BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Produksi Usahatani Kedelai
Berdasarkan analisis data yang dilakukan di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tingkat produksi rata-rata kedelai sebesar 2,34 tonhamt, dengan
kisaran 1,00 – 3,00 tonha Lampiran 2. Tingkat produksi rata-rata kedelai nasional mencapai 1,4 tonhamt dengan kisaran 0,6 – 2,2 tonhamt Kementerian Pertanian,
2015. Bila tingkat produksi rata-rata kedelai di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata kedelai nasional
maka diketahui tingkat produksi rata-rata kedelai di lokasi penelitian 67 lebih tinggi dari tingkat produksi rata-rata kedelai nasional.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian Tahun 2015, tingkat produksi rata-rata kedelai dapat
mencapai kisaran 2,45 tonhamt dengan kisaran 1,7 – 3,2 tonhamt. Jika tingkat produksi di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat 2,34 tonhamt
dibandingkan dengan produksi hasil balai penelitian tersebut, maka tingkat produksi di Desa Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat 4,5 lebih rendah dari
hasil Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi usahatani kedelai di Desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat masih tergolong rendah maka, hipotesis pertama yang menyatakan tingkat produksi usahatani kedelai di Desa
Tanjung Jati Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tergolong rendah dapat diterima kebenarannya.
5.2 Analisis Usahatani Kedelai
Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi total usahatani kedelai dalam jangka waktu tertentu yang dijual. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih
antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi biaya variabel dan biaya tetap yang digunakan dalam usahatani kedelai. Analisis kelayakan RC atau dikenal
sebagai perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya untuk menentukan layak atau tidak usahatani kedelai. Berikut adalah tabel usahatani kedelai di Desa Tanjung
Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.
Tabel 11. Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Pendapatan Keluarga dan Kelayakan Usahatani Kedelai
No Uraian
Jumlah Rata-Rata
Petani Rata-RataHa
1 Luas Lahan Ha
42.98 1.43 Ha
- 2
Produksi Kg 100660
3355,333 2342,02
3 Harga Jual Rp
- Rp 11.866
- 4
Biaya Sewa 64.470.000
2.149.000 1.500.000
Penyusutan 7.571.200
252.373 176.156
Biaya Tetap Rp 72.041.200
2.401.373 1.676.156
5 Bibit
22.658.000 755.267
527.175 Pupuk
35.732.700 1.191.090
831.380 Pestisida
20.574.200 685.807
478.692 Tenaga Kerja
101.890.000 3.396.333
2.370.637 TKLK
93.780.000 3.126.000
2.181.945 TKDK
8.110.000 270.333
188.692 Bahan Bakar
37.607.500 1.253.583
875.000 Sewa Traktor
12.894.000 429.800
300.000
Biaya Variabel Rp 223.633.400
7.454.447 5.203.197
6 Total Biaya Rp
303.397.600 10.113.253
7.059.041
7
Penerimaan Rp 1.249.980.000
41.666.000 29.082.829
8
Pendapatan Rp 946.582.400
31.552.747 22.023.788
9
Pendapatan Keluarga Rp
954.692.400 31.823.080
22.212.480 10 RevenueCost
4.12
Sumber : Lampiran 1 – Lampiran 11 ,Tahun 2015
5.2.1 Penerimaan Usahatani Kedelai
Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari hasil yang dijual sedangkan penerimaan tidak tunai adalah hasil yang dikonsumsi sendiri oleh petani. Penerimaan usahatani
merupakan hasil perkalian antara harga jual yang diterima petani per kilogram dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu musim. Dari tabel 11, diperoleh total
produksi kedelai di lokasi penelitian adalah berjumlah 100660 kg, dengan total luas lahan 42.98 Ha dan dengan harga jual berkisar antara Rp.8.000kg – 15.000kg
dengan rata-rata sebesar Rp.11.866petanimt. Penerimaan usahatani kedelai yang diperoleh dari hasil penjualan adalah sebesar Rp.41.666.000petanimt dan
Rp.29.082.829hamt. 5.2.2 Biaya Usahatani Kedelai
Biaya usahatani kedelai terdiri dari dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Dari tabel 11, biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai meliputi biaya sewa
lahan dan biaya penyusutan, manakala biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga
kerja, biaya sewa traktor dan biaya bahan bakar. Biaya tetap usahatani kedelai adalah sebesar Rp.2.401.373petanimt dan Rp.1.676.156Hamt. sedangkan biaya variabel
usahatani kedelai sebesar Rp.11.028.213petanimt dan Rp.7.697.683hamt. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani responden adalah biaya tenaga kerja yaitu
sebesar Rp.3.396.333petanimt dan 2.370.637hamt dan yang secara keseluruhan merupakan biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK. Jenis pekerjaan yang dilakukan
oleh TKDK maupun TKLK dapat mencakup seluruh kegiatan budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, pemupukan, penyemprotan pestisida, sehingga ke
pascapanen. Biaya terbesar kedua adalah biaya sewa lahan yaitu sebesar Rp.2.149.000petanimt dan Rp.1.500.000hamt, yang dihitung dalam jangka waktu
satu periode tanam, yaitu selama 3 – 4 bulan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan adalah sebesar Rp.1.500.000. Biaya terbesar yang dikeluarkan selanjutnya
adalah biaya bahan bakar yaitu sebesar Rp.1.253.583petanimt dan Rp.875.000hamt, yang dimana bahan bakar digunakan untuk transportasi ataupun
bahan bakar untuk mesin yang digunakan dalam pembudidayaan kedelai sehingga panen. Komponen biaya terbesar selanjutnya adalah biaya pupuk yaitu sebesar
Rp.1.191.090petanimt dan Rp.831.380hamt, pupuk yang digunakan dalam usahatani kedelai adalah pupuk Urea, kandang, Agrobos, TSP, SP36, Ponska, KCl
dan ZPT Atonik Lampiran 4. Komponen biaya lainnya yang memiliki proporsi yang kecil atas biaya total adalah biaya bibit sebesar Rp.755.267petanimt dan
Rp.527.175hamt, bibit yang digunakan adalah bibit unggul dan bibit lokal dimana setiap harga bibit unggul yang bersertifikat sebesar Rp.15.000kg dan ada juga yang
sebesar Rp.12.000kg dan paling rendah bibit tidak bersertifikat yang digunakan petani sebesar Rp8.000kg Lampiran 3. Manakala biaya pestisida sebesar
Rp.685.807petanimt dan Rp.478.692hamt, yang mana pestisida yang digunakan adalah Smart, Round Up, Dursban, Virtacho, Prevaton, ZekatDecis dan ZPT Score
Lampiran 5. Selanjutnya biaya sewa traktor sebesar Rp.429.800petanimt dan Rp.300.000hamt dan biaya penyusutan alat pertanian sebesar Rp.252.373petanimt
dan Rp.176.156hamt. Sehingga total biaya usahatani kedelai adalah sebesar Rp.10.113.253petanimt dan Rp.7.059.041hamt. Maka dapat diketahui biaya
produksi adalah sebesar 68 dari produksi yang akan diterima dalam usahatani.
5.2.3 Pendapatan Usahatani Kedelai
Pendapatan usahatani kedelai terdiri dari dua, yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan
usahatani dengan total biaya usahatani sedangkan pendapatan keluarga merupakan pendapatan usahatani yang diperoleh tanpa memasukan biaya tenaga kerja dalam
keluarga TKDK. Dari tabel 11, dapat dilihat pendapatan yang diperoleh petani kedelai adalah sebesar Rp.31.552.747petanimt dan Rp.22.023.788hamt. sementara
itu pendapatan keluarga petani kedelai adalah sebesar Rp.31.823.080petanimt dan sebesar Rp.22.212.480hamt.
5.2.4 Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai
Analisis kelayakan usahatani bertujuan untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani kedelai didaerah penelitian, apakah usahatani layak untuk diusahakan atau
sebaliknya. RC Rasio merupakan alat analisa untuk mengukur tingkat kelayakan tersebut, dimana jika RC rasio 1 maka usahatani layak di usahakan, RC rasio 1
maka usahatani tidak layak diusahakan dan dikatakan impas jika RC rasio = 0. Penerimaan usahatani kedelai di lokasi penelitian sebesar Rp.41.666.000petanimt
dan Rp.29.082.829hamt dengan biaya usahatani kedelai sebesar Rp.10.113.253petanimt dan Rp.7.059.041hamt. Maka diperoleh nilai RC Ratio
adalah 4.12. Usahatani kedelai di lokasi penelitian adalah usahatani kedelai yang layak untuk di usahakan karena RC 1. Maka dapat disimpulkan usahatani kedelai
di Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat adalah usahatani yang menguntungkan maka hipotesis kedua yang menyatakan usahatani kedelai tidak
menguntungkan ditolak kebenarannya.
5.3 Tingkat Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomi pada Usahatani Kedelai