolak - Jika nilai Signifikansi α maka H ditolak. H 1 diterima Berdasarkan hasil regresi tersebut Tabel 12 diperoleh uji parsial dari model tersebut adalah bahwa nilai signifikansi luas lahan 0,000 0,05, pupuk 0,000 0,05 dan pestisida 0,000 0,05 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai maka, H0 ditolak H1 diterima, sedangkan signifikansi bibit 0,243 0.05 dan tenaga kerja 0,382 0.05, secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai maka, H diterima H 1 ditolak.

3. Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak

Kriteria uji : Berdasarkan Nilai Signifikansi α =0,05 - Jika nilai signifikansi α maka H diterima H 1 ditolak - Jika nilai Signifikansi α maka H ditolak H 1 diterima Berdasarkan hasil regresi tersebut Tabel 12, diperoleh uji serempak dari model tersebut adalah bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, maka H ditolak H 1 diterima

5.3.2 Analisis Efisiensi Produksi

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara optimal dituntut dalam hal ini yakni dengan pengalokasian sumber daya yang terbatas mampu memberikan hasil yang optimal. Uji efisiensi penggunaan input produksi luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja digunakan untuk melihat apakah input produksi yang digunakan pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat sudah efisien atau belum. Berikut ini hasil penelitian analisis efisiensi pada usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang telah diolah dengan menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1.c

1. Efisiensi Teknik

Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1.c Lampiran 13, diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat mencapai 0,8370. Nilai efisiensi teknik tersebut menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel dapat mencapai 83,70 dari produksi yang diperoleh dengan kombinasi input produksi yang dikorbankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai hampir mencapai efisiensi secara teknik. Hal ini dikarenakan 0,837 1 mendekati 1 dan terdapat peluang sebesar 0,163 untuk mencapai efisiensi secara teknis. Dilihat dari hasil penelitian sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua sampel hampir mencapai efisiensi secara teknik sebanyak 20 responden yang nilai efisiensi teknisnya 0,8, namun selebihnya sebanyak 10 responden sudah hampir mencapai efisiensi secara teknik Lampiran 13.

2. Efisiensi Harga

Berdasarkan hasil olah data menggunakan perangkat lunak Frontier 4.1 Lampiran 14, diperoleh nilai rata-rata efisiensi harga usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,1509. Nilai efisiensi harga tersebut menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel hanya mencapai 15.09 dari produksi yang diperoleh dengan kombinasi harga input produksi yang dikorbankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengunaan input produksi dalam usahatani kedelai belum efisien secara harga 0 0,1509 1 mendekati 0. Nilai efisiensi harga yang belum mencapai 1 berarti tingkat efisiensi secara harga rendah. Dilihat dari hasil penelitian sebanyak 30 sampel pada usahatani kedelai yang diteliti semua sampel tidak mencapai efisiensi secara harga Lampiran 14.

3. Efisiensi Ekonomi

Diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknik usahatani kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat sebesar 0,837, dan nilai rata-rata efisiensi harga usahatani kedelai dilokasi penelitian sebesar 0,1509. Hasil perhitungan efisiensi ekonomi di lokasi penelitian adalah sebagai berikut. EE = ET x EH = 0,837 x 0,1509 = 0,126 Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai efisensi ekonomi sebesar 0,126. Maka, usahatani kedelai di lokasi penelitian tidak efisien secara ekonomi karena 0,126 1 mendekati 0. Maka dapat disimpulkan pengunaan input produksi usahatani di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisiens secara teknis, harga dan ekonomi maka hipotesis pertama yang menyatakan penggunaan input produksi usahatani di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tidak efisien dapat diterima kebenarannya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan