efektif.
16
Oral hygiene pada anak sindroma Down buruk jika orang tua tidak memperhatikan dengan baik dan kurangnya inisiatif orang tua terhadap
pencegahannya. Pemakaian sikat gigi elektrik lebih ditekankan pada anak yang mempunyai
masalah khusus. Pasta gigi yang mengandung 1000-2800 ppm menunjukkan hasil yang baik dalam pencegahan karies tinggi pada anak di antara umur 6-16 tahun. Anak
sebaiknya tiga kali sehari menyikat gigi segera sesudah makan dan sebelum tidur malam.
1
Pemakaian benang gigi dianjurkan pada anak yang berumur 12 tahun ke atas di mana selain penyakit periodontal meningkat pada umur ini, flossing juga sulit
dilakukan dan memerlukan latihan yang lama sebelum benar-benar menguasainya. Profesional profilaksis skeling, aplikasi flour dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga
kesehatan anak. Pada anak cacat dan keterbelakangan mental, hal ini harus lebih ditekankan.
20
2.7.4 Jumlah Bakteri
Kolonisasi bakteri didalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling sering dari ibu.
16
Pada waktu bayi masih dalam kandungan, di dalam mulut tidak dijumpai bakteri tetapi bakteri mulai berdiam di dalam mulut begitu bayi
melewati vagina sewaktu proses kelahiran.
5
Penelitian Nuraini menunjukkan adanya korelasi antara level S. mutans ibu dengan anak. Jika ibu mempunyai level S. mutans
yang tinggi maka level S. mutans pada anak juga tinggi. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai resiko karies yang
lebih tinggi pada gigi sulungnya.
16
Anak sindroma Down memiliki jumlah Streptococcus mutans yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak normal.
15
2.7.5 Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa- sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai usia 10
tahun, setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Selain umur, beberapa faktor lain seperti penyakit juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva, misalnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penderita xerostomia.
5,16
Pada anak sindroma Down sering terjadi xerostomia yang disebabkan karena mengkonsumsi obat dan dapat juga terjadi karena pernafasan
melalui mulut.
2.7.6 Pola Makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengkonsumsi makanan. Setiap kali
seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi
asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetraliser asam dan
membantu proses remineralisasi. Apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
16
Anak sindroma Down memiliki pola makan yang terkontrol dan paparan dengan lingkungan yang kariogenik lebih kecil. Hal ini sangat baik untuk
menghindari terjadinya karies gigi.
2.7.7 Umur
Peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena
sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai
resiko karies paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi.
16
2.7.8 Jenis Kelamin
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkehein,
menunjukkan bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
5
Ada teori yang mengatakan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila dibandingkan status
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan mulut wanita lebih baik daripada pria. Oleh karena itu, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan bila dibuat
perbandingan antara pria dan wanita dengan status kebersihan mulut yang sama.
16
2.7.9 Sosial Ekonomi Keluarga